Biaya Pendidikan Jadi Penyumbang Inflasi Utama di Bali Agustus 2024

Biaya Pendidikan Jadi Penyumbang Inflasi Utama di Bali Agustus 2024

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Rabu, 04 Sep 2024 00:30 WIB
Ilustrasi inflasi
Ilustrasi inflasi. (Foto: Freepik/freepik)
Denpasar -

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengungkapkan kelompok pendidikan menjadi penyumbang inflasi utama pada Agustus 2024. Kenaikan biaya pendidikan itu sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru.

Erwin menjelaskan kelompok pendidikan yang menjadi penyumbang inflasi di Bali, terkait dengan biaya pendidikan sekolah, akademi, hingga perguruan tinggi. Penyumbang inflasi pada Agustus 2024 lainnya adalah daging babi.

"Kenaikan harga daging babi didorong oleh berkurangnya pasokan akibat virus ASF dan pengiriman daging babi ke luar daerah. Khususnya Sulawesi Utara dan Kalimantan," ujar Erwin dalam keterangan tertulis yang diterima detikBali, Selasa (3/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ada pula kenaikan harga kopi bubuk yang menjadi penyumbang inflasi di Bali pada Agustus 2024. Menurut Erwin, kenaikan harga kopi bubuk itu disebabkan oleh kenaikan harga kopi dunia akibat menurunnya produksi kopi dari Brasil dan Pakistan.

Berdasarkan catatan BPS Provinsi Bali, perkembangan harga Bali pada Agustus 2024 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,10% secara month to month (mtm). Erwin menyebut angka tersebut tergolong stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 0,10% secara mtm.

ADVERTISEMENT

Secara tahunan, inflasi Bali menurun dari 2,53% pada bulan sebelumnya menjadi 2,32% secara year on year (yoy). Angka tersebut masih berada pada kisaran target inflasi nasional 2,5% Β± 1%.

"Inflasi Bali yang tetap terjaga terwujud sebagai hasil dari terus berlanjutnya kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Baik di tingkat Provinsi Bali maupun kota kabupaten," ujar Erwin.

Secara spasial, Erwin berujar, Kota Singaraja (Buleleng) mengalami deflasi sebesar -0,18% secara mtm atau 1,69% secara yoy. Lalu, Kabupaten Badung mengalami deflasi sebesar -0,09% mtm atau 2,05% yoy.

Kemudian Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,26% secara mtm atau 2,95% yoy. Lalu, Kabupaten Tabanan inflasi sebesar 0,28% secara mtm atau 1,68% yoy.

Erwin menjelaskan beberapa risiko yang perlu diwaspadai pada September 2024. Mulai dari potensi kenaikan harga menjelang Galungan dan Kuningan. Menurutnya, ada potensi berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat berkurangnya pasokan di Bali.

Tak hanya itu, kenaikan HET MinyakKita juga berpotensi merambat pada kenaikan harga minyak goreng lainnya. Ada pula kenaikan harga avtur yang berpotensi menyebabkan kenaikan tarif angkutan udara.

"Namun, potensi stabilitas harga tetap terjaga sejalan dengan panen bawang merah di Bima sebagai salah satu sumber pasokan di Bali, penurunan kembali harga Pertamax, dan beroperasinya RMU (Rice Milling Unit) Modern di Badung pasca diresmikan pada Agustus 2024," ujarnya.

Erwin mengajak seluruh kabupaten/kota di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten. Menurutnya, konsistensi seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi dapat diwujudkan melalui berbagai kebijakan, salah satunya menggelar operasi pasar murah.




(iws/iws)

Hide Ads