Bensin Penyumbang Inflasi Terbesar di Bali pada Februari 2025

Bensin Penyumbang Inflasi Terbesar di Bali pada Februari 2025

Fabiola Dianira - detikBali
Senin, 03 Mar 2025 17:16 WIB
Kadek Agus Wirawan, Plt. Kepala BPS Provinsi Bali, dalam rilis satistik melalui akun youtube resmi BPS Provinsi Bali, Senin (3/3/2025). (Tangkapan layar)
Foto: Kadek Agus Wirawan, Plt. Kepala BPS Provinsi Bali, dalam rilis satistik melalui akun youtube resmi BPS Provinsi Bali, Senin (3/3/2025). (Tangkapan layar)
Denpasar -

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat bensin menjadi penyumbang inflasi terbesar di Bali sepanjang Februari 2025. Meskipun secara keseluruhan, Bali mengalami deflasi sebesar -0,57% pada bulan tersebut.

Dalam laporan yang dirilis pada Senin (3/3/2025), bensin menjadi penyumbang inflasi sebesar 0.03%. Angka itu seiring dengan kenaikan harga BBM nonsubsidi, yakni Pertamax, Pertamax Green 95, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex pada Februari 2025.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Provinsi Bali, Kadek Agus Wirawan, menyebutkan beberapa komoditas lain yang menyebabkan inflasi pada Februari 2025 antara lain pepes sebesar 0,03% dan wortel sebesar 0,02%. Dengan persentase yang sama disusul oleh daging babi, iuran pengelolaan sampah, dan bahan bakar rumah tangga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, deflasi di Bali pada Februari 2025 terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif listrik diskon 50 persen selama Januari-Februari 2025. Diskon tarif listrik tersebut masih berdampak pada Februari dengan andil deflasi terbesar mencapai -0,50%.

Selain itu, beberapa komoditas hortikultura juga berkontribusi terhadap deflasi. Di antaranya bawang merah (-0,10%), cabai rawit (-0,08%), sawi hijau (-0,07%), dan tomat (-0,06%).

ADVERTISEMENT

"Penurunan harga-harga tersebut turut menekan angka inflasi, sehingga secara keseluruhan, Bali mengalami deflasi pada Februari 2025," kata Wirawan, Senin (3/3/2025).

Secara bulanan (month-to-month), seluruh wilayah di Bali mengalami deflasi. Tabanan mencatat deflasi terdalam sebesar -1,05%, diikuti oleh Badung (-0,89%), Singaraja (-0,81%), dan Denpasar (-0,13%).

Wirawan berharap harga-harga dapat tetap stabil dalam beberapa bulan bahkan tahun ke depan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat Bali. "Mudah-mudahan bisa dipertahankan kestabilan harga untuk bulan-bulan berikutnya," pungkasnya.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads