Pulau Serangan merupakan pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Kota Denpasar, Bali. Pulau ini memiliki sejarah panjang yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Bali, baik dalam aspek budaya, agama, maupun ekonomi.
Pulau serangan menyimpan berbagai keindahan alam dan kehidupan spiritual masyarakatnya yang sangat kental. Berikut informasi mengenai sejarah, lokasi dan rute Pulau Serangan yang dirangkum dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Singkat Pulau Serangan
![]() |
Pulau Serangan yang memiliki panjang maksimum 2,9 kilometer (km) dan lebar 1 km ini memiliki sejarah yang sangat menarik untuk dipelajari. Kata 'Serangan' berasal dari dua kata, yaitu sira dan angen. Kata itu memiliki arti, bagi siapapun yang singgah ke Pulau Serangan akan merasa kangen dan sayang sehingga enggan untuk meninggalkan pulau ini.
Dahulu diceritakan ada sekelompok pelaut dari Makassar yang sedang berlayar melewati Pulau Bali. Dalam perjalannya itu, sekelompok pelaut ini singgah di Pulau Serangan untuk beristirahat dan mencari air minum.
Setelah merasa cukup beristirahat dan minum, tanpa mereka tahu mereka sudah terkena pengaruh sira angen yaitu merasa kangen atau sayang dengan pulau ini. Karena pengaruh tersebut beberapa dari mereka memutuskan untuk tinggal menetap di Pulau Serangan. Dari peristiwa ini lah, banyak pelaut Bugis lainnya yang datang untuk tinggal di Pulau Serangan dan pada akhirnya membentuk pemukiman yang dikenal dengan Kampung Bugis.
Selain para pelaut Bugis yang terkena sira angen, para orang suci di Bali juga terkena sira angen dengan keindahan alam yang natural dan suasana spiritual serangan yang membuat mereka enggan meninggalkan pulau ini.
Dilansir dari lontar Usana Bali, Pura Sakenan yang di bangun oleh Mpu Kuturan abad ke-12, pada masa pemerintahan raja masula-masuli. Raja ini terkenal karena suka membangun tempat suci pada masa pemerintahannya, salah satunya pura sakenan.
Sementara itu, dalam Dwijendra Tattwa diceritakan Danghyang Nirartha melakukan perjalanan suci mengelilingi pantai-pantai di Pulau Bali. Ia sempat menetap di Serangan dan beliau pun membangun Pura Dalem Sakenan pada abad ke-15.
Kata Sakenan berasal dari kata sakya yang berarti menyatukan pikiran langsung kepada Tuhan. Pura ini memiliki arsitektur yang mirip dengan Pura Luhur Uluwatu yang berlokasi di ujung selatan Pulau Bali.
Perjalanan suci yang dilakukan oleh Danghyang Nirartha ini menjadi sebuah tradisi yang dianut oleh masyarakat Bali dan di terapkan pada Hari Raya Kuningan yang bertepatan dengan karya besar di Pura Dalem Sakenan. Mengingat Pulau Serangan yang terpisah dari daratan Bali, para pemedek itu tangkil harus menaiki jukung (perahu) ke Pulau Serangan.
Namun, ketika proyek reklamasi Bali muncul, serangkaian perubahan besar muncul di Serangan. Perubahan itu, menenggelamkan ritualitas budaya dan tradisi masyarakat Bali saat melakukan persembahyangan ke Pura Dalem Sakenan dengan iringan jukung (perahu). Kini, semua dilakukan serba pintas dan cepat. Jembatan penghubung itu membuat jukung tak lagi dilirik karena kendaraan roda dua dan empat bisa menjelajah Serangan dalam sekejap mata.
Lokasi dan Rute
Secara administrasi, Pulau Serangan berlokasi di Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Pulau Serangan dikenal sebagai kawasan wisata bahari, budaya, serta pusat konservasi penyu. Untuk mengunjungi pulau ini juga cukup mudah.
Jika kamu berangkat dari pusat Kota Denpasar, perjalanan yang akan kamu tempuh sekitar 22 menit. Namun, Jika kamu dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, perjalanan yang akan kamu tempuh sekitar 27 menit melewati Jl. Bypass Ngurah Rai
(nor/nor)