Melihat Lukisan Daun Lontar Karya I Made Astara, Pertama di Bali

Melihat Lukisan Daun Lontar Karya I Made Astara, Pertama di Bali

I Wayan Sui Suadnyana, Aryo Mahendro - detikBali
Sabtu, 03 Agu 2024 10:47 WIB
I Made Astara menunjukkan proses melukis pada atas lembaran lontar di galerinya, Sabtu (26/7/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)
Foto: I Made Astara menunjukkan proses melukis pada atas lembaran lontar di galerinya, Sabtu (26/7/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)
Denpasar -

Daun Lontar telah lama dimanfaatkan warga Bali sebagai alat tulis. Namun, I Made Astara membuktikan lontar juga dapat dijadikan media untuk melukis.

Astara telah menghasilkan sembilan lukisan di daun lontar. Semua lukisan sudah dipatenkan dan memiliki hak cipta yang diterbitkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)

"Sudah ada hak cipta intelektual supaya tidak dijiplak orang lain," kata Astara kepada detikBali, Sabtu (27/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikBali berkunjung ke kediaman sekaligus galeri Astara di Jalan Sekar Tunjung XX A Nomor 1B-2, Denpasar. Setidaknya terdapat enam lukisan yang terpajang di dinding ruang tamunya. Lukisan tersebut menggambarkan cerita rakyat Bali pada zaman kerajaan.

Salah satu yang terpajang di ruang tamu Astara adalah lukisan penggambaran prahara cinta antara Raja Jayapangus dengan istrinya yang berasal dari China. Lukisan lainnya berkaitan dengan Raja Jayapangus, seperti asal usul Barong Landung.

ADVERTISEMENT

Ada juga lukisan yang menggambarkan salah satu kisah dalam agama Hindu dari kitab suci Weda, yaitu gambar Dewa Wisnu dan Dewa Siwa dengan judul "Samudramanthana." Lukisan itu berukuran 120 sentimeter (cm) x 180 cm. "Itu terbuat dari 100 lembar lontar jadi satu karya lukisan," kata Astara.

I Made Astara menunjukkan salah satu lukisan lontar berjudul Syang Hyang Jaran di galerinya, Sabtu (26/7/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)Foto: I Made Astara menunjukkan salah satu lukisan lontar berjudul Syang Hyang Jaran di galerinya, Sabtu (26/7/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)

Astara menjelaskan melukis di atas daun lontar tidak jauh berbeda dengan melukis di atas kertas atau kanvas. Pertama, harus menentukan konsep dan ukuran lukisan di satu bidang.

Kemudian, ia menyiapkan lembaran lontar dan bahan atau material lain yang akan menjadi media lukis. Sebanyak 100 lembar lontar seharga Rp 1 juta dipesan khusus dari seorang kenalannya.

Banyaknya lembaran daun lontar akan menentukan seberapa besar ukuran lukisannya. Pemilihan material juga penting untuk menjaga kondisi fisik lontar agar tidak cepat rusak.

"Kami pikirkan bidang material apa yang cocok. Saya pilih bahan akrilik di belakangnya untuk mempertahankan lontar tidak rusak. Kalau kayu atau triplek pasti rusak karena ada rayap dan sebagainya," kata pria lulusan Universitas Kristen Petra, Surabaya, itu.

Setelah semua bahan ditentukan, barulah dipasang sebagai alas sebelum menata lembaran lontar di lapisan teratas. Astara menambahkan hiasan tali berwarna hitam, putih, dan merah di lubang atas dan bawah ujung lembar lontar untuk menonjolkan konsep ikatan Tridatu.

Setelah itu, lembaran lontar siap dilukis. Diawali dengan sketsa di atas kertas atau langsung di atas lontar menggunakan pensil khusus. "Pensil konte namanya supaya hasil goresannya lebih tajam. Kalau pakai pensil biasa, licin," jelasnya.

Setelah sketsa selesai, barulah proses melukis dimulai. Astara mengombinasikan cat air, cat minyak, cat akrilik, dan warna alami dari lontar. Semua bahan cat itu mampu diserap oleh lontar.

Penggunaan cat air untuk melukiskan bagian yang perlu ditonjolkan, seperti melukis busana yang agak transparan agar tangan sedikit terlihat. Astara lebih banyak menggunakan cat air dibandingkan cat akrilik dan cat minyak.

"Cat airnya sekitar 70 persen, akriliknya paling 30 persen. Saya sedikit mungkin tidak terlalu banyak menggunakan campuran cat minyak karena cat minyak mengandung bahan pengencer. Saya menghindari itu supaya lukisan saya tidak mengkilap," tuturnya.

Setelah selesai, Astara menunggu lukisannya hingga kering dan menutupnya dengan kaca. Ia mengingatkan agar tidak menjemur hasil lukisan di bawah sinar matahari karena akan merusak lontar. "Diangin-anginkan saja," katanya.

Astara mengungkapkan semua lukisan lontarnya hanya untuk koleksi pribadi. Ia belum berencana mengomersialkan hasil karyanya. Visi terdekatnya adalah memasyarakatkan teknik melukis di atas lontar.

"Ada orang asing yang pernah ingin membeli lukisan lontar saya, tetapi bukan fisiknya. Mereka ingin memfoto dan mereproduksi sebanyak-banyaknya. Nah, saya tidak mau," tegasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads