PWF Dibubarkan Ormas PGN, Ini Cerita Sedih Peserta soal Sulitnya Air Bersih

PWF Dibubarkan Ormas PGN, Ini Cerita Sedih Peserta soal Sulitnya Air Bersih

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Kamis, 23 Mei 2024 15:53 WIB
Suasana di depan hotel di Denpasar, lokasi Peoples Water Forum yang dibubarkan ormas PGN, Selasa (21/5/2024).
Foto: Suasana di depan hotel lokasi PWF yang dibubarkan PGN, Selasa (21/5/2024). (Rizki Setyo Samudero/detikBali)
Denpasar -

Banyak cerita sedih tentang sulitnya akses air bersih dari peserta diskusi People's Water Forum (PWF) atau Forum Air untuk Rakyat. Sayang, beragam masalah yang seharusnya dibahas dalam forum tersebut urung dilakukan. Pasalnya, acara tersebut dibubarkan secara anarkistis oleh organisasi masyarakat (ormas) Patriot Garuda Nusantara (PGN).

Berdasarkan rencana awal, PWF akan berlangsung mulai 21 Mei sampai 23 Mei 2024. Namun, aksi premanisme dan intimidasi dari ormas PGN membuat acara tersebut tidak berjalan sesuai dari harapan.

Titin, peserta dari Jakarta menceritakan bagaimana kesulitan warga di daerah Jakarta Utara untuk mendapatkan air bersih. Walhasil, dengan sulitnya air bersih di wilayahnya, Kecamatan Pademangan, angka stunting dan gizi buruk pun tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, tidak sedikit ibu-ibu yang mendapatkan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hanya gegara air bersih.

"Karena apa begitu anak mau mandi mau ngaji tidak ada air. Suami tahunya ibu yang berdekatan dengan air, begitu suami pulang kok tidak diseduhkan kopi, ya karena airnya susah untuk didapatkan di wilayah Jakarta," beber Titin saat diwawancarai detikBali, Kamis (23/5/2024).

ADVERTISEMENT

Air bersih bisa diperoleh, tapi harganya sangat mahal. Yakni, harus menggunakan air master meter yang biayanya Rp 15 per kubik yang setara dengan hotel berbintang lima.

Awalnya, Titin berharap dengan mengikuti forum diskusi PWF, dapat memperoleh solusi dari para akademikus. Namun, harapannya sirna ketika adanya aksi premanisme yang dilakukan ormas.

"Kami terus terang saja apa yang kami bawa dari Jakarta rencananya yang akan kami sharing bersama di sini akhirnya belum terlaksana karena adanya intimidasi-intimidasi orang-orang tersebut," sesalnya.

Padahal, ia sempat senang bisa datang ke Bali yang menurutnya adalah pulau yang indah. Namun, bayangannya sirna ketika mendapatkan serangkaian intimidasi di lokasi PWF.

"Kami terus terang saja rasa ketakutan karena kami tidak nyaman," ucap Titin.

Peserta lain dari Rembang, Djoko Puwanto, mengatakan hal yang sama. Ia berharap ada pembahasan soal air yang dapat dijadikan solusi di kampungnya.

Pria yang tinggal di pegununngan Kendeng Utara itu mengungkapkan adanya kondisi yang mengancam ketersediaan air untuk warga. Padahal, wilayah tempat tinggalnya adalah daerah resapan penyimpanan dan tempat penyaluran air.

"Salah satunya untuk bahan semen dan sampai akhir ini banyak sekali tambang-tambang dan salah satunya pabrik semen Indonesia telah berdiri di sana dan beroperasi," beber Djoko.

Padahal, sebelumnya warga telah menggugat dan pihak pengembang sudah kalah. Namun, faktanya sampai hari ini Djoko masih melihat pabrik-pabrik itu terus beroperasi.

"Dan menambang ini kekhawatiran kami ke depan ketika daerah resapan tersebut terus ditambang, kami akan kekurangan air bersih. Makanya ketika kami dikabari ketika lagi ngumpul di Bali untuk rembukan tentang air ini merupakan salah satu energi juga untuk kita berkomunikasi," jelas Djoko.

Namun, sesampainya di Bali ia menyayangkan adanya aksi pembubaran dan intimidasi dari ormas PGN.




(hsa/dpw)

Hide Ads