Damar Narayani melangkah ke depan. Jemarinya menari, membentuk huruf dari buah yang digambar oleh gurunya di papan tulis.
"Apakah jawabannya itu benar?" tutur Damar dalam bahasa Kolok pada gurunya, Senin (13/2/2023). Bahasa Kolok adalah bahasa isyarat yang digunakan oleh warga Desa Bengkala, Buleleng, Bali saat berkomunikasi dengan penyandang disabilitas tuli. Mereka yang tuli di desa itu juga disebut Kolok.
Damar merupakan siswa kelas empat SDN 2 Bengkala. Maktab ini merupakan sekolah inklusi di Desa Bengkala karena sebagian siswanya merupakan penyandang disabilitas tuli.
Baca juga: Tak Ada Marginalisasi di Desa Bengkala |
Sekolah ini menjadi maktab inklusi sejak 2007. Kini di SDN 2 Bengkala terdapat enam siswa tuli. Mereka duduk di kelas satu, dua, tiga, belajar secara terpisah di ruang kelas inklusi. Sementara yang sudah menginjak kelas empat, lima, dan enam digabung dengan anak lainnya.
SDN 2 Bengkala juga menerapkan materi yang sama bagi siswa Kolok maupun yang tidak. Saat para murid itu berbaur, akan ada dua guru yang mengajar. Satu guru menyampaikan dalam bahasa Kolok dan guru lainnya menyampaikan materi secara verbal. Walhasil, para siswa lainnya memahami bahasa Kolok dan bisa berkomunikasi dengan siswa Kolok.
"Kalau siswa digabung ada dua guru. Saya yang mengajar pakai bahasa isyaratnya," kata I Made Wisnugiri, guru SDN 2 Bengkala. Wisnugiri merupakan guru inklusi di maktab tersebut karena bisa berbahasa Kolok.
Tak hanya Damar. Di kelas tersebut juga ada siswa Kolok lainnya yaitu Sita dan Sati. Si kembar itu duduk di kelas dua. Namun, hari itu, mereka belajar bersama karena tiga siswa Kolok lainnya tidak masuk sekolah.
Sita dan Sati juga pandai berbahasa Kolok. Jemari siswa berumur delapan tahun itu menari-nari saat menjawab pertanyaan dari gurunya, Wisnugiri.
Apa saja yang menarik dari SDN 2 Bengkala? Baca selengkapnya di sini.
Simak Video "Video Harum Menggoda Kue Laklak, Jajanan Pasar Legendaris Buleleng"
(nor/gsp)