Inklusi Penyandang Tuli di Inklusiv Warung

Difabel Berdaya

Inklusi Penyandang Tuli di Inklusiv Warung

Vincencia Januaria Molo, Firga Raditya Pamungkas - detikBali
Selasa, 24 Des 2024 14:52 WIB
Inklusiv Warung di Canggu, Badung, Bali, Rabu (11/12/2024).
Inklusiv Warung di Canggu, Badung, Bali, Senin (9/12/2024). Foto: Firga Raditya/detikBali
Badung -

Sebuah pin berwarna ungu tersemat di seragam Iyam. Sebuah tulisan I'm Deaf & proud tertera di pin berbentuk lingkaran tersebut.

Iyam merupakan salah satu pegawai restoran Inklusiv Warung by De Moksha. Restoran yang terletak di Desa Canggu, Badung, Bali, dan berdiri sejak 2022 itu mempekerjakan para penyandang disabilitas, khususnya tuli.

Iyam nekat merantau ke Bali pada 2022. Saat itu, perempuan asal Bekasi, Jawa Barat, itu mendengar Inklusiv Warung akan merekrut penyandang disabilitas sebagai pekerjanya. Dia pun tertarik dengan lowongan tersebut.

"Karena pengen banget kerja di Bali, makanya kerja di sini," kata Iyam menggunakan bahasa isyarat seperti diterangkan penerjemah kepada detikBali, Senin (9/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain Iyam, difabel lain yang bekerja di Inklusiv Warung adalah Yogi Satya. Pria berusia 24 tahun itu telah bekerja di sana selama dua tahun.

Yogi sejak awal merasa nyaman dan betah bekerja di Inklusiv Warung. Salah satu alasannya adalah komunikasi yang baik antara rekan kerja tuli dan yang bisa mendengar. "Itu yang membuat nyaman dan betah di sini," tutur Yogi dalam bahasa isyarat.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, Yogi juga pernah mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari pelanggan Inklusiv Warung. Sejumlah pelanggan, sebagian besar domestik, kerap meminta bantuan pekerja yang bisa berbicara dan mendengar. Padahal, tak ada penyekat antara pekerja penyandang disabilitas dan tidak di restoran tersebut.

"Meski sudah menunjukkan pin, mereka (pelanggan) tidak peduli dan malah memanggil pelayan yang bisa berbicara dan mendengar," ungkap pria asal Denpasar, tersebut.

Dua pekerja penyandang tuli di Inklusiv Warung, Yogi Satya dan Iyam, tengah berbincang menggunakan bahasa isyarat, Senin (9/12/2024).Dua pekerja penyandang tuli di Inklusiv Warung, Yogi Satya dan Iyam, tengah berbincang menggunakan bahasa isyarat, Senin (9/12/2024). Foto: Firga Raditya/detikBali

Manajer Pemasaran Inklusiv Warung, Ni Luh Risa Elvia Mira, mengatakan restoran itu mempekerjakan penyandang disabilitas tuli. Pemilihan kata 'Inklusiv' sebagai nama depan dari restoran berlantai dua tersebut mengandung pesan bahwa setiap orang boleh datang dan mengunjungi tempat ini tanpa diskriminasi. "Kami menerima semua orang dan kami welcome kepada siapa saja," ujarnya.

Risa menerangkan Inklusiv Warung hadir karena keresahan pemilik, Gunn Wibisono dan Hans de Waal, yang melihat banyak diskriminasi kepada penyandang disabilitas. Pemilik restoran yang bebas asap rokok itu lalu membuat sebuah tempat makan yang mempekerjakan difabel.

Pemilik Inklusiv Warung, Risa melanjutkan, lalu bertemu dengan salah satu penggerak komunitas tuli, Ade Wirawan. Restoran itu lalu berdiri pada 1 Agustus 2022.

Inklusiv Warung bekerja sama dengan komunitas tuli untuk mendapatkan pegawai. Selama dua tahun terakhir, Inklusiv Warung dan induk perusahaannya, De Moksha Hospitality, telah mempekerjakan 20 penyandang disabilitas untuk berbagai posisi, seperti tukang masak dan bagian bar.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas mewajibkan perusahaan swasta mempekerjakan paling sedikit 1 persen penyandang disabilitas dari jumlah total pegawainya.

Menurut Risa, sebagai tempat usaha yang mempekerjakan para difabel, Inklusiv Warung, memiliki sejumlah tantangan. Salah satunya, menyesuaikan sistem kerja dan kondisi yang mengharuskan adanya komunikasi cepat antarpegawai.

Misalkan, saat restoran ramai. Pekerja di dapur tentu harus bisa berinteraksi cepat dengan pelayan. Namun, karena pekerja di sana tuli, antarpegawai jadi perlu penyesuaian. "Kami yang mendengar, harus menyesuaikan bagaimana bekerja dengan mereka (difabel tuli)," jelas Risa.

Untuk mempermudah para pekerja difabel, Inklusiv Warung juga mengoperasikan lift makanan. Lift itu menggunakan lampu kelap-kelip sebagai penanda bahwa makanan dan minuman dari dapur sudah siap disajikan bagi pelanggan yang duduk di lantai dua.

Adapun menu yang disajikan di Inklusiv Warung antara lain egs any style, french fries, chiken fettuccine alfredo, seared tuna, dan sticky smoked pork ribs. Harga menu makanan dan minuman di restoran tersebut mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 175 ribu.

Pendapatan Inklusiv Warung antara Rp 26 juta hingga Rp 27 juta pada September 2024. Sementara pada Juli-Agustus, pendapatannya lebih tinggi karena sejumlah agen perjalanan wisata tertarik bekerja sama dengan Inklusiv Warung. "Tapi sekarang ya agak low karena turis juga lagi sedikit," ungkap perempuan berusia 27 tahun itu.

Risa menegaskan mempekerjakan penyandang disabilitas di Inklusiv Warung tidak membuat restoran itu merugi. Pendapatan restoran justru lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti jumlah turis dan kerja sama dengan agen-agen wisata.

Artikel ini ditulis oleh Firga Raditya Pamungkas, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(iws/gsp)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikbali

Hide Ads