Petani garam di Kabupaten Karangasem, Bali, berhenti produksi sejak Desember 2022 atau dua bulan lalu karena musim hujan dan cuaca buruk. Bahkan, petani diperkirakan baru bisa kembali memproduksi garam pada pertengahan tahun ini.
"Kemungkinan petani baru bisa kembali melakukan produksi garam pada pertengahan tahun 2023, sekitar bulan April atau Mei saat kembali musim panas," kata Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Garam Amed I Nengah Suanda, Kamis (9/2/2023).
Mereka pun memilih beralih profesi menjadi nelayan, peternak, hingga buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab, produksi garam baru bisa kembali dilakukan saat musim panas tiba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, Suanda mengatakan para petani masih memiliki stok garam yang bisa dijual. "Meskipun saat ini petani garam tidak melakukan produksi, tapi sebagian besar masih memiliki stok," kata Suanda.
Hal senada diungkapkan petani garam I Wayan Kari. Pria asal Yeh Malet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis itu mengaku sudah tidak memproduksi garam sejak musim hujan tahun lalu. Ia pun beralih menjadi peternak untuk menghidupi keluarganya.
"Sekarang saya fokus menjadi peternak sapi karena tidak bisa melakukan produksi garam. Ada juga (petani garam) yang kembali melaut untuk mencari ikan," kata Kari.
Menurut Kari, ini sudah menjadi siklus tahunan karena setiap musim hujan para petani garam pasti tidak bisa melakukan produksi. Biasanya para petani memiliki stok garam produksi sebelumnya yang masih bisa dijual.
"Untuk petani sebagian besar masih ada stok untuk dijual, tapi untuk saya saat ini sudah habis karena hanya punya stok sedikit," kata Kari.
(irb/gsp)