Kisah Pelukis Disabilitas Asal Buleleng yang Karyanya Mendunia

Kisah Inspiratif

Kisah Pelukis Disabilitas Asal Buleleng yang Karyanya Mendunia

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Minggu, 06 Nov 2022 06:01 WIB
Kadek Wiwindari (31) pelukis penyandang disabilitas asal Buleleng.
Kadek Wiwindari (31) pelukis penyandang disabilitas asal Buleleng. Foto: Made Wijaya Kusuma
Buleleng -

Sosok Kadek Wiwindari seorang penyandang disabilitas asal Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali tak pantang menyerah meski memiliki keterbatasan fisik. Winda, sapaan akrabnya menderita kelainan genetik bernama muscular dystrophy yakni penyakit yang membuat beberapa bagian tubuhnya kehilangan kekuatan untuk digerakan.

Meski memiliki keterbatasan fisik, perempuan berusia 31 tahun itu tak pernah patah semangat untuk membahagiakan keluarganya. Kini ia menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 2014 lalu.

Dengan keterampilannya melukis di atas kanvas, Winda berhasil meraup pundi-pundi rupiah, hingga dapat menghidupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mengalami kelainan genetik, muscular distropy yang menyebabkan otot-otot tubuh saya melemah, jadi bergeraknya agak susah," kata Winda saat ditemui detikBali, Jumat (4/11/2022).

Karya lukisan yang dihasilkan olehnya memiliki obyek yang didominasi dengan tema kehidupan orang Bali, seperti Tari Bali, panen padi, hingga kehidupan pasar. Tema tersebut dipadupadankan dengan beragam warna yang membuatnya terlihat begitu indah dipandang mata.

ADVERTISEMENT

Lukisanya pun terlihat rapi dan cukup detail tak kalah dari karya pelukis pada umumnya. Hebatnya kemahiran melukis itu, ia peroleh secara otodidak.

Winda tak pernah mengikuti les menggambar ataupun pendidikan formal. Keahliannya dalam melukis, mulai dikembangkan olehnya sejak ayahnya meninggal dunia.

Saat itu ia kehilangan sosok tulang punggung dalam keluarga. Tak mau berpasrah diri dengan keadaan, dia pun mulai mengembangkan keterampilannya dalam melukis.

Singkat cerita, hingga suatu ketika ada seorang pengusaha asal Bali yang memberikannya modal kanvas dan alat-alat untuk melukis. Lukisan pertamanya selesai dibuat. Lalu dipasarkan di media sosial.

"Dulu waktu awal-awal melukis cuma pakai kertas dan pulpen, lalu ada pengusaha bapak Santiawan namanya dari Nusa Dua, beliau yang bantu alat-alat lukisnya, dari situlah mulai belajar di atas kanvas, lalu coba di-upload di Facebook dan ternyak banyak yang berminat dengan lukisan saya," jelasnya.

Kini lukisan winda sudah cukup banyak memiliki peminat. Tidak hanya di Indonesia peminat lukisanya, juga ada dari luar negeri seperti Amerika.

Di mana dalam sebulan, winda biasanya dapat menjual sebanyak 2 lukisan. Kemudian untuk harga lukisan, kata Winda bervariasi tergantung ukuran.

"Untuk beberapa tahun ini tiap bulan ada saja. Sebulan dapat terjual 2 lukisan ukuran besar, bervariasi harganya yang besar kisaran Rp 3-4 juta, hasil penjualannya juga saya sisihkan 10 persen untuk donasi, untuk membantu penyandang disabilitas lainnya yang membutuhkan," pungkasnya.




(nor/dpra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads