Pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi bakal menghilangkan 120 hektare sawah di Jembrana, Bali. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, I Wayan Sutama.
"Lahan produktif di Jembrana yang terdampak adanya tol itu sebesar 120 hektare. Lahan produktif tersebut berupa lahan basah (persawahan), sehingga untuk sekali panen ada sekitar 780 ton gabah hilang akibat tol," paparnya kepada detikBali, di kantornya, Kamis (03/11/2022).
Gubernur Bali Wayan Koster melakukan ground breaking proyek Tol Gilimanuk-Mengwi pada September lalu. Jalan bebas hambatan itu bakal dibangun melalui tiga kabupaten, 13 kecamatan, dan 58 desa. Proyek tol tersebut diperkirakan menelan anggaran hingga Rp 24 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tumbang Pohon karena Tol |
Pembangunan jalan bebas hambatan itu pun mendapatkan kritik dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali. Direktur Walhi Bali Made Krisna Dinata mengatakan, sebanyak 480,54 hektare persawahan terancam hilang akibat terkena trase Tol Gilimanuk-Mengwi.
Dinas Pertanian, Sutama melanjutkan, segera mencari alternatif dan pengganti atas sawah yang bakal hilang itu. Dia menghitung, produksi beras di Jembrana sekali panen mencapai 10 ribu ton, sedangkan potensi panen beras yang hilang akibat tol Gilimanuk-Mengwi hanya 600 ton.
"Jadi saya pikir jumlahnya masih kecil, masih bisa kami penuhi kebutuhan konsumsi masyarakat," ujar Sutama.
Lahan Pertanian di Jembrana Terus Menyusut
Alih fungsi lahan di Jembrana semakin memburuk. Data Dinas Pertanian menyebutkan luas lahan pertanian produktif terus berkurang.
Misalkan, pada 2021 luas lahan pertanian produktif di kabupaten itu sebanyak 6.725 hektare. Setahun kemudian, luasnya berkurang dan kini menjadi 6.708 hektare.
"Penyempitan lahan ini dampak dari alih fungsi menjadi pemukiman baru," kata Sutama.
Penyebab lainnya, Sutama menambahkan, pemilik tanah membutuhkan uang lalu menjual lahan pertaniannya. "Sebagian besar dijual oleh pemiliknya untuk kebutuhan," ungkapnya.
(gsp/hsa)