Walhi menyebut bencana alam di Bali disebabkan maraknya alih fungsi lahan. Salah satunya, proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang menghilangkan 98 titik subak.
Direktur Walhi Bali Made Krisna Dinata mengatakan, sebanyak 480,54 hektare persawahan terancam hilang akibat terkena trase Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi. Alih fungsi lahan ini tak luput dari sorotan Walhi, karena menjadi penyebab bencana.
Bokis, sapaan akrabnya mengungkapkan, jika lahan pertanian dan subak hilang, maka berpengaruh pada sistem irigasi hidrologis alami yang dapat menjaga volume air dari hulu ke hilir, sehingga mempercepat terjadinya banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini tentunya akan mendekatkan Bali pada perubahan iklim yang lebih signifikan dan bencana yang lebih serius," katanya.
Walhi Bali memperlihatkan titik subak yang terkena trase Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, dan menunjukkan bagaimana persawahan produktif akan hilang karena pembangunan Jalan Tol Gilimanuk Mengwi.
Sebelumnya, Walhi menyoroti maraknya alih fungsi lahan di Bali, yang menyebabkan bencana alam akibat cuaca ekstrem dan intensitas hujan tinggi, seperti banjir dan longsor. Upaya pengendalian pemanfaatan ruang di Bali sangat kurang, mulai dari sistem drainase, kurangnya vegetasi di dataran tinggi atau lahan curam untuk menahan longsor.
"Hal tersebut pastinya akan memberikan efek domino yang sangat signifikan terhadap perubahan iklim, di mana ketika perubahan iklim secara signifikan terus berjalan, maka kita akan mendapati bencana seperti ini. Apabila hal tersebut masih terus dilakukan, maka kita juga akan menemukan hal-hal serupa berupa bencana dengan intensitas waktu yang makin cepat," papar Direktur Walhi Bali Made Krisna Dinata, Selasa (18/10/2022).
Ia mengungkapkan, alih fungsi lahan yang mempengaruhi timbulnya bencana, seperti pembangunan Terminal LNG di kawasan Mangrove dan pesisir Sanur yang akan mengurangi daya dukung Bali dalam memitigasi bencana. Proyek Jalan Tol Gilimanuk juga turut andil dalam alih fungsi lahan.
(irb/hsa)