Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengaku belum mengetahui detail teknis pembangunan terminal khusus liquefied natural gas atau LNG. Cok Ace menyebut dirinya belum bisa menjelaskan terkait proyek terminal LNG yang rencananya dibangun di kawasan mangrove Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai tersebut.
"Ya itu (dibangun di kawasan mangrove) kan tentu ada penelitian-penelitian sebelumnya. Mohon maaf, saya sendiri belum paham sampai sejauh itu secara detail teknis-teknisnya," kata Cok Ace saat ditemui detikBali di Kuta, Badung, Rabu (29/6/2022).
Meski begitu, Cok Ace menegaskan, rencana pembangunan terminal LNG itu sebenarnya bertujuan baik. Proyek LNG, kata dia, menjadi salah satu program menuju Bali mandiri energi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi sesungguhnya program untuk menuju Bali bebas polusi, energi bersih, energi terbarukan. Ini kan program yang sangat baik sekali," ungkap Mantan Bupati Gianyar itu.
Cok Ace pun mengajak para penentang proyek terminal khusus liquefied natural gas LNG untuk duduk bersama. Ia meminta agar polemik pembangunan LNG bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
"Bawasannya ada penolakan-penolakan (terhadap rencana pembangunan terminal LNG) mari kita lihat, di mana kira-kira ada persoalan-persoalan. Kita atasi dengan kepala dingin, bersama-sama kita duduk, hal-hal apa yang kira-kira mengancam, mari kita bicarakan," kata Cok Ace.
Seperti diketahui, proyek terminal LNG yang rencananya dibangun di kawasan mangrove ditentang oleh krama Desa Adat Intaran dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti Wahan Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali, Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup Bali (KEKAL Bali) dan Front Demokrasi Perjuangan Rakyat (Frontier) Bali.
Cok Ace berjanji, pihaknya akan membuka ruang dialog bersama masyarakat Desa Adat Intaran. Terlebih mereka sempat melakukan demonstrasi penolakan ke DPRD Bali belum lama ini.
"Ya tentu akan dibuka dialog-dialog tersebut, (mereka) sudah sempat di DPRD, sudah sempat bertemu. Mudah-mudahan ini menyamakan persepsi kita semua," kata Cok Ace yang juga Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.
(iws/iws)