Warga Desa Adat Intaran, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar menolak lokasi pembangunan terminal gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
Terminal LNG tersebut rencananya dibangun di pesisir Desa Sidakarya, bersebelahan dengan Desa Adat Intaran.
"Bukan LNG-nya yang kita tolak, tempatnya yang kita tolak, tempat terminalnya nike (itu)," kata Bendesa Adat Intaran I Gusti Agung Alit Kencana saat dihubungi detikBali, Sabtu (28/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Alit Kencana, sebelumnya pihak PT Dewata Energi Bersih (DEB) yang bakal membangun LNG terminal Sidakarya melakukan sosialisasi di Desa Adat Intaran.
Saat itu banyak masyarakat yang hadir. Mereka mempertanyakan pembangunan terminal LNG di Desa Sidakarya.
"Karena ada Perda yang menyatakan bahwa LNG nike, tempat terminal LNG nike ada Benoa dan di Celukan Bawang, begitu. Nah kenapa sekarang tiba-tiba ada di (kawasan Taman Inspirasi) Muntig Siokan, itu yang menjadi pertanyaan," ungkapnya.
Karena itu, masyarakat Desa Adat Intaran akhirnya banyak yang tidak setuju dengan pembangunan LNG terminal di Sidakarya. Terlebih mereka banyak beraktivitas di laut.
"Karena kami daerahnya pantai kan banyak yang beraktivitas di laut," ujarnya.
Selain ditakutkan mengganggu aktivitas masyarakat, warga juga ketakutan pembangunan terminal LNG Sidakarya bakal berdampak pada pura di sekitarnya.
Menurut Alit Kencana, ada enam pura yang dekat dengan lokasi rencana pembangunan terminal LNG yakni Pura Sukamerta, Pura Dalem Pengembak, Pura Campuhan Dalem Pangembak, Pura Tirta Empul dan Pura Merta Sari. Semua pura itu berada di kawasan Desa Adat Intaran.
"Ada pura juga dekat di sana, ada enam pura yang dekat juga, kan nike juga yang dipertanyakan, bagaimana itu nanti," papar Alit Kencana.
Tak hanya itu, pembangunan terminal LNG juga bakal mengorbankan hutan bakau (mangrove). Hal ini dinilai bertentangan dengan semangat restorasi mangrove. Apalagi baru 24 Mei lalu, pihak Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) menanam mangrove dekat lokasi tersebut.
"Kemarin tanggal 24 kan GPDRR-nya kan menanam hutan bakau di sana, terus apa gunanya orang menanam kalau sekarang untuk dipotong, dibabat, kan begitu," tanya dia.
Trauma Reklamasi Serangan
Alit Kencana menuturkan, pihaknya di Desa Adat Intaran mempunyai kisah historis yang tak bisa dilupakan dengan adanya proyek besar, terutama saat adanya reklamasi Pulau Serangan. Saat itu, menurut dia, pantai di kawasan Sanur hancur akibat abrasi.
"Pantai Sanur hancur, Pantai Sanur hancur betul itu," kisah Alit Kencana.
Untungnya, di kawasan Pantai Sanur dibuatkan pengamanan pantai sehingga ada yang bisa diselamatkan. Jika tidak, Alit Kencana menyebut, bisa saja Pantai di kawasan Sanur hancurnya seperti di Pantai Lebih, Desa Lebih, Kecamatan/Kabupaten Gianyar akibat abrasi parah.
"Dampaknya sebegitu luas lho dampak abrasinya itu. Apalagi ini (rencana pembangunan terminal LNG) dekat sekali dengan kita di (Taman Inspirasi) Muntig Siokan, sangat dekat sekali. Terus bagaimana abrasi kita, terus bagaimana dengan puranya dekat sekali jaraknya, itu bagaimana, kan itu. Semua mempertanyakan nike," papar Alit Kencana.
(kws/kws)