Kejayaan Toko Buku di Buleleng yang Kini Tinggal Kenangan

Kejayaan Toko Buku di Buleleng yang Kini Tinggal Kenangan

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Selasa, 03 Mei 2022 02:08 WIB
Toko Buku Rikha di Kota Singaraja, Buleleng, Bali. (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Toko Buku Rikha di salah satu sudut Kota Singaraja, Buleleng, Bali. (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Kota Singaraja , Buleleng, Bali, sudah dikenal sebagai kota pendidikan sejak dulu. Banyaknya institusi pendidikan di kota ini membuat masyarakat dari berbagai kabupaten/kota di Bali, bahkan luar Bali, memilih menetap di Singaraja untuk menuntut ilmu di masa lalu. Toko buku pun berjaya di masa masa itu.

Seiring dengan perkembangan dunia digital, buku kini semakin banyak ditinggalkan. Di tengah era gawai dengan berbagai teknologi terbarunya, kini banyak toko buku mulai ditinggalkan. Tak banyak yang bertahan.

Sisa-sisa era kejayaan toko buku itu masih bisa dilihat di salah satu sudut Kota Singaraja, tepatnya di Jalan Patimura No. 2 Singaraja, Toko Buku Rikha. Di antara lingkungan pertokoan dan perkantoran, Toko Buku Rikha berdiri di sebuah bangunan tua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ukurannya tak luas, hanya sekitar 4 x 5 meter persegi. Ketika memasuki toko buku akan terlihat banyak pajangan buku yang umurnya sangat beragam. Mulai dari buku keluaran terbaru sampai buku buku yang sudah berumur. Namun sebagian besar buku di toko itu terlihat sangat terawat, tak ada debu yang menempel.

Koleksi buku di Toko Buku Rikha terbilang lumayan lengkap. Jenisnya beragam. Mulai dari buku pelajaran, novel, buku sejarah,buku agama, sampai buku dongeng untuk anak-anak juga ada disana. Tempatnya yang berada di pinggir jalan raya membuat suara bising kendaraan bermotor juga menemani tatkala memilih buku untuk dibawa pulang.

Terlihat pula pria berusia 30 tahunan bernama Zahid, penjaga Toko Buku Rhika yang sedang membersihkan dan merapikan buku sembari menyapa pengunjung yang baru masuk ke tokonya kala itu.

Zahid mengataka toko buku tersebut sudah berdiri lumayan lama. Dia sudah kerja di sana sejak tahun 2006, saat dirinya masih duduk di bangku SMP. Kata Zahid, sudah beberapa tahun ini omset penjualan di toko itu terus mengalami penurunan.

Penurunan omzet paling terasa sejak tahun 2015. Jumlah pembeli buku di tokonya dalam satu bulan bisa dihitung jari. Menurutnya, masyarakat saat ini sudah banyak yang beralih ke gawai canggih, karena terkesan lebih praktis dan mudah diakses.

"Sudah dari tahun 2006 saya jaga toko, dulu masih ramai yang beli buku, tiap hari ada aja yang beli buku. Paling banyak sih tabloid sama majalah, sampai puluhan laku sebulannya," jelasnya dia.

Buku yang masih banyak dicari saat ini, kata dia, hanyalah buku untuk anak-anak seperti buku bergambar, buku dongeng, dan buku mewarnai. Hanya segelintir orang yang mencari tabloid, majalah maupun koran.

Ia berharap agar minat masyarakat membaca buku bisa meningkat seperti dulu lagi.

"Habis kontrakan mungkin akan tutup kalau kondisi seperti ini terus. Karena kan bukunya banyak yang mengendap tidak bisa berputar. Jadi tidak bisa memperbarui buku," kata dia seperti hampir putus asa.




(nke/nke)

Hide Ads