Ketika mendengar kata perpustakaan, pastilah yang terbayang di kepala adalah sebuah ruangan dengan rak-rak tinggi yang hanya berisikan banyak buku dengan tampilan yang kurang menarik.
Dan tak jarang inilah yang membuat kita malas untuk datang ke perpustakaan kecuali memang ada suatu kebutuhan mendesak.
Mungkin inilah juga yang dialami siswa-siswi di SD 19 Dauh Puri Denpasar sebelum perpustakaan di sekolahnya berubah menjadi perpustakaan ramah anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak di-launching pada 7 April 2022, minat kunjungan dan membaca siswa SD 19 Dauh Puri Denpasar di perpustakaan ramah anak menjadi meningkat.
Penanggungjawab perpustakaan ramah anak SD 19 Dauh Puri Denpasar, Ni Putu Yeny Trisnadewi, S.Pd.SD., mengatakan bahwa banyak perubahan positif yang terjadi sejak sekolahnya terpilih sebagai 10 sekolah di Denpasar yang lolos untuk menerima bantuan untuk mengadakan perpustakaan ramah anak.
Bantuan ini diberikan oleh pihak perpustakaan ramah anak yang bekerjasama dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) pada awal tahun 2021 lalu.
"Kami mendapatkan pendampingan dan pelatihan mengenai bagaimana menata perpustakaan. Kami juga mendapatkan kurang lebih 600 buku dan alat-alat untuk di perpustakaan," kata Ni Putu Yeny Trisnadewi ketika dihubungi detikBali pada Rabu, 13 April 2022.
Banyak perubahan yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam membentuk perpustakaan ramah anak ini. Seperti misalnya yang paling menonjol adalah perubahan pada ruangan perpustakaan.
Menurut Ni Putu Yeny Trisnadewi, dulunya perpustakaan di SD 19 Dauh Puri Denpasar memiliki kondisi dan penataan ruangan yang konvensional seperti perpustakaan zaman dulu yang kurang menarik.
"Dulu anak-anak yang datang itu menganggapnya kok membaca itu menyeramkan. Tapi kalau sekarang perpustakaan kami sudah berbeda. Dari interior yang dilukis, lemari yang berwarna-warni, buku-buku yang menarik dan lebih sesuai dengan grade mereka," ucap Guru kelas V ini.
Lanjutnya, tak hanya dari segi interior yang diperbaiki, namun dari pelayanan pustakawannya pun kini telah jauh berbeda.
"Operasional di perpustakaan kami dulunya masih seadanya tapi setelah diberi pelatihan kami bisa tahu mengenai bagaimana meng-handle perpustakaan dan terutama dari segi ramah anaknya," jelasnya.
Pihaknya pun memiliki servis khusus bagi siswa-siswinya, yakni menghilangkan sistem denda bagi siswa yang telat mengembalikan buku perpustakaan.
"Kami lebih mengutamakan untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab hingga kemandirian siswa. Kami juga berusaha membuat anak-anak untuk nyaman masuk ke perpustakaan sehingga membaca itu bisa jadi suatu kebiasaan," ungkapnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya juga rutin menggelar kegiatan membaca nyaring, membaca bersama hingga membaca berpasangan.
"Salah satu ciri khas kami juga adalah pembuatan karya yang dimana nantinya anak-anak akan menggambar dengan tema bebas dan nantinya hasil karya mereka mau bagus atau kurang bagus akan kami tempel dan gantung di ruangan perpustakaan," kata Ni Putu Yeny Trisnadewi.
Kegiatan ini pun dirancang dengan harapan dapat merangsang minat siswa untuk semakin sering berkunjung ke perpustakaan.
Menurutnya, kedepan pihaknya akan semakin bekerja keras dalam meningkatkan minat membaca siswa SD 19 Dauh Puri Denpasar melalui perpustakaan ramah anak ini.
"Kami berharap dari perjuangan dan kerja keras ini, kami bisa dapat dukungan dari semua pihak," ungkapnya.
(kws/kws)