Dosen FMIPA UNS Jelaskan Pengertian Etilen Glikol & Dietilen Glikol

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 20 Okt 2022 11:30 WIB
Ilustrasi pengertian etilen glikol dan dietilen glikol menurut dosen UNS. Foto: Getty Images/iStockphoto/John Kevin
Jakarta -

Beberapa jenis obat yang diminum oleh sejumlah balita dengan gagal ginjal akut beberapa waktu belakangan ini, dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan RI telah tercemar etilen glikol dan dietilen glikol. Apa detikers mengetahui tentang kedua senyawa ini?

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Apt. Yeni Farida, M.Sc., berusaha menjelaskan apa itu etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Mengenal Apa Itu Etilen Glikol dan Dietilen Glikol

Etilen glikol dan dietilen glikol (DEG) adalah alkohol, sedikit kental dengan bau yang menyenangkan dan rasa manis yang fungsinya sebagai pelarut, dan merupakan cairan tidak berwarna.

Menurut Yeni, dietilien glikol akan diserap dan didistribusikan di dalam tubuh, segera setelah dikonsumsi. Metabolisme utamanya dilakukan di hati, lalu dieliminasi dengan cepat lewat ginjal, baik itu zat utama ataupun metabolitnya, yakni asam 2-hidroksietoksiasetat (HEAA).

"Meskipun saat ini mekanisme toksisitas akibat DEG maupun EG belum diketahui secara jelas, zat ini dicurigai akibat metabolitnya yaitu HEAA," urainya, dikutip dari laman UNS pada Kamis (20/10/2022).

Lebih lanjut, Yeni mengatakan keracunan DEG bisa menciptakan berbagai dampak klinis yang terbagi ke dalam tiga tahap. Pertama, berupa gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah yang kemudian menjadi asidosis metabolik.

Kedua, terjadi perkembangan keracunan berupa asidosis metabolik yang lebih parah dan adanya gangguan ginjal. Pada tahap ini, ketiadaan perawatan yang tepat bisa menimbulkan kematian. Namun, apabila keadaan seseorang stabil, maka akan memasuki fase akhir dengan berbagai gejala gangguan saraf.

Sudah Pernah Terjadi Tahun 1937

Yeni menyebutkan, kasus gagal ginjal akut pada anak-anak sudah pernah terjadi pada tahun 1937 di Amerika Serikat. Kasus yang dia sebut bernama kasus Massengill ini diakibatkan obat sirup sulfanilamide yang mengandung pelarut etilen glikol.

Kemudian, kejadian serupa juga ditemukan di Haiti pada 1998. Kasus ini pun tercatat dalam artikel yang dimuat di jurnal JAMA.

Dikutip dari laman UNS, paracetamol sebetulnya aman untuk anak-anak, tetapi susah larut dalam air sehingga membutuhkan pelarut lain untuk dibuat dalam bentuk sirup. Maka dari itu, banyak dipakai pelarut polyethylene glycol (PEG) atau polyethylene oxide (PEO).

Obat sirup dengan pelarut DEG dan EG tidak beredar di Indonesia karena dilarang oleh BPOM. Namun, ada kemungkinan dalam PEG masih terkandung cemaran DEG atau EG.

"Untuk itu masyarakat diharapkan agar selalu berkonsultasi dengan dokter dan atau apoteker dalam memberikan obat pada anak-anak," ucap dosen prodi Profesi Apoteker UNS itu.



Simak Video "Video: BPOM Bicara Kasus Beras Oplosan, Sebut Belum Ada Laporan Keracunan"

(nah/twu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork