
Ketan, Kolak, dan Apem dalam Tradisi Ruwahan Punya Makna Spesial
Dalam tradisi ruwahan umumnya tersaji ketan, kolak, dan apem. Pemilihan makanan manis gurih ini tak sembarangan karena ada makna spesial yang melekat.
Dalam tradisi ruwahan umumnya tersaji ketan, kolak, dan apem. Pemilihan makanan manis gurih ini tak sembarangan karena ada makna spesial yang melekat.
Makanan ruwahan berupa ketan, kolak, dan apem ternyata menyimpan makna tersendiri. Lantas, seperti apa filosofi ketan, kolak, dan apem ruwahan? Ini ulasannya.
Kapan tradisi Ruwahan dilakukan? Mari simak penjelasan ini untuk mengetahui waktu pelaksanaan, rangkaian prosesi, hingga maknanya!
Nyadran dan Ruwahan adalah tradisi masyarakat Jawa menyambut kedatangan Ramadhan. Mari simak perbedaan Nyadran dan Ruwahan.
Ruwahan merupakan kegiatan adat yang diadakan oleh masyarakat Jawa sekitar sebulan sebelum memulai ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Berikut serba-serbinya.
Memasuki pertengahan bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa, warga menggelar tradisi sadranan di tempat permakaman umum Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Musuk, Boyolali.
Berikut ini pengertian tradisi Ruwahan yang biasa dilakukan masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan.
Di lereng Gunung Merapi-Merbabu Boyolali, sadranan tak sekadar kenduri di makam, tapi juga ada tradisi open house atau saling berkunjung ke rumah tetangga.
Tradisi Sadranan atau Ruwahan digelar dengan suasana berbeda yakni dengan nuansa makam warna-warni. Penasaran?
Tempat pemakaman umum di kawasan Klaten disulap jadi penuh warna. Makam itu dicat warna-warni untuk sambut tradisi Sadranan atau Ruwahan jelang bulan Ramadan.