Ruwahan adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih lestari hingga kini. Tradisi Ruwahan ini biasa dilakukan menjelang bulan Ramadhan atau tepatnya pada bulan Syaban dalam kalender Hijriyah.
Tradisi Ruwahan sendiri sebenarnya diadakan oleh berbagai daerah di Indonesia. Namun, tiap wilayah memiliki ciri dan khas masing-masing dalam menyelenggarakan tradisi tersebut.
Berikut ini pengertian hingga tradisi bulan Ruwah pada masyarakat Jawa yang biasa dilakukan jelang Ramadhan, dikutip dari buku Kuliner Yogyakarta Pantas Dikenang Sepanjang Masa (2017) oleh Murdijati Gardjito dkk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Ruwahan?
Ruwahan adalah tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa sebulan sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tradisi Ruwahan yang dilakukan di bulan Ruwah tersebut bertujuan untuk mengirim doa untuk para leluhur yang sudah meninggal.
Selain mengirim doa, Ruwahan juga dilakukan untuk memohon ampunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Ruwahan juga diisi dengan kenduri warga sebagai ungkapan terima kasih atas limpahan rezeki dan keselamatan dalam bekerja.
Ruwahan juga menjadi momen masyarakat Jawa dalam mengekspresikan persamaan hak dan kewajiban antarsesama manusia sebagai umat Tuhan. Dalam tradisi tersebut, seluruh lapisan masyarakat berkedudukan sama, yakni sebagai penyelenggara tradisi dan penyedia sesaji yang mendapatkan rezeki dari Tuhan.
Tradisi Ruwahan
Prosesi Tradisi Ruwahan
Kegiatan yang dilakukan dalam tradisi Ruwahan adalah membersihkan makam leluhur sebelum akhirnya nyadran bersama atau ziarah kubur sambil membawa kembang setaman dan kemenyan atau setanggi.
Di masyarakat pedesaan, tradisi Ruwahan berupa nyadran biasa dilakukan di makam atau di rumah seseorang yang dituakan. Masing-masing keluarga membawa berbagai macam makanan ke tempat nyadran.
Kemudian dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh seorang kaum. Makanan yang dibawa oleh peserta Ruwahan lalu ditukarkan antar keluarga serta dimakan bersama-sama di tempat tersebut.
Makanan Dalam Tradisi Ruwahan
Makanan yang biasa digunakan dalam tradisi Ruwahan biasanya berupa nasi ambengan, berbagai macam kue-kue tradisional seperti wajik, jadah, tape ketan, ketan-kolak-apem, serta berbagai macam buah-buahan seperti jeruk, jambu, dan pisang.
Di antara berbagai makanan yang digunakan dalam tradisi Ruwahan, ketan kolak apem adalah makanan paling populer yang pasti digunakan dalam tradisi tersebut. Selain penyajiannya yang mudah, ketan kolak apem juga memiliki makna filosofis yang penuh pesan moral.
Ketan kolak apem disimbolkan sebagai permintaan maaf setulus hati atas kesalahan diri sendiri dan keluarga/leluhur. Ketan kolak apem juga dimaknai sebagai kebulatan tekad untuk mendekatkan diri serta memohon perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian pengertian dan prosesi tradisi Ruwahan yang diselenggarakan masyarakat Jawa menjelang Ramadhan. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/ahr)