Kapan Tradisi Ruwahan Dilakukan? Ketahui Tanggal, Prosesi, hingga Maknanya

Kapan Tradisi Ruwahan Dilakukan? Ketahui Tanggal, Prosesi, hingga Maknanya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 06 Feb 2025 10:48 WIB
Tradisi Sadranan atau Ruwahan digelar dengan suasana berbeda yakni dengan nuansa makam warna-warni. Penasaran?
Ilustrasi tradisi Ruwahan. Foto: dok. detikJateng
Solo -

Kapan tradisi Ruwahan dilakukan? Pertanyaan ini sering muncul menjelang bulan Ramadhan, mengingat Ruwahan merupakan salah satu tradisi penting dalam budaya Jawa yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Nama tradisi Ruwahan sendiri berasal dari kata 'Ruwah' yang merupakan bulan kedelapan dalam kalender Jawa. Bulan Ruwah ini bertepatan dengan bulan Syaban dalam kalender Hijriah atau Islam. Penanggalan Jawa dan Islam memang berjalan beriringan tetapi beberapa nama bulannya berbeda.

Pada kesempatan ini, detikJateng akan membangikan penjelasan mengenai tradisi Ruwahan yang dihimpun dari buku Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia oleh Jajat Burhanuddin, Menembus Badai Ekonomi oleh Dr Patta Rapanna SE MSi dan Dr Yana Fajriah SE MM, serta artikel ilmiah Tradisi Nyadran (Ruwahan) Semarak Menyambut Ramadan di Dusun Jalan dan Jonggrangan Desa Banaran Kepanewon Galur oleh Ina Aryanti dan Akbar Al Madjid. Mari simak informasi selengkapnya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapan Tradisi Ruwahan Dilakukan?

Tradisi Ruwahan dilaksanakan pada bulan Ruwah dalam kalender Jawa, yang bertepatan dengan bulan Syaban dalam kalender Hijriah. Bulan ini merupakan waktu yang dianggap sakral bagi masyarakat Jawa karena dipercaya sebagai momen terbaik untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia. Pelaksanaan tradisi ini umumnya berlangsung sepanjang bulan Ruwah, dengan puncaknya menjelang akhir bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Dalam praktiknya, kegiatan Ruwahan dapat dimulai sejak tanggal 1 Ruwah dan terus berlanjut hingga pertengahan atau akhir bulan. Waktu pelaksanaannya bisa berbeda-beda tergantung pada kebiasaan masyarakat setempat, tetapi secara umum Ruwahan dilakukan sebelum bulan puasa sebagai persiapan menyambut Ramadhan. Tradisi ini diyakini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan spiritual dan sosial di dalam masyarakat.

ADVERTISEMENT

Prosesi Tradisi Ruwahan

Dalam tradisi Ruwahan, terdapat berbagai prosesi yang dilaksanakan oleh masyarakat. Di setiap daerah terdapat prosesi tersendiri dan berikut ini adalah beberapa yang umum dipraktikkan.

1. Pembersihan Makam

Prosesi Ruwahan diawali dengan membersihkan makam leluhur. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga atau masyarakat sekitar sebagai bentuk penghormatan kepada orang-orang yang telah meninggal.

Rumput liar dicabut, batu nisan dicuci, dan tanah di sekitar makam diratakan agar terlihat lebih rapi. Setelah proses pembersihan selesai, biasanya diadakan doa bersama di area pemakaman untuk mendoakan arwah para leluhur.

2. Pembacaan Tahlil dan Doa

Setelah pembersihan makam, masyarakat berkumpul untuk membaca tahlil dan doa bersama. Kegiatan ini bisa dilakukan di pemakaman, rumah, atau tempat ibadah.

Tahlil merupakan rangkaian bacaan doa yang berisi pujian kepada Allah serta permohonan ampunan bagi arwah yang telah meninggal. Pembacaan doa ini dipimpin oleh seorang sesepuh atau tokoh agama yang dipercaya memiliki pengetahuan lebih dalam tentang tata cara berdoa.

3. Kenduri atau Selamatan

Kenduri adalah bagian penting dari prosesi Ruwahan. Dalam acara ini, masyarakat menyiapkan berbagai hidangan khas seperti tumpeng, apem, dan aneka makanan tradisional lainnya.

Hidangan ini kemudian dibagikan kepada para tetangga, keluarga, serta orang-orang yang hadir dalam acara doa bersama. Kenduri melambangkan rasa syukur serta kebersamaan dalam masyarakat, di mana setiap orang turut serta dalam perjamuan ini dengan niat baik.

4. Megengan

Megengan adalah ritual yang dilakukan sehari sebelum bulan Ramadhan dimulai. Dalam tradisi ini, masyarakat menyiapkan makanan khas seperti apem sebagai simbol permohonan ampunan dan kesiapan menyambut bulan puasa. Selain itu, megengan juga menjadi ajang silaturahmi bagi keluarga dan tetangga, mempererat hubungan sosial sebelum memasuki bulan Ramadhan yang penuh ibadah.

5. Adus Kramas

Sebagai tahap akhir dari prosesi Ruwahan, masyarakat melakukan adus kramas atau mandi keramas. Ritual ini melambangkan pembersihan diri baik secara fisik maupun spiritual.

Mandi dilakukan dengan menggunakan air yang dicampur dengan bunga atau rempah-rempah tertentu, yang diyakini memiliki makna penyucian diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Adus kramas mencerminkan kesiapan seseorang untuk menjalani ibadah puasa dengan hati yang bersih dan tubuh yang suci.

Makna Tradisi Ruwahan

Tradisi Ruwahan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Jawa. Ritual ini bukan sekadar bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai pengingat bahwa setiap individu memiliki keterikatan dengan para pendahulu mereka. Dengan mendoakan arwah yang telah meninggal, masyarakat percaya bahwa mereka turut menjaga keseimbangan spiritual antara dunia yang terlihat dan dunia yang tidak kasat mata.

Selain itu, tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong yang kuat. Selama Ruwahan, masyarakat saling membantu dalam membersihkan makam, menyiapkan kenduri, serta mengikuti doa bersama. Hal ini menunjukkan pentingnya kebersamaan dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat.

Di sisi lain, Ruwahan juga menjadi sarana introspeksi diri. Ritual pembersihan makam dan adus kramas mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan, baik dalam arti fisik maupun batin. Dengan membersihkan diri dan lingkungan sekitar, seseorang diharapkan bisa lebih siap menjalani bulan Ramadhan dengan hati yang suci dan pikiran yang jernih.

Demikianlah penjelasan lengkap mengenai tradisi Ruwahan yang dilakukan pada bulan Ruwah atau Syaban. Semoga bermanfaat!




(par/ams)


Hide Ads