
Bisnis Properti China Krisis: Utang Pengembang Tembus Rp 228 T
Bisnis properti di China sedang berdarah-darah. Pengembang properti raksasa perlahan mulai tumbang karena terlilit hutang.
Bisnis properti di China sedang berdarah-darah. Pengembang properti raksasa perlahan mulai tumbang karena terlilit hutang.
China Evergrande Group resmi dikeluarkan dari Bursa Hong Kong pada 25 Agustus 2025, menandai akhir krisis utang yang berkepanjangan sejak 2021.
Otoritas China menjatuhkan sanksi berat kepada unit audit PwC, termasuk larangan operasi dan denda, akibat keterlibatan dalam kebangkrutan Evergrande.
Otoritas China menjatuhkan sanksi berat kepada PwC dengan denda 441 juta yuan dan penangguhan operasi enam bulan akibat keterlibatan dalam skandal Evergrande.
Evergrande sekarang menjadi lambang krisis properti di China. Hal ini menumbuhkan skeptisisme dalam industri properti yang sebelumnya menguntungkan.
Rumah mewah milik bos Evergrande, Hui Ka Yan, yang ada di Hong Kong akhirnya laku terjual pada bulan lalu. Harga jualnya HK$ 448 juta atau sekitar Rp 934,3 M.
Otoritas daerah di China meminta produsen mobil listrik Evergrande New Energy Vehicle (NEV) mengembalikan subsidi senilai 1,9 miliar yuan. Kenapa?
Pemerintah China menjanjikan dukungan Rp 660 triliun untuk menggeber sektor properti di negara itu yang saat ini dalam kondisi krisis.
Regulator China menuduh Evergrande palsukan pendapatan perusahaan sebesar US$ 78 miliar, menjadikannya kasus penipuan keuangan terbesar di China.
Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) menuduh Evergrande melakukan penggelembungan pendapatan sebesar US$ 78 miliar atau sekitar Rp 1.220 triliun.