- Kumpulan Contoh Teks Anekdot Singkat Contoh Teks Anekdot (1): Lampu Merah Contoh Teks Anekdot (2): Sekolah Bertarif Internasional (SBI) Contoh Teks Anekdot (3): Soeharto Anak Siapa? Contoh Teks Anekdot (4): Pemulung yang Buta Huruf Contoh Teks Anekdot (5): Rokok Contoh Teks Anekdot (6): Sombong Contoh Teks Anekdot (7): Harta Contoh Teks Anekdot (8): Hukuman Contoh Teks Anekdot (9): Mimpi Contoh Teks Anekdot (10): Reaksi Kimia Contoh Teks Anekdot (11): Ditipu Penjual Minyak Wangi Contoh Teks Anekdot (12): Sarjana Contoh Teks Anekdot (13): Buang Sampah di Singapura Contoh Teks Anekdot (14): Tenda Hilang Contoh Teks Anekdot (15): Penjual Kue yang Hebat Contoh Teks Anekdot (16): Blusukan Contoh Teks Anekdot (17): Kotak Amal Contoh Teks Anekdot (18): Umur Dinosaurus Contoh Teks Anekdot (19): Salurkan Hobi, di Tempat yang Salah Contoh Teks Anekdot (20): Lampu Contoh Teks Anekdot (21): Racun dalam Kendi Contoh Teks Anekdot (22): Mengajari Adik Berenang Contoh Teks Anekdot (23): Tak Punya Latar Belakang Jadi Presiden Contoh Teks Anekdot (24): Menteri Pendidikan Contoh Teks Anekdot (25): Orang Tuaku Sayang, Anakku Malang Contoh Teks Anekdot (26): WC Contoh Teks Anekdot (27): Salah Arti Contoh Teks Anekdot (28): Kaos Tahanan KPK Contoh Teks Anekdot (29): Kursi Contoh Teks Anekdot (30): Burung India Contoh Teks Anekdot (31): Tikus Contoh Teks Anekdot (32): Obrolan Presiden Contoh Teks Anekdot (33): Menjaga Silaturahmi Contoh Teks Anekdot (34): Kejadian Lucu di Restoran Contoh Teks Anekdot (35): Kecoa Contoh Teks Anekdot (36): Perubahan UUD Contoh Teks Anekdot (37): Berkat Kanker Otak Contoh Teks Anekdot (38): Makan Sup Bebek Contoh Teks Anekdot (39): Orang Pintar Contoh Teks Anekdot (40): Cara Keledai Membaca Buku Contoh Teks Anekdot (41): Anak Artis Contoh Teks Anekdot (42): Pencuri Daun Ubi Contoh Teks Anekdot (43): Wibu Contoh Teks Anekdot (44): Menuntut Ilmu Contoh Teks Anekdot (45): Buah yang Jatuh Contoh Teks Anekdot (46): Membuang Presiden Contoh Teks Anekdot (47): Mengikuti Kuis Contoh Teks Anekdot (48): Jagain Pulpen Contoh Teks Anekdot (49): Masuk Neraka Contoh Teks Anekdot (50): Sedekah Contoh Teks Anekdot (51): Keluarga Miskin dan Durian Contoh Teks Anekdot (52): Sekarang Pukul Berapa? Contoh Teks Anekdot (53): Lampu si Buta Contoh Teks Anekdot (54): Perlombaan Contoh Teks Anekdot (55): Sanjungan Contoh Teks Anekdot (56): Mimpi dan Irisan Roti
- Struktur Teks Anekdot a. Abstraksi b. Kalimat Orientasi c. Paragraf Krisis d. Paragraf Reaksi e. Penutup atau Koda
- Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Apakah detikers tahu apa itu teks anekdot? Merujuk buku Teks Anekdot oleh Maharani Sikumbang, kata anekdot berasal dari bahasa Yunani, yaitu anekdote.
Anekdote sendiri tersusun atas dua suku kata, yaitu an yang berarti 'tidak sementara' dan ekdote yang artinya 'publikasi'. Jika diterjemahkan secara harfiah, maka arti anekdote adalah suatu hal rahasia atau sesuatu yang tidak untuk dipublikasikan.
Adapun menurut Cuddon JA, anekdot adalah "sebuah cerita singkat atau lucu atau menarik yang mungkin menggambarkan kejadian atau peristiwa orang sebenarnya". Namun, teks anekdot bukanlah sekadar teks yang mengandung jenaka saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari itu, teks anekdot adalah cerita singkat yang di dalamnya mengandung unsur lucu dan ditulis dengan maksud menyampaikan kritikan. Topik dari teks anekdot cukup beragam, mulai dari politik, hukum, hingga pendidikan.
Untuk lebih memahami teks satu ini, simak rangkuman informasi dari detikSumut tentang contoh teks anekdot singkat beserta struktur dan kaidah kebahasaannya. Langsung scroll ke bawah, yuk!
Kumpulan Contoh Teks Anekdot Singkat
Apakah kamu sudah tahu seperti apa teks anekdot itu? Kalau belum, simak contoh teks anekdot singkat berikut seperti dikutip dari 1700 Plus Bank Soal Bahasa Indonesia SMA/MA-SMK oleh Yadi Mulyadi, Teks Anekdot oleh Maharani Sikumbang, dan sumber lainnya.
Contoh Teks Anekdot (1): Lampu Merah
Lampu Merah
Abstraksi
Dodi datang bertandang pada sepupunya yang bernama Allan, ia berdomisili di sebuah kota. Di suatu pagi yang lengang, Dodi diajak mencari sarapan oleh Allan. Mereka naik mobil yang dikendarai Allan. Di perempatan jalan, lampu merah menyala, tetapi Allan melaju terus. Dodi pun menegur sepupunya itu.
Orientasi
Dodi: "Lampu merah, kenapa kamu melaju terus?!"
Allan: "Alah..., tenang saja, di negeri ini aku bisa bikin undang-undang kok."
Dodi: "Bagaimana bisa?! Bukankah yang membuat undang-undang itu DPR plus pemerintah?!"
Allan: (Meminggirkan mobilnya)
Krisis
Dodi: "Mengapa meminggir?!"
Allan: "Mau menjawab pertanyaanmu!!" (ketus)
Dodi: "Mengapa harus meminggir?!"
Reaksi
Allan: (Mobil dihentikan, lalu dirogoh saku celananya) "Ini jawabannya!!" (Menaruh dompet berisi uang di depan Dodi)
Koda
Dodi: "Oh...!!!"
Contoh Teks Anekdot (2): Sekolah Bertarif Internasional (SBI)
Sekolah Bertarif Internasional (SBI)
Abstraksi
Suatu ketika, di sebuah sekolah negeri "Entah Di mana", seorang Bapak guru memberi tahu kepada anak didiknya bahwa sekolah mereka akan berubah status menjadi sekolah SBI.
Orientasi
"Anak-anak, ada kabar gembira untuk kita semua. Tidak lama lagi Sekolah kita akan menjadi sekolah SBI (Sekolah Bertaraf Internasional). Nah, untuk menyambut hal ini, saya mau tanya apa yang akan kalian siapkan?" tanya sang guru.
"Joni, apa yang akan kamu lakukan untuk menyambut ini?" tanya guru tersebut lebih lanjutnya.
Dengan sigap si Joni pun menjawab pertanyaan guru, "Belajar bahasa Inggris agar mampu berbicara bahasa Inggris, Pak," jawab Joni.
"Bagus sekali. Kalau kamu, Jono?" tanya guru kepada Jono.
Krisis
"Harus siapkan uang, Pak," jawab Jono.
"Lho kok uang?" tanya guru lebih lanjut.
"Ya, Pak. Soalnya kalau sekolah kita statusnya sudah SBI, pasti bayarnya lebih mahal. Masa sih bayarnya sama kayak sekolah biasa? Udah gitu, pasti nanti diminta iuran untuk ini itu", jelas Jono lebih lanjut.
Reaksi
"Jawabanmu kok sinis sekali? Begini lho, kalau sekolah kita bertaraf internasional, artinya sekolah kita itu setara dengan sekolah luar negeri. Jadi, kalian seperti sekolah di luar negeri", sang guru melanjutkan penjelasannya.
Koda
"Tapi Pak, kalau menurut saya, SBI itu bukan Sekolah Bertaraf Internasional, tapi Sekolah Bertarif Internasional", Jono juga melanjutkan penjelasannya.
Contoh Teks Anekdot (3): Soeharto Anak Siapa?
Soeharto Anak Siapa?
Abstraksi
Pada suatu hari Tutut, putri dari mantan presiden Soeharto, melewati salah satu jalan tol di Jakarta.
Penjaga Tol: "Rp 3.000."
Pada waktu tersebut kebetulan Tutut tidak memiliki uang ribuan sehingga ia mengeluarkan uang pecahan 50 ribu rupiah dan langsung menyodorkannya ke petugas tol.
Penjaga Tol: "Ini Bu, kembaliannya 47 ribu rupiah."
Bu Tutut: "Sudah simpan saja itung-itung rezeki tambahan buat keluarga Anda."
Penjaga tol merasa sangat senang karena menerima uang lebih 47 ribu rupiah dan langsung mengungkapkan rasa terima kasih kepada Tutut.
Setelah beberapa waktu Tommy yang juga merupakan anak dari Pak Soeharto datang melewati jalan tol tersebut. Lagi-lagi Tommy tidak memiliki uang ribuan sebesar 3000 untuk membayar tol, akhirnya Tommy mengeluarkan uang 20 ribuan ke petugas tol.
Penjaga Tol: "Ini Pak, kembaliannya jadi 17 ribu."
Tommy: "Sudah, simpan saja itung-itung buat tambahan sekolah anak anda."
Petugas tol tersebut langsung memasukkan kembalian itu ke saku bajunya dan berterima kasih banyak ke Tommy. Setelah beberapa jam kini giliran Pak Soeharto datang dengan mobilnya lewat jalan tol.
Orientasi
Soeharto yang kebetulan mempunyai uang ribuan kecil mengeluarkan uang 5.000 rupiah dan langsung disodorkan ke penjaga tol. Soeharto menunggu uang kembaliannya itu, namun setelah menunggu 5 menit, Pak Soeharto bertanya kepada penjaga tol.
Krisis
Soeharto: "Lho, mana uang kembalian saya?"
Penjaga Tol: "Ah Bapak, masa kembalian uang 2.000 rupiah saja minta dibalikin. Tadi sebelumnya Bu Tutut dan Pak Tommy lewat kembaliannya 47 ribu dan 17 ribu saja mereka berikan ke saya, masa Bapak yang 2.000 aja minta kembalian?"
Reaksi
Soeharto: "Wah tunggu dulu, Mas! Saya tanya kepada Anda tau sapa Tutut dan Tommy?"
Penjaga Tol dengan percaya dirinya menjawab: "Ya tentu tahu lah Pak! Orang jawabanya jelas, jelas Tutut dan Tommy tuh Anaknya Presiden."
Soeharto: "Nah tuh pinter kamu, tahu kalo mereka anak Presiden. Nah sedangkan sekarang coba pikir saya kan cuma Anak Petani!! Sekarang, mana kembaliannya?"
Koda
Penjaga Tol: ...
Contoh Teks Anekdot (4): Pemulung yang Buta Huruf
Pemulung yang Buta Huruf
Abstraksi
Pada sore hari di sebuah kompleks perumahan, yang kelihatan mewah terjadi perdebatan antara ibu RT dan pemulung. Masalah yang mereka debatkan yaitu hal remeh, tentang tulisan yang banyak ditempel papan dengan tulisan "Pemulung Dilarang Masuk". Namun, masih saja ada pemulung yang tidak menaati aturan tersebut.
Orientasi
Ibu RT: "Pak sedang cari apa di tempat sampah?"
Pemulung: "Sudah tentu cari barang bekas atau botol plastik yang dapat didaur ulang bu"
Krisis
Ibu RT: "Maaf ya, Bapak bisa baca tulisan yang ada di depan pintu gerbang perumahan ini?"
Pemulung: "Bagaimana tulisannya?"
Ibu RT: "Di papan itu tertulis 'Pemulung Dilarang Masuk', kenapa bapak nekat masuk di perumahan ini?"
Reaksi
Pemulung: "Bagaimana, ini bagaimana sih... kalau saya bisa baca tulisan yang di papan itu, tentu saya tidak akan jadi pemulung, Bu!"
Koda
Ibu RT pun kemudian terdiam membisu. Ibu RT berpikir bahwa jawaban pemulung itu ada benarnya juga. Ternyata, pemulung tadi buta huruf, jelaslah dia tidak bisa baca papan larangan.
Contoh Teks Anekdot (5): Rokok
Rokok
Abstraksi
Suatu hari, anak-anak SMA sedang berkumpul di warung depan sekolah. Mereka hendak coba-coba merokok.
Orientasi
"Gue bawa rokok, tapi nggak ada koreknya," kata Andi.
"Gue ada korek. Ada asbak, nggak?" tanya Beni.
Krisis
"Nih asbak. Lu bawa apa, Don?" tanya Carli sambil menoleh ke Doni.
Reaksi & Koda
"Gue cuma bawa paru-paru doang" sahut Doni.
Contoh Teks Anekdot (6): Sombong
Sombong
Abstraksi
Seorang ahli tata bahasa yang sombong naik perahu tambang. Ia melihat tukang perahu bersiap melajukan perahu.
Orientasi
"Naik! Berangkat!" seru tukang perahu.
Menganggap seruan tukang perahu tidak jelas, ia berseru pada tukang perahu, "Hei, sudahkah kamu mempelajari tata bahasa?"
"Belum," kata tukang perahu.
Krisis
Ahli bahasa itu berkata lagi, "Kalau begitu, hidupmu sia-sia."
Tukang perahu itu sedih. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan terjadi gelombang di danau. Tukang perahu itu berseru pada si ahli bahasa.
Reaksi
"Hei, sudahkah kamu belajar berenang?"
"Belum," jawab si ahli bahasa.
"Kalau begitu, seluruh hidup dan kepandaianmu akan sia-sia," jawab tukang perahu.
Koda
"Sebentar lagi perahu ini akan tenggelam."
Contoh Teks Anekdot (7): Harta
Harta
Abstraksi
Suatu hari, Raja Harun Al-Rasyid mencari sahabatnya yang bernama Bahlul. Ia meminta nasihat pada Bahlul hal yang sangat penting bagi dirinya sebagai seorang raja.
Orientasi
Setelah bertemu Bahlul, ia berkata, "Hai Bahlul, berilah aku sebuah nasihat yang sangat penting bagiku sebagai seorang raja!"
Bahlul berkata, "Katakan padaku, kalau Tuan Raja kebetulan di padang pasir dan hampir mati karena kehausan, tuan akan membayar berapa untuk seteguk air?"
"Seratus dinar," kata sang Raja.
Krisis
"Kalau orang yang punya air itu tidak mau uang, maukah Tuan Raja menyerahkan setengah dari kerajaan Tuan kepadanya?"
"Tentu."
"Jika setelah minum air, Tuan terkena penyakit keras, Tuan mau memberikan apa untuk memulihkan kesehatan Tuan?"
"Ya, setengahnya lagi."
Reaksi & Koda
"Oh, kalau begitu, Tuan Raja janganlah sombong dengan kerajaan Tuan. Sebab, harga kerajaan Tuan itu sama dengan seteguk air."
Contoh Teks Anekdot (8): Hukuman
Hukuman
Abstrak
Di pagi hari yang cerah, di sebuah ruang kelas, sedang berlangsung proses pembelajaran. Karena kondisinya santai, guru kelas bercakap-cakap dengan salah satu siswa.
Orientasi
"Bu, Ibu Guru! Mau bertanya, Bu!" kata seorang siswa bernama Meta.
"Ya, silakan, mau bertanya apa, Ta?" jawab Bu Guru.
Krisis
"Bu Guru, sebenarnya boleh tidak, seseorang dihukum karena perbuatan yang belum dia lakukan?" tanya Meta.
"Jelas tidak boleh, ya. Seseorang baru boleh dihukum saat dia terbukti bersalah," terang Bu Guru.
Reaksi
"Syukurlah Bu, jadi saya bebas hukuman, ya, Bu? Soalnya saya belum mengerjakan PR," sahut Meta.
Koda
"Hahahahaha, dasar!" gelak Bu Guru dan siswa-siswa kelas.
Contoh Teks Anekdot (9): Mimpi
Mimpi
Abstrak
Tiga orang musafir dalam perjalanan jauh kelelahan. Mereka bersama-sama melanjutkan perjalanan.
Orientasi
Setelah berhari-hari, mereka menyadari bahwa makanan yang tersisa hanya satu helai roti dan seteguk air di kendi. Mereka bertengkar soal siapa yang berhak makan dan minum sisa perbekalan tersebut.
Malam tiba. Seseorang dari musafir mengusulkan agar semuanya tidur.
"Saat bangun besok, kita ceritakan mimpi kita. Orang yang punya mimpi paling menakjubkan, berhak atas bekal ini," katanya.
Krisis
Pagi berikutnya, mereka bangun.
"Aku mimpi begini, berada di tempat yang indah dan tenang, berjumpa dengan orang bijaksana. Ia bilang bahwa aku berhak atas makanan kita karena kehidupan masa lalu dan masa depanku berharga," kata musafir pertama.
"Aneh sekali," kata musafir kedua. "Di mimpiku, aku melihat orang serba tahu, ia bilang aku berhak atas makanan itu karena aku lebih berpengetahuan. Aku perlu makan karena ditakdirkan menuntun," tuturnya.
Reaksi & Koda
Musafir ketiga berkata, "Dalam mimpiku, tidak ada yang kulihat. Aku hanya merasakan kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air, lalu makan di situ juga. Itulah yang kulakukan semalam."
Contoh Teks Anekdot (10): Reaksi Kimia
Reaksi Kimia
Abstrak
Seorang guru mengajarkan reaksi kimia di kelas. Ia menerangkan, proses pembuatan makanan merupakan proses kimiawi. Ia pun memulai sesi pertanyaan.
Orientasi
"Susi, sebutkan contoh reaksi kimia yang sudah kamu tahu!" kata Bu Guru.
"Dalam pembuatan etanon, glukosa diubah jadi alkohol lewat fermentasi, rumusannya C6H12O6 -> 2C2H5OH + 2CO2 + 1NADH2 + energi," jelas Susi.
"Bagus, Susi!" Puji Bu Guru. Sekarang Juki, sebutkan contoh yang lain!"
Krisis
Juki waktu itu sedang melamun. Maklum, ia belum sarapan karena bangun kesiangan. Padahal, ibunya sudah menyiapkan nasi pecel ayam yang sangat enak untuk ia dan adiknya. Juki pun tidak berkonsentrasi dengan pertanyaan Bu Guru sehingga menjawab sekenanya.
"Beras dimasak jadi nasi, Bu. Lalu tempe mentah dicampur garam, bawang, dan ketumbar, kemudian digoreng jadi gurih. Kalau nasi dan tempe dicampurkan, ditambah sambal pecel, rebusan sayur, dan kecambah, perpaduan unsur ini menjadi sarapan enak, Bu," sahut Juki.
Reaksi
Seisi kelas tertawa kencang, termasuk Bu Guru.
"Tenang..tenang..hahaha. Juki, kenapa jawabanmu demikian?" tanya Bu Guru.
"Itu reaksi kimiawi, Bu," jawab Juki.
"Maksudnya bagaimana?"
"Tadi kata Ibu, semua proses makanan adalah proses kimiawi. Saya jawab proses sederhananya, Bu, tidak pakai rumus kimia. Soalnya susah, nanti bikin lapar," jelasnya.
Koda
Sekali lagi siswa tertawa karena jawaban Juki yang sedang lapar.
Contoh Teks Anekdot (11): Ditipu Penjual Minyak Wangi
Ditipu Penjual Minyak Wangi
Abstrak
Nasruddin pernah mendengar bahwa candu bisa membuat orang kehilangan akal bagi yang menghirupnya.
Orientasi
Tiba-tiba timbul keinginannya untuk membuktikannya. Dia lalu membelinya sedikit dari penjual minyak wangi.
Nasruddin lalu pergi ke pemandian, untuk menikmatinya sambil mandi. Setelah menikmati candu itu, tiba-tiba terlintas dalam pikirannya pendapat bahwa candu itu dapat merusak akal budi sebagai bohong.
Krisis
Maka gumamnya "Ucapan omong kosong! Kenyataannya aku kini tetap tidak kehilangan akal. Atau barangkali candu ini palsu?"
Untuk membuktikan kebenarannya, dengan seketika Nasruddin keluar dari pemandian tanpa menyadari dirinya tidak memakai baju.
Orang-orang yang kebetulan melihatnya bertanya dengan terheran-heran, "Sedang apa Anda ini, Mullah?"
Reaksi
Setelah menceritakan pengalamannya kepada mereka, Nasruddin lalu mengatakan: "Penjual minyak wangi itu pasti telah menipuku. Sebab candunya ternyata tidak memabukkan."
Contoh Teks Anekdot (12): Sarjana
Sarjana
Abstrak
Seorang turis asing tersesat di Jakarta.
Orientasi
Karena bingung, ia bertanya pada seorang penjual kopi keliling, "Apa betul ini Jalan Sudirman?"
"Ho-oh," jawab penjual kopi.
Krisis
Karena bingung dengan jawaban tersebut, ia bertanya lagi ke polisi yang sedang mengatur lalu lintas, "Apa ini Jalan Sudirman?"
"Betul," jawab sang polisi.
Mendapat jawaban berbeda, ia bertanya pada seorang pejalan yang melintas, "Apa ini Jalan Sudirman?"
Si pejalan menjawab, "Benar."
Bingung mendapat tiga jawaban berbeda, ia menanyakannya pada si pejalan.
Reaksi
Si pejalan terdiam berpikir, lalu berkata, "Begini, kalau Anda bertanya pada tamatan SD, jawabannya adalah ho-oh. Kalau bertanya pada tamatan SMA, jawabannya adalah betul. Kalau ke tamatan perguruan tinggi, jawabannya benar."
Turis itu mengangguk dan memastikan, "Jadi, Anda ini seorang sarjana?"
Koda
Dengan spontan si pejalan menjawab, "Ho-oh!"
Contoh Teks Anekdot (13): Buang Sampah di Singapura
Buang Sampah di Singapura
Abstraksi
Singapura termasuk salah satu negara yang bersih. Siapa pun yang membuang sampah sembarangan bisa didenda meskipun hanya membuang puntung rokok.
Orientasi
Suatu ketika, si Azam sedang berlibur, tetapi tampaknya ia tak tahu akan adanya peraturan itu. Ia merokok sendirian sambil duduk di bangku.
Karena rokoknya sudah hampir habis, ia membuang puntung rokoknya begitu saja dan jatuh persis di sisi kaki kanannya.
Krisis
Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba datang petugas dan menegur Azam dengan suara tegas.
"Tahukah Anda bahwa Anda telah melakukan pelanggaran?"
"Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya perbuat?" jawab Azam.
"Anda telah membuang sampah sembarangan, yaitu puntung rokok," tegas petugas itu.
Reaksi
Dengan sigap Azam menjawab, "Oh..., maaf terjatuh." Lalu, diambilnya puntung rokok itu serta langsung diisapnya lagi.
Koda
Petugas itu hanya terbelalak keheranan. Kemudian, ia pergi meninggalkan Azam.
Contoh Teks Anekdot (14): Tenda Hilang
Tenda Hilang
Abstrak
Justin dan Harry sedang mengikuti perkemahan musim semi. Di tengah malam, Justin terbangun dan membangunkan Harry.
Orientasi
"Hush.. Harry.. lihat ke langit dan katakan apa yang kamu lihat."
"Saya melihat jutaan bintang, Justin," kata Harry.
"Dan apa kesimpulannya, Harry?" Harry berpikir sejenak.
Krisis
"Baik, berdasarkan astronomi, ada jutaan galaksi dan mungkin miliaran planet. Menurut astrologi, saya mengamati bahwa planet Saturnus berada di dalam Leo. Sementara menurut horologi, saya menyimpulkan bahwa waktu mendekati tiga seperempat pagi, menurut meteorologi, saya kira besok harinya bagus. Menurut teologi, saya lihat bahwa Tuhan Maha Kuasa dan kita begitu kecil tak berarti. Menurutmu sendiri apa, Justin?" tanya dia.
Reaksi
"Harry, tenda kita dicuri orang!" ungkap Justin, sambil menepuk dan memegang bahu Harry.
Koda
Keduanya pun baru menyadari, bahwa tendanya dicuri hingga panik ke sana ke mari mencari tendanya. Demikianlah cerita berakhir.
Contoh Teks Anekdot (15): Penjual Kue yang Hebat
Penjual Kue yang Hebat
Abstrak
Caca membeli beberapa kue dari seorang nenek di pinggir jalan, namun ia tidak bisa melanjutkan perjalanan pulangnya karena tiba-tiba hujan turun deras sekali. Akhirnya Caca dan si nenek penjual kue pun sama-sama berteduh.
Orientasi
Agar tidak terlalu terasa canggung, Caca pun memulai obrolan "Nek, sudah lama jualan kue?"
"Sudah sekitar 35 tahun, Nak", jawab nenek.
Krisis
Caca kembali bertanya, "Memangnya tidak ada yang membantu, Nek? Anak-anak nenek kemana?"
"Anak-anak saya sibuk kerja, ada yang di Polda, rumah sakit, dan juga sekolah."
Reaksi
Caca pun kagum mendengar jawaban nenek itu, "Wow, hebat! Walau hanya berjualan kue, namun anak-anak nenek sukses semua, ya?"
Koda
"Ya sama saja Nak, kerjanya seperti saya, jualan kue."
Contoh Teks Anekdot (16): Blusukan
Blusukan
Abstrak
Pada malam Jumat, sejumlah politisi melakukan "blusukan" ke daerah-daerah banjir. Mereka membawa sembako untuk dibagi-bagikan kepada korban banjir.
Orientasi
Tidak ketinggalan, Darman juga meninjau salah satu daerah yang menjadi korban banjir. Ia menebar senyum dan menjadi pusat perhatian warga.
Krisis
Akan tetapi, Darman sial. Ia terperosok ke selokan dan terseret oleh banjir. Darman ditolong oleh regu penyelamat.
Reaksi
Darman pingsan setelah melihat tulisan "Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas" yang menempel di dinding.
Koda
Lalu, ia dibawa ke tempat yang aman.
Contoh Teks Anekdot (17): Kotak Amal
Kotak Amal
Abstrak
Seorang pemuda sedang mendengar khotbah dari khatib saat salat Jumat. Beberapa saat kemudian, kotak amal diedarkan dan tiba di hadapannya.
Orientasi
Pemuda ini lalu merogoh-rogoh saku belakangnya, lalu memasukkan uang Rp 1.000 untuk sedekah Jumatnya.
Tidak lama, ada seorang kakek yang duduk di belakangnya. Si kakek menepuknya sambil memberikan uang Rp 100.000.
Krisis
Tanpa pikir panjang, ia memasukkannya ke kotak amal. Ia lalu menengok si Kakek sambil mengagumi kemuliaan hati si kakek dalam hati.
Reaksi
Setelah kotak amal berlalu, kakek itu berkata pada si pemuda sambil tersenyum, "Nak, itu tadi uangmu yang jatuh dari kantung celana belakang."
Contoh Teks Anekdot (18): Umur Dinosaurus
Umur Dinosaurus
Abstrak
Anak-anak TK mengunjungi Museum Purbakala pada suatu sore.
Orientasi
Di museum itu, ada petugas berdiri di samping kerangka dinosaurus. Seorang anak TK menghampiri petugas museum.
"Pak, berapa umur dinosaurus ini?"
"Satu juta tahun, lebih empat bulan," terang si petugas.
Krisis
"Wah kok tahu?" tanya si anak TK.
Reaksi
"Soalnya ketika saya pertama kali kerja di sini, umurnya sudah satu juta tahun."
Contoh Teks Anekdot (19): Salurkan Hobi, di Tempat yang Salah
Salurkan Hobi, di Tempat yang Salah
Abstrak
Pada suatu hari, ada seorang pria petugas kebersihan yang sedang menyapu di pinggir jalanan kota.
Orientasi
Tiba-tiba dari arah Barat, ada pengendara mobil yang melemparkan botol plastik, keluar kaca jendela mobil.
Petugas itu pun kesal, akhirnya ia pun menghentikan kegiatan menyapunya dan berteriak kencang.
Krisis
"Woy.. kalo buang sampah liat-liat dong, jangan buang sampah seenaknya mentang-mentang pakai mobil, hargai saya, nggak liat kalau saya lagi kerja!".
Lalu, mobil itu pun berhenti, dan keluarlah seorang pria berpenampilan rapih berkemeja dan berdasi. Akhirnya, petugas kebersihan memilih untuk menghampiri orang itu.
"Pak, bisa kagak sih kalo buang sampah nggak di jalan? Ini saya susah bersihinnya tau yeh!" kata petugas dengan perasaan kesal.
"Sebelumnya maaf Pak, saya tadi tidak bermaksud gitu," jawab pria itu berdasi itu.
"Masih aja ngeles lu, alasan padahal udah ketahuan," lanjut petugas kebersihan.
Reaksi
"Jadi gini Pak, saya ini hobi main basket, dan saya tadi sedang mencoba latihan dengan melempar botol ke tong sampah di sana," jawab pria berdasi menjawab sambil menunjuk tong sampah di dekatnya.
Koda
Akhirnya petugas kebersihan meninggalkan pembicaraan sambil bergumam dan berbicara dalam hati.
"Duh, orang kaya ada-ada aja ye, dasar orang-orang zaman sekarang tambah aneh aja".
Contoh Teks Anekdot (20): Lampu
Lampu
Abstrak & Orientasi
Seorang buta membawa gentong di atas pundak sambil menenteng lampu. Ia berjalan ke sungai untuk mengisi gentong itu.
Krisis
Seseorang yang melihatnya berkata, "Wahai, orang buta. Malam dan siang hari sama saja bagimu. Mengapa kau gunakan lampu?"
Reaksi
Orang buta itu menjawab, "Hai, orang yang suka mencampuri urusan orang lain! Lampu ini kuperuntukkan bagi orang yang buta pikiran agar tidak terpeleset atau menabrakku!"
Contoh Teks Anekdot (21): Racun dalam Kendi
Racun dalam Kendi
Abstrak
Ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian.
Orientasi
Suatu hari majikannya datang membawa satu kendi madu dan karena kuatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, "Abu, kendi ini berisi racun dan saya tidak mau kamu mati karena meminumnya!!!"
Sang majikan pun pergi keluar, pada saat itu Abu Nawas menjual sepotong pakaian, lalu menggunakan uangnya untuk membeli roti dan menghabiskan madu itu dengan rotinya.
Krisis
Majikannya pun datang dan sadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Bertanyalah dia pada Abu Nawas, "Abu!!! Apa sebenarnya yang telah terjadi..?"
Reaksi
Abu Nawas menjawab, "Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena saya takut akan dimarahi tuan, jadi saya putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu."
Contoh Teks Anekdot (22): Mengajari Adik Berenang
Mengajari Adik Berenang
Abstrak
Pagi hari di sebuah kolam renang, seorang kakak sedang mengajari adiknya berenang.
Orientasi
"Aku tidak mau malu karena tidak bisa berenang ka," kata sang adik.
"Kakak akan ajari dari gaya tersulit sampai termudah dik," jawab sang kakak.
Mendengar hal itu, sang adik pun gembira.
Krisis
Setelah beberapa hari latihan renang itu, sang kak tampak bersedih, sementara sang adik tampak gembira.
"Terima kasih kak, akhirnya kakak bisa mengajari gaya berenang yang paling aku kuasai, tapi kenapa kakak bersedih?" tanyanya.
Reaksi
"Yang kamu kuasai itu gaya batu, dik!" pungkas sang kakak.
Contoh Teks Anekdot (23): Tak Punya Latar Belakang Jadi Presiden
Tak Punya Latar Belakang Jadi Presiden
Abstrak
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memang unik. Dalam situasi genting, ia pun masih bisa sering meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan. Seperti yang dituturkannya ke Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pada saat itu, saat diinterview salah satu televisi swasta.
Orientasi
"Waktu itu saya hampir menolak penunjukannya sebagai Menteri Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau pertahanan," kata Pak Mahfud.
Krisis
Tak disangka, jawaban Gus Dur saat itu pun tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus bisa. Saya saja menjadi Presiden tak perlu memiliki latar belakang presiden kok," kata Gus Dur dengan santai.
Reaksi
Lalu, Pak Mahfud MD pun tidak sanggup berkutik. "Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh, pasti nggak akan memilih saya sebagai Menhan," tutup Pak Mahfud.
Contoh Teks Anekdot (24): Menteri Pendidikan
Menteri Pendidikan
Abstrak
Saat jam istirahat, sambil menyantap makanan mereka mengobrol. Arbi menyodorkan gawainya ke arah Diki.
Orientasi
"Dik, lihat deh. Katanya kurikulum mau berubah nih. Cuma ada lima mata pelajaran di SMA. Makin santai dong."
"Keren ya menterinya. Bisa jadi nanti kita dilarang pakai motor. Tapi wajib pakai Gojek buat mengurangi macet. Mau jajan tinggal Go-Food. Guru ngajar dapat bintang tiap selesai ngajar."
Krisis
"Nanti kita bayar SPP bisa pakai Gopay dong? Bisa dapat cashback 50%. Lumayan bisa buat traktir pacar."
Reaksi
"Pacaran mulu otak lu. Iya nanti murid suka bolos kaya lu langsung ketahuan di aplikasi, terus dianterin paksa lagi ke sekolah sama driver Gojek."
Contoh Teks Anekdot (25): Orang Tuaku Sayang, Anakku Malang
Orang Tuaku Sayang, Anakku Malang
Abstrak
Setiap hari orang tua Zaki selalu bekerja. Mereka jarang pulang di rumah karena harus banyak mengisi acara seminar. Sudah 1 bulan lamanya, mereka tidak bertemu anaknya.
Rasa kangen pun muncul. Sang bapak ingin menguji anaknya, apakah dia mencintai dan merindukannya atau tidak.
Orientasi
Bapak: Zak, apakah kamu sayang terhadap orang tuamu?
Zaki: sangat sayang dong. Aku selalu merindukan ayah dan ibu, ketika aku sendiri di rumah (jawan Zaki bohong).
Bapaknya lega mendengar perkataan Zaki. Beliau percaya kalau anaknya sangat menyayangi dirinya.
Krisis
Ayahnya kemudian berdoa, "Ya, Allah terima kasih kau telah titipkan hamba seorang anak yang sayang padaku. Berikan dia hukuman jika salah".
Reaksi
Seketika itu, Zaki jatuh dan pingsan. Bapaknya segera melarikannya, ke rumah sakit.
Koda
Zaki langsung mendapatkan pertolongan. Namun, sang ayah pun hanya menangis.
Contoh Teks Anekdot (26): WC
WC
Abstrak
Ada tiga orang siswa di angkot, mereka menceritakan keunggulan sekolahnya masing-masing. Saat mereka menceritakan WC yang ada di sekolahnya, tidak ada yang mau kalah.
Orientasi
Siswa SMAN 1, "WC di sekolahku sangat wangi, karena ada pengharum ruangan, ada gantungan bajunya, serta ada toilet duduknya dong."
Siswa SMAN 2, "WC di sekolahku juga sangat bersih. Tersedia keran air tanpa disentuh, wadah sabun cuci tangan dengan sensor, juga pengering tangan elektrik. Tersedia tisu yang selalu penuh dan cermin yang selalu bersih."
Krisis & Reaksi
Siswa SMAN 3 tidak mau kalah, dengan santainya dia berkata, "Heleh, WC kalian semua kalah dong sama WC di sekolahku. Serba ada dan serba komplit. Tempat sampah penuh dengan sampahnya, air keran tersumbat, toilet yang penuh dengan isinya yang sudah mengering dan tidak disiram, membuat WC di sekolahku sangat wangi dengan pewangi alami."
Koda
Antara sedih dan lucu akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.
Contoh Teks Anekdot (27): Salah Arti
Salah Arti
Abstrak
Seorang dosen fakultas hukum di suatu Universitas, sedang memberi kuliah tentang hukum pidana.
Orientasi
Setelah memaparkan materi, dibuka sesi tanya jawab. Pada sesi itu si Dadang bertanya pada dosen, "Pak kalau kepanjangan dari KUHP itu apa?"
Lalu, dosen tidak menjawab, malah dilemparkannya pada si Andre, dan berkata, "Saudara Andre, coba bantu saya untuk menjawab pertanyaan dari temanmu saudara Dadang!"
Krisis
Dengan tegas si Andre menjawab, "Kasih Uang Habis Perkara, Pak!" jawab Andre sambil berdiri.
Mahasiswa lain yang ada di kelas pun tentu tertawa, sementara pak dosen geleng-geleng kepala, sambil menambahkan pertanyaan si Dadang.
"Saudara Andre, dari mana saudara tahu jawaban itu?" kata si dosen, sambil menatap arah Andre.
Reaksi
Pertanyaan tersebut dijawab Andre pula dengan tegas. "Peribahasa Inggris mengatakan 'Pengalaman adalah guru yang terbaik' begitu, Pak!"
Koda
Seisi kelas tertawa. Kemudian, 5 menit kemudian tawa itu mereda dan kelas kembali tenang.
Contoh Teks Anekdot (28): Kaos Tahanan KPK
Kaos Tahanan KPK
Abstraksi
Ada dua orang dari partai politik, sebut saja namanya Danu dan Zaky, yang mempunyai niat yang sama dengan maksud untuk mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Orientasi
Setelah selesai memberikan berkas-berkas pencalonannya ke KPU di wilayah masing-masing, Danu dan Zaky ngobrol sekaligus meminum kopi di sebuah kantin. Mereka kemudian terikat ke dalam sebuah percakapan yang sangat seru.
Krisis
Danu: Zak, kamu tahu kan di negara kita sudah terdapat banyak politis-politis yang kaya raya?!
Zaky: Emm, masalah itu aku juga udah tahu, Dan!
Danu: Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka semua sanggup untuk membeli baju yang termahal di Indonesia.
Zaky: Lho, maksud kamu apa ya?
Danu: Ya, apalagi kalo bukan baju tahanan KPK.
Zaky: Kok malah kaos tahanan KPK si dan, aku gak paham?
Reaksi
Danu: Ya iyalah, coba aja deh kamu pikir Zak, seorang politis terlebih dahulu harus bisa mengambil uang negara minimal 1 miliar baru mereka semua bisa menggunakan kaos tersebut.
Wahyu: Ohh, aku baru paham kalau maksud kamu seperti itu, Dan.
Koda
Kemudian mereka memesan kopi untuk yang kedua kalinya dan mengingat masa lalu mereka yang sudah pernah mengenakan kaos termahal KPK itu.
Contoh Teks Anekdot (29): Kursi
Kursi
Abstraksi
Di suatu siang, ada dua bocah yang sedang bercanda di bawah pohon rindang, Edward dan Anton.
Orientasi
Edward: "Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?"
Anton: " Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur Saat tidur, orang, kan, lupa."
Edward: "Hahahaha, lucu, tapi jawabanmu salah."
Krisis
Anton: "Hmm, kursi apa dong?"
Edward: "Jawabannya adalah kursi jabatan!"
Anton: "Lho, kok begitu?"
Reaksi
Edward: "Jelas lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi setelah duduk di kursi itu, mereka lupa ingatan soal janji-janjinya!"
Anton: "Hahahahaha betul juga."
Contoh Teks Anekdot (30): Burung India
Burung India
Abstraksi
Seorang saudagar memelihara burung dalam sangkar. Burung itu minta dibebaskan, tetapi ditolak.
Orientasi
Suatu hari, saudagar akan berangkat ke India, tanah asal burung itu. Ia bertanya kepada burungnya, barangkali binatang itu minta oleh-oleh dari sana. Burung itu minta saudagar pergi ke hutan di India, lalu mengabarkan tentang keadaan dirinya yang ada dalam kurungan kepada burung-burung lain yang masih bebas.
Saudagar itu menyampaikan pesan tersebut. Begitu ia selesai berkata, seekor burung yang serupa dengan burung piaraannya jatuh tak sadarkan diri dari sebuah pohon. Saudagar berpikir, burung itu tentulah saudara burung piaraannya.
Krisis
Ketika saudagar pulang, burung bertanya apakah ada kabar gembira?
"Tidak," jawab saudagar itu.
"Kabar buruk lah yang aku bawa. Seekor saudaramu tak sadarkan diri dan jatuh dekat kakiku ketika kusiarkan kabar tentang keadaanmu." Setelah kata-kata itu diucapkan, burung yang dalam sangkar itu pun tak sadarkan diri.
"Kabar kematian saudaranya menyebabkannya mati juga," pikir saudagar itu.
Reaksi
Dengan sedih, diambilnya burung itu dari sangkarnya, lalu diletakkannya di ambang jendela. Segera saja burung itu hidup kembali, terbang ke pohon terdekat.
"Kini kau tahu," kata si burung, "Bahwa yang kau kira kabar buruk itu, ternyata merupakan kabar baik bagiku."
Koda
Akhirnya, burung itu pun terbang bebas dan merdeka.
Contoh Teks Anekdot (31): Tikus
Tikus
Abstraksi
Alkisah, pada suatu hari terjadi migrasi tikus besar-besaran dari seluruh dunia.
Orientasi
Ketika mereka sampai pada satu gorong-gorong besar, mereka memperebutkan kekuasaan.
Siapa yang berhak tinggal dan menjadi pemimpin di tempat itu. Tikus pejantan yang besar saling beradu argumen.
Krisis
Seekor tikus dari Amerika dengan sombongnya berkata. "Kami tikus Amerika sangatlah pintar. Buktinya kami bisa membuat perusahaan film yang terkenal di seluruh dunia." (Disney Film dengan ikon Mickey Mouse)
Tikus pejantan dari Perancis tidak mau kalah, "Kalian lupa ya, kalau tikus dari Perancis itu mahir memasak. Bahkan hasil masakannya puji oleh koki manusia yang terkenal." (Film Ratatouille).
Dari ujung terowongan, tikus pejantan dari Thailand dengan santainya berkata, "Mari kuceritakan satu hal, aku pernah jalan-jalan ke Indonesia. Ternyata di sana, pemerintahannya dipimpin oleh para tikus (koruptor)."
Reaksi dan Koda
Akhirnya kekuasaan para tikus pun dipimpin oleh tikus dari Indonesia.
Contoh Teks Anekdot (32): Obrolan Presiden
Obrolan Presiden
Abstraksi
Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negara yang dipimpin mereka.
Orientasi
Tidak lama Presiden AS, Bill Clinton mengeluarkan tangannya, lalu sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"
Gus Dur pun menanggapi dan berkata, "Lho kok bisa tahu, sih?"
"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya.
Tidak mau kalah, Presiden Prancis saat itu, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" dengan sombongnya.
"Wah ... kok bisa tahu juga?" saut Gus Dur.
"lni menara Eiffel kepegang!" jawab presiden Perancis.
Krisis
Karena disombongin oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat.
"Wah ... kita sedang berada di atas Tanah Abang!" teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tahu, sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat dengan baik.
Reaksi dan Koda
"Ini jam tangan saya hilang," jawab Gus Dur bernada kalem.
Contoh Teks Anekdot (33): Menjaga Silaturahmi
Menjaga Silaturahmi
Abstraksi
Dua sahabat lama akhirnya bertemu setelah lulus kuliah 3 tahun yang lalu.
Orientasi
Indra: "Makin ke sini rasanya susah banget nongki kayak gini."
Bagus: "Iya, tapi gue punya solusi, sih, biar kita berdua bisa nongki terus."
Krisis
Indra: "Wah, gimana caranya, tuh?"
Bagus mendekat dan berbisik di telinga Indra.
Reaksi dan Koda
Bagus: "Agar tali silaturahmi tidak putus, pinjam dulu seratus."
Contoh Teks Anekdot (34): Kejadian Lucu di Restoran
Kejadian Lucu di Restoran
Abstraksi
Pada suatu hari, saya dan teman-teman memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran yang terkenal di kota kami.
Orientasi
Kami duduk di meja yang nyaman, memesan makanan, dan mulai berbicara tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Suasana di restoran sangat ramai, dengan banyak pelanggan yang menikmati hidangan mereka.
Krisis
Tiba-tiba, pelayan datang dengan piring besar yang berisi sup panas yang sangat harum. Ketika dia mencoba meletakkannya di meja kami, sesuatu yang lucu terjadi.
Salah satu teman saya secara tidak sengaja mengetuk piring sup dengan siku, dan supnya tumpah ke pangkuan teman kami yang lain.
Semua orang di restoran berhenti makan dan menoleh ke arah kami.
Teman yang kecipratan sup hanya bisa terdiam sejenak, lalu dia berkata dengan tenang, "Rupanya, saya baru saja mendapatkan 'surprise' dari restoran ini!"
Semua orang meledak tertawa, termasuk pelayan dan kami sendiri. Momen itu benar-benar mengubah suasana restoran yang awalnya tenang menjadi riuh dan penuh tawa.
Reaksi dan Koda
Kami akhirnya mendapatkan piring baru dengan sup yang sudah dibersihkan, dan makan malam kami berlanjut dengan riang. Kejadian ini menjadi bahan tertawaan sepanjang makan malam, dan kami tahu bahwa kami akan selalu mengingat "surprise" itu.
Contoh Teks Anekdot (35): Kecoa
Kecoa
Abstraksi
Alkisah, pada suatu hari dijumpai sepasang kakak beradik dalam sebuah keluarga.
Orientasi
Keduanya akan pergi untuk berkebun. Namun, tiba-tiba keduanya mengurungkan niatnya dan kembali terburu-buru pulang ke rumah.
Krisis
Kakak: "Ma, minta tolong adik tertelan kecoa!"
Mamah: "Astaga, bagaimana ceritanya kak? Segera hubungi dokter ke sini, kak."
Kakak: "Oh, jika seperti itu malah timbul masalah baru ma. Sebentar lagi kecoanya mati ma, tadi adik sudah kakak beri racun serangga."
Reaksi dan Koda
Mamah: (pingsan)
Contoh Teks Anekdot (36): Perubahan UUD
Perubahan UUD
Abstraksi
Suatu hari, guru Pendidikan Kewarganegaraan menjelaskan perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) dari periode ke periode. Ia juga menjelaskan alasan perubahan UUD di Indonesia.
Orientasi
Di tengah kelas, Muchlis tampak tertidur di kelas. Guru tersebut menegurnya.
Krisis
"Muchlis, jelaskan perubahan UUD, lalu apa maksud peraturan diatur di UUD," kata sang guru.
Reaksi
"Kalau kenapa diatur di UUD, saya tahu, Bu. Soalnya, semuanya akhirnya memang UUD, Ujung-ujungnya Duit," celetuk Muchlis.
Koda
Kawan-kawan Muchlis cekikikan, sang guru geleng-geleng kepala.
Contoh Teks Anekdot (37): Berkat Kanker Otak
Berkat Kanker Otak
Abstraksi
Rutinitas belajar dan mengajar selalu diawali dengan cek presensi. Setiap guru yang masuk akan memanggil satu per satu murid yang hadir.
Orientasi
Pada saat itu, guru Bahasa Indonesia yang terkenal galak mulai memanggil setiap murid. Dengan nada tegas dan ekspresi kaku, ia menyebut nama murid. Hal ini menyebabkan murid yang dipanggil pun menjawab tak kalah lantangnya.
"Andi Ahmad"
"Hadir Bu!"
"Azmi Mahdi"
"Hadir Bu!"
"Bayu Satria"
"Hadir Bu"
Krisis
"Akhirnya kamu masuk sekolah juga ya. Kenapa kamu kemarin tidak masuk?"
"Saya mesti ke rumah sakit, Bu," jawab Bayu sembari senyum.
"Kenapa kamu jawab pertanyaan saya sambil senyum-senyum?" jawab sang guru kesal.
"Iya Bu, soalnya kata dokter saya terkena kanker otak."
"Apa yang lucu? Kanker otak itu berbahaya."
Reaksi
"Saya senang Bu. Ibu sudah tidak bisa bilang 'dasar kamu tidak punya otak' karena otak saya rusak."
Koda
Seisi kelas meringis mendengar jawaban Bayu. Mereka ingin tertawa, tetapi khawatir dimarahi sang guru.
Contoh Teks Anekdot (38): Makan Sup Bebek
Makan Sup Bebek
Abstraksi
Asrul memandangi beberapa ekor bebek yang terlihat lezat jika dimasak. Bebek itu sedang berenang di kolam.
Orientasi
Ia berencana menangkap bebek-bebek itu. Namun, bebek itu terbang. Ia berusaha menangkap dengan susah payah. Setelah 45 menit, ia putus asa dan duduk di pinggir kolam karena kelelahan.
Krisis
Ia pun mencelupkan beberapa potong roti ke kolam tempat bebek tadi berenang. Roti itu lalu dimakannya.
Beberapa orang yang melewati Asrul keheranan dan bertanya, "Nasruddin, apa yang kau lakukan?"
Reaksi dan Koda
Dengan santai ia menjawab, "Aku sedang makan sup bebek."
Contoh Teks Anekdot (39): Orang Pintar
Orang Pintar
Abstraksi
Di dalam sebuah kelas sedang terjadi kegiatan belajar mengajar.
Orientasi
Sang guru yang sedang mengajar pada saat itu melakukan tanya jawab dengan para muridnya.
Krisis
Ibu Guru: "Anak-anak, apa tandanya seseorang dikatakan pintar?"
Ulfi: "Orang dikatakan pintar kalau dia rajin membaca Bu."
Ibu Guru: "Bagus! Ada lagi?"
Bono: "Rajin menulis juga Bu tentunya."
Ibu Guru: "Ya Bono, kamu betul."
Ulfi: "Tapi rajin menyontek juga Bu."
Bono: "Iya Bu, kalau tidak menyontek kita tak akan bisa apa-apa. Misalnya, dalam membuat pesawat terbang dari kertas, kalau tidak menyontek caranya tentu tak kan bisa. Betul kan Bu guru?"
Reaksi
Ibu Guru: "Oh iya ya betul juga kamu Bon."
Bono: "Yes! Berarti hari ini kita boleh menyontek teman-teman agar jadi orang pintar."
Koda
Ibu Guru: (Bingung).
Contoh Teks Anekdot (40): Cara Keledai Membaca Buku
Cara Keledai Membaca Buku
Abstraksi
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.
Orientasi
Namun, Timur Lenk memberi syarat agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu, ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah. Namun, jika tidak, maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut dan membuka sampulnya.
Krisis
Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir.
Reaksi
Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
"Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya," kata Nasrudin.
Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban "Bagaimana cara mengajari keledai membaca?"
Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalau tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu."
"Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?" tukas Timur Lenk.
Nasrudin menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya."
Koda
"Jadi kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?" kata Nashrudin dengan mimik serius.
Contoh Teks Anekdot (41): Anak Artis
Anak Artis
Abstraksi
Pada suatu hari di salah satu warung tenda kawasan Kemang.
Orientasi
Devano, anak salah satu artis terkenal memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran.
Devano: "Berapa semuanya?"
Pelayan: "Semuanya Rp132.000,00, Kak."
Devano yang memang nggak punya uang lima puluh ribuan langsung saja menyodorkan dua lembar seratus ribu.
Pelayan: "Ini kak, kembaliannya."
Devano: "Sudah... simpan saja buat keluarga kamu."
Pelayan merasa senang karena menerima enam puluh delapan ribu rupiah dan langsung berterima kasih kepada Devano. Setelah beberapa jam kemudian, Keisha yang juga anak artis terkenal memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran.
Keisya: "Berapa semuanya?"
Pelayan: "Semuanya Rp 127.000, Kak."
Keisya menyodorkan tiga lembar lima puluh ribu.
Pelayan: "Ini kak, kembaliannya."
Keisya: "Sudah... simpan saja tip untuk kamu."
Pelayan langsung memasukkan kembalian itu ke kantongnya dan berterima kasih banyak ke Keisya. Setelah beberapa jam Soimah pun memanggil pelayan untuk meminta nota pembayaran
Soimah: "Berapa?"
Pelayan: "Semuanya Rp145.000."
Soimah menyodorkan tiga lembar lima puluh ribu dan menunggu beberapa menit.
Krisis
Soimah: "Loh, mana uang kembalian saya?"
Pelayan: "Ah, Kakak, masa uang lima ribu rupiah saja dikembalikan. Tadi Devano dan Keisya kembaliannya enam puluh delapan ribu rupiah dan dua puluh tiga ribu saja diberikan ke saya, masa kakak yang artis terkenal, lima ribu saja minta dikembalikan?"
Reaksi
Soimah: "Tunggu dulu kamu tahu siapa Devano dan Keisya?"
Pelayan dengan cekatan menjawab: "Yah tahu, Kak! Devano dan Keisya anak artis terkenal."
Soimah: "Pintar kamu, tahu mereka anak artis. Nah, sedangkan saya, kan anak penjual ikan!! Sekarang, mana kembalian saya?"
Koda
Pelayan: "!%$%?"
Contoh Teks Anekdot (42): Pencuri Daun Ubi
Pencuri Daun Ubi
Abstraksi
Arya dan Wira duduk menonton televisi di pos ronda.
Orientasi
Tiba-tiba, mereka melihat sebuah berita tentang pencurian daun ubi, dan pelakunya seorang nenek tua yang telah rapuh dijatuhi hukuman penjara selama 5 tahun.
Krisis
Arya, dengan wajah bingung berkomentar, "Aneh ya, para koruptor di negara ini malah cuma dihukum 1 tahun dan masih bisa bebas berjalan-jalan."
Reaksi
Wira menanggapi dengan bijak, "Nampaknya pemerintah lebih memprioritaskan perlindungan terhadap daun singkong. Hukumannya jadi lebih lama dibandingkan dengan pelaku korupsi yang menggunakan dasi."
Koda
Mendengar itu, Arya mengangguk setuju, menyadari akan logika di balik pernyataan Wira.
Contoh Teks Anekdot (43): Wibu
Wibu
Abtraksi
Dua sohib sedang menikmati jam kosong lantaran guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mereka tidak masuk.
Orientasi
Dimas: "Kamu suka anime, ya, Han?"
Rayhan: "Suka"
Krisis
Dimas: "Berarti kamu wibu dong?"
Rayhan: "Enggak, aku suka animenya doang"
Reaksi dan Koda
Dimas: "Tapi kamu bau bawang loh, Han. Berarti kamu wibu, kan wibu bau bawang."
Contoh Teks Anekdot (44): Menuntut Ilmu
Menuntut Ilmu
Abtraksi
Kedua sahabat duduk di sebuah kafe sambil berbincang.
Orientasi
"Kamu kan pintar dan kaya, Din. Kok kamu nggak lanjut kuliah?"
"Aku hanya ingin fokus berbisnis saja."
Krisis
"Padahal penting loh, menuntut ilmu."
Reaksi dan Koda
"Ngapain menuntut ilmu? Emangnya ilmu punya salah apa?"
Contoh Teks Anekdot (45): Buah yang Jatuh
Buah yang Jatuh
Abstraksi
Suatu hari seorang anak tertangkap basah sedang mencuri mangga tetangga.
Orientasi
"Dasar anak nakal, turun kamu! Ambil mangga orang seenaknya saja! Mana bapak kamu? Mau saya laporkan biar kamu dihukum," bentak sang pemilik mangga.
Krisis
Sang Anak menengok ke atas sambil berkata, "Bapak kita ketahuan."
Karena salah pijakan sang bapak akhirnya jatuh dari atas pohon.
Reaksi dan Koda
Sang pemilik mangga berkacak pinggang dan berkata, "Memang buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya!"
Contoh Teks Anekdot (46): Membuang Presiden
Membuang Presiden
Abstraksi
Apa akibatnya kalau seorang presiden terlampau lama memegang kekuasaan? Apalagi jika ditambah seringnya ia membohongi rakyatnya sendiri? Tentu rakyat akan protes dan marah, karena menganggap presidennya telah berkhianat.
Orientasi
Tapi ini cerita Gus Dur tentang seorang presiden Filipina yang punya tiga orang anak. Merasa ayah mereka adalah orang nomor satu di negerinya, anak-anak sang presiden pun lantas bertingkah neko-neko.
Krisis
Anak kedua presiden ingin mencari popularitas dengan menyebarkan jutaan lembar uang kertas pecahan 5 peso dari sebuah pesawat terbang.
Kakaknya tak mau kalah pamor. Dengan pesawat yang digunakan adiknya sebelumnya, sang kakak menyebarkan jumlah uang jauh lebih banyak dari adiknya.
Reaksi
Anak perempuan presiden juga ingin populer, tapi tidak mau meniru cara yang dilakukan oleh kedua kakaknya. Karena bingung, dia pun bertanya kepada pilot pesawat yang ikut menyebarkan uang bersama dua kakaknya itu.
"Mas kapten, aku ingin populer seperti dua kakakku sebelumnya, tapi tindakan populer apa yang bisa membahagiakan rakyat?" kata anak perempuan itu.
Koda
"Gampang sekali. Buang saja ayah nona dan atas pesawat"
Contoh Teks Anekdot (47): Mengikuti Kuis
Mengikuti Kuis
Abstraksi
Suatu hari Doni dan Trio mengikuti sebuah kuis berhadiah. Doni menjadi pengarah sedangkan Trio menjadi penjawab. Apapun yang dikatakan Trio, Doni hanya boleh menjawab ya, tidak, atau bisa jadi.
Orientasi
Doni: Nama tempat?
Trio: Tidak!
Doni: Makanan?
Trio: Tidak!
Doni: Orang?
Trio: Ya, ya, ya!
Doni: Profesi?
Trio: Ya!
Doni: Guru?
Trio: Tidak!
Krisis
Doni: Berdasi?
Trio: Ya, ya!
Doni: Pejabat?
Trio: Ya, ya!
Doni: Di kantor suka tidur?
Trio: Ya!
Doni: Banyak yang korupsi?
Trio: Bisa jadi, bisa jadi!
Doni: Anggota DPR?
Reaksi
Trio: Ya...!
Koda
Akhirnya Doni menjawab betul.
Contoh Teks Anekdot (48): Jagain Pulpen
Jagain Pulpen
Orientasi
"Ada yang liat pulpen aku nggak?" tanya Juan menyisir meja dan bawah mejanya.
"Nggak, memangnya kamu taruh di mana?" tanya July.
"Di meja, kok," jawab Juan.
Krisis
"Ini bukan, sih?" tanya Bian memperlihatkan pulpen hitam pada Juan.
"Ini punyaku! Kamu yang ngambil, ya?!" serang Juan.
Reaksi dan Koda
"Iya, siapa suruh naroh sembarangan. Jagain pulpen aja nggak bisa, apalagi jagain pacar."
Contoh Teks Anekdot (49): Masuk Neraka
Masuk Neraka
Abstraksi
Suatu hari, Pak Budi mengajukan pertanyaan kepada siswanya, "Siapa yang mau masuk surga?"
Seluruh siswa di dalam kelas sontak mengangkat tangan dan menjawab, "Saya, Pak!"
Orientasi
"Siapa yang mau masuk neraka?" tanya Pak Budi sekali lagi.
Seluruh siswa terdiam.
Krisis
Kemudian Pak Budi mengajukan pertanyaan lagi, "Siapa yang tahu masuk neraka?"
Reaksi
Sontak seluruh siswa mengangkat tangan dan menjawab, "Saya, Pak!"
Koda
Pak Budi lantas tergelak.
Contoh Teks Anekdot (50): Sedekah
Sedekah
Abstraksi
Suatu hari seorang pengemis menghampiri seorang pemuda yang duduk di halte bis.
"Nak, minta sedekahnya, Nak," pinta sang pengemis.
Orientasi
Sang pemuda lantas merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dan memberikannya kepada sang pengemis sambil berkata, "Kembalian lima ribu ya, Pak," pinta pemuda tersebut.
Bapak pengemis kemudian menyodorkan mangkuk berisi uang kembalian.
"Ini, Nak, kembaliannya silakan diambil."
Krisis
"Tunggu Pak, ini kembaliannya kelebihan tujuh ribu," ucap pemuda tersebut.
Reaksi dan Koda
"Oh, tidak apa-apa, Nak. Ambil uang itu, anggap saja saya bersedekah."
Contoh Teks Anekdot (51): Keluarga Miskin dan Durian
Keluarga Miskin dan Durian
Abstraksi
Di sebuah desa, hiduplah seorang janda dengan anaknya. Hari ini tidak ada kepulan asap di dapur. Hasan sangat lapar. Ia pun pergi dari rumah, siapa tahu ada orang yang berbelas kasihan terhadapnya dengan memberi makan kepadanya. Namun, tak seorang pun yang belas kasih kepadanya. Akhirnya, Hasan punya akal panjang yaitu mencuri buah durian milik tetangga yang kikir itu.
Orientasi
Dia pulang ke rumah membawa sebuah durian. Ibunya pun senang melihat kedatangan anaknya yang membawa makanan. Ibunya pun memuji tindakan Hasan. "Lain kali lebih banyak, ya, Nak! Tidak hanya satu!" kata ibunya dengan polos.
Krisis
Hari ini cuaca lebih cerah. Hasan pun pergi ke kebun. Diambilnya dua buah durian. Tapi naas bagi Hasan, warga sudah menghadangnya. Hasan di hakimi oleh massa. "Ini bukan keinginan saya, tapi keinginan ibuku." Hasan menjerit kesakitan. Ibunya hanya diam."Bagaimana warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini!" kata kepala kampung
"Lanjut, hajar dia, sampai dia kapok!" seru warga. Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang itu dihakimi massa. Setelah warga puas melampiaskan amarah dan meninggalkannya, ibunya datang memeluknya. Tapi Hasan malah memukul ibunya. Ibunya jatuh tersungkur di tanah.
Reaksi
"Kenapa ibu dulu tidak memarahiku ketika aku mencuri pertama kali. Sekarang jadi seperti ini. Ya Allah, hukumlah Ibu yang tidak menyayangi anaknya!" rintih Hasan
Contoh Teks Anekdot (52): Sekarang Pukul Berapa?
Sekarang Pukul Berapa?
Abstraksi
Seorang gelandangan tidur di taman. Ia dibangunkan setelah tidur selama 5 menit oleh seorang pria.
Orientasi
"Permisi. Apakah Anda tahu pukul berapa sekarang?"
Gelandang itu menjawab, "Maaf saya tidak punya jam tangan, jadi saya tidak tahu sekarang pukul berapa."
Pria itu meminta maaf karena membangunkan gelandangan itu, lalu melangkah pergi.
Gelandang itu kembali melanjutkan tidurnya. Setelah beberapa saat, Ia dibangunkan oleh seorang wanita, yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya.
Wanita itu berkata, "Maaf mengganggu tidur Anda, tetapi sepertinya saya kehilangan jam tangan saya. Apa Anda tahu sekarang pukul berapa?"
Gelandang itu sedikit kesal karena dibangunkan lagi, tetapi dia dengan sopan memberi tahu wanita itu bahwa dia tidak punya jam tangan dan tidak tahu pukul berapa.
Setelah wanita itu pergi, gelandangan itu punya ide. Ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan pena dan selembar kertas.
Krisis
Di kertas itu, Ia menulis, "Saya tidak punya jam tangan. Saya tidak tahu sekarang pukul berapa."
Ia kemudian menggantungkan kertas itu di lehernya dan kembali melanjutkan tidurnya. Setelah sekitar 15 menit, seorang polisi yang sedang berjalan di taman melihat gelandangan tertidur di bangku, dan membaca tulisan yang digantung di lehernya.
Reaksi dan Koda
Polisi itu membangunkan si gelandangan dan berkata, "Saya membaca tulisan yang digantung di leher Anda. Saya pikir Anda ingin tahu bahwa sekarang pukul 14.30."
Contoh Teks Anekdot (53): Lampu si Buta
Lampu si Buta
Abstraksi
Seorang buta membawa gentong di atas pundak sambil menenteng lampu.
Orientasi
Ia berjalan ke sungai untuk mengisi gentong itu.
Krisis
Seseorang yang melihatnya berkata, "Wahai, orang buta. Malam dan siang hari sama saja bagimu. Mengapa kau gunakan lampu?"
Reaksi dan Koda
Orang buta itu menjawab, "Hai, orang yang suka mencampuri urusan orang lain! Lampu ini kuperuntukkan bagi orang yang buta pikiran agar tidak terpeleset atau menabrakku!"
Contoh Teks Anekdot (54): Perlombaan
Perlombaan
Abstraksi
Kakak dan Adik baru saja tiba di rumah membawa bingkisan dari perlombaan 17-an.
Orientasi
Di ruang tamu, mereka berdua duduk di kursi. Kemudian adiknya mulai bercerita.
Krisis
"Kak, tadi aku ikut lomba makan kerupuk!"
"Wah, keren. Kamu menang, gak?" tanya sang Kakak.
"Iya dong, tapi ada yang aneh, Kak," ucap sang Adik.
"Aneh kenapa?"
"Anak-anak di sana ikut lomba makan kerupuk, tapi orang dewasanya malah lomba makan temen sendiri, Kak!"
Reaksi
Sang Kakak hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir.
Contoh Teks Anekdot (55): Sanjungan
Sanjungan
Abstraksi
Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibukota provinsi.
Orientasi
Dia pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, yang merupakan seorang menteri pemerintahan senior.
"Bekerja di lokasi provinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati-hati. "Kata sang mentor.
"Baiklah. Terima kasih Bapak," kata anak muda itu.
Krisis
"Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya. Kalau nanti saya bertemu dengan pejabat di sana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang."
"Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu?" Tanya mentor itu dengan tidak senang.
Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita seharusnya tidak menggunakan sanjungan.
Reaksi
Sang murid menjawab. "Namun, pada kenyataannya kebanyakan orang senang di sanjung, Pak. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan."
"Mungkin kamu benar," mentornya mengangguk sambil tersenyum.
Koda
Kemudian, pria ini menceritakan cerita ini kepada temannnya. "Saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa.
Contoh Teks Anekdot (56): Mimpi dan Irisan Roti
Mimpi dan Irisan Roti
Abstraksi
Tiga orang musafir melakukan perjalanan jauh dan melelahkan. Mereka bersama dalam suka dan duka.
Orientasi
Setelah berhari-hari, mereka menyadari bahwa makanan yang mereka miliki tinggal seiris roti dan seteguk air di kendi. Mereka bertengkar tentang siapa yang berhak memakan dan meminum bekal tersebut.
Malam pun tiba. Seorang dari mereka memberi usul, "Sekarang, kita tidur. Saat bangun besok, kita ceritakan mimpi kita. Orang yang mendapatkan mimpi paling menakjubkan, berhak atas bekal kita."
Krisis
Pagi berikutnya, mereka bangun. "Inilah mimpiku," kata musafir pertama.
"Aku berada di tempat yang begitu indah dan tenang. Aku berjumpa dengan seorang bijaksana yang berkata, 'Kau berhak makan makanan itu sebab kehidupan masa lampau dan masa depanmu berharga."
"Aneh sekali," kata musafir kedua, "Sebab dalam mimpiku, aku melihat segala masa lampau dan masa depanku. Dalam masa depanku, kulihat seorang lelaki mahatahu, berkata, 'Kamu berhak akan makanan itu lebih dari kawan-kawanmu sebab kamu lebih berpengetahuan."
Reaksi dan Koda
Musafir ketiga berkata, "Dalam mimpiku aku tak melihat apa pun. Aku merasakan suatu kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air itu, lalu memakannya di situ juga. Nah, itulah yang aku kerjakan semalam."
Struktur Teks Anekdot
Setiap teks berbeda satu sama lain. Salah satu unsur pembedanya bisa dilihat melalui strukturnya. Nah, menurut Gerot dan Wignell, teks anekdot umumnya tersusun atas lima bagian, yaitu abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
Merujuk buku Teks Anekdot oleh Millah Af'idah dan Silvia Sri Asmarani, selengkapnya berikut struktur teks anekdot:
a. Abstraksi
Abstraksi adalah bagian paling pertama teks yang biasanya berisi tentang gambaran awal sebuah kejadian tertentu.
b. Kalimat Orientasi
Setelah abstraksi, muncul kalimat orientasi yang ditulis pada paragraf kedua. Kalimat orientasi berfungsi untuk menjelaskan latar belakang yang mengawali kisah atau konflik yang menjadi inti cerita dari teks.
c. Paragraf Krisis
Bagian paragraf krisis berisi permasalahan pokok yang menjadi inti cerita. Di bagian ini pula penulis dapat memasukkan unsur humor.
d. Paragraf Reaksi
Paragraf reaksi biasanya memuat tentang solusi atau penyelesaian masalah dari konflik. Di bagian ini, penulis cerita dapat menambahkan sedikit unsur jenaka dengan baluran sindiran tajam kepada para tokoh dalam cerita.
e. Penutup atau Koda
Koda berfungsi untuk mengakhiri cerita dari teks anekdot. Isinya bisa berupa simpulan dari kejadian yang dialami tokoh cerita.
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Dikutip dari buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan yang disusun oleh Taufiqur Rahman, kaidah kebahasaan teks anekdot adalah sebagai berikut:
- Menggunakan kata kerja lampau
- Menggunakan kata keterangan atau adverba dalam bentuk lampai
- Menggunakan gaya bahasa metafora atau kiasan
- Menggunakan kata penghubung dan tanda baca yang sesuai kaidah
- Diceritakan secara runtut
- Menggunakan adjektiva, nomina, dan kata majemuk
- Kadang kala dilengkapi dengan pertanyaan retoris
- Umumnya menggunakan bahasa sehari-hari atau informal
- Memadukan antara fakta dan kejadian yang dibuat-buat (fiksi dan nonfiksi) atau sekadar menceritakan kejadian unik
Demikianlah contoh-contoh teks anekdot singkat beserta penjelasan tentang struktur dan kaidah kebahasaannya. Semoga informasi tadi membantu pemahamanmu, ya!
Informasi dalam artikel ini telah diperbaharui pada Kamis, 26 Oktober 2023, pukul 10.10 WIB.
(mff/nkm)