15 Contoh Teks Anekdot Singkat dan Lucu Lengkap dengan Ciri-ciri hingga Struktur

ADVERTISEMENT

15 Contoh Teks Anekdot Singkat dan Lucu Lengkap dengan Ciri-ciri hingga Struktur

Muhammad Alfathir - detikEdu
Senin, 21 Okt 2024 07:30 WIB
Ilustrasi menulis teks
Foto: Freepik/freepik/Ilustrasi menulis teks anekdot
Jakarta -

Teks anekdot adalah tulisan humoris yang singkat untuk memberi pesan tertentu. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerangkan bahwa teks anekdot berisi cerita singkat yang lucu dan biasanya mengenai orang penting atau terkenal, berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

Berbeda dengan jenis teks lainnya, teks anekdot biasanya digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan, kritik, atau hiburan kepada para pembaca atau pendengar. Ceritanya, juga berasal dari kejadian nyata yang kerap ditemukan sehari-hari.

Dalam penulisan teks anekdot, kaidahnya memakai waktu lampau. Kemudian memakai kata kata pernyataan retoris dan memakai kalimat seru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ciri-ciri Teks Anekdot

- Memiliki karakter utama dari teks ini Humoris
- Berbentuk menyindir atau berupa sindiran
- Adanya karakter hewan dan manusia di dalamnya
- Ditujukan kepada orang yang sudah terkenal misalkan anggota DPR.
- Kisah yang diceritakan umumnya termasuk dalam realita
- Adanya nuansa fiksi, dongeng di dalamnya.

Struktur Teks Anekdot

Menurut e-Modul "Bahasa dan Sastra Indonesia" (2019) karya Badiya Rifai, teks anekdot memiliki beberapa struktur, di antaranya:

ADVERTISEMENT

1. Abstraksi yaitu bagian pembuka yang berisi uraian singkat tentang objek atau hal yang hendak disindir atau dikritik.
2. Orientasi, yaitu pengenalan tokoh dan peristiwa yang akan menjadi inti cerita.
3. Krisis, yaitu bagian saat peristiwa mencapai puncaknya dan hampir menuju penyelesaian.
4. Reaksi, yaitu respons atau jawaban terhadap permasalahan yang muncul pada tahap krisis.
5. Koda, yaitu bagian penutup yang menegaskan kembali sindiran atau kritik yang disampaikan.

15 Contoh Teks Anekdot Singkat dan Lucu

Berikut contoh teks anekdot yang dirangkum dari arsip detikcom, situs Kemdikbud RI, dan buku "Tek Anekdot" karya Millah Af'idah dan Silvia Sri Asmarani.

1. Contoh Teks Anekdot: Pengadilan

Abstraksi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.

Orientasi
"Apakah benar, bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" tanya Jaksa. Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.

Krisis
"Bukanlah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" ulang pengacara. Saksi masih tidak menanggapi.

Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa!" kepada saksi.

Reaksi
"Oh maaf, saya pikir dia tadi berbicara dengan anda" jawab saksi terkejut.

Koda
Seisi ruang sidang sontak terkejut mendengar jawaban saksi.

2. Contoh Teks Anekdot: Seratus Ungkapan

Abstraksi
Setelah lulus dari ujian negara di Beijing, seorang pria muda ditunjuk sebagai pejabat pemerintahan ibukota provinsi. Dia pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, yang merupakan seorang menteri pertahanan senior.

Orientasi
"Bekerja di provinsi itu tidak mudah. Kamu harus berhati-hati," kata sang mentor. "Mohon jangan khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak saya," kata pria muda tersebut.

Krisis
"Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu? Kita adalah pria sejati dan pria sejati tidak menggunakan sanjungan," kata sang Mentor. "Namun, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung, Pak. Hanya beberapa pria sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan," ujar pria muda. Sang mentor pun mengangguk setuju.

Reaksi
Kemudian, pria muda menceritakan cerita ini kepada temannya, "saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan tersisa" ujarnya.

Koda
Keduanya pun tertawa.

3. Contoh Teks Anekdot: Nilai Bagus

Abstraksi
Wanto adalah seorang murid yang menglabeli dirinya cerdas namun tetap baik hati. Suatu saat dia bercerita kepada temannya.

Orientasi
"Sekolah saya itu, dulu nilainya selalu 9 terus mas," ucap Wanto.

Krisis
"Tetapi nilai 9 tersebut bukan nilai yang menakjubkan," tambahnya.

Reaksi
"Dulu saya setia kawan, jadi nilainya saya bagi bersama tiga orang," ujar Wanto.

Koda
Temannya pun tertawa mendengar cerita Wanto.

4. Contoh Teks Anekdot: Nilai Merah

Abstraksi
Wanto adalah seorang murid yang memberi label dirinya cerdas namun tetap baik hati. Suatu saat dia bercerita kepada temannya.

Orientasi
"Wanto, kamu ada pengalaman unik selama sekolah?" tanya temannya.

Krisis
"Ada, dulu sekolah itu kan biasanya orang-orang kalau sama nilai merah itu pada takut. Kalau saya sih nggak," jawab Wanto.

"Sebabnya?" tanya temannya yang penasaran.

Reaksi
"Saya kan orang Indonesia, merah artinya berani," ujar Wanto.

Koda
"Wooow," ungkap temannya.

5. Contoh Teks Anekdot: Sekolah Tinggi

Abstraksi
"Saya diminta sekolah sama ibu saya," cerita Iwan kepada temannya, Setyawan.

Orientasi
"Maksudmu, masuk sekolah tinggi?" tanya Setyawan.

Krisis
"Iyaa, tapi saya enggak mau," jawab Iwan.

"Kenapa?" tanya Setyawan.

Reaksi
"Soalnya saya takut ketinggian. Lihat ke bawah saja saya takut," terang Iwan.

Koda
Setyawan pun terdiam.

6. Contoh Teks Anekdot: Nangka Impor

Abstraksi
Seorang teman diplomat yang baru ditempatkan di Jepang bercerita, dirinya pernah makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di Tokyo. Saya kaget, ternyata salah satu menunya ada masakan gudeg Yogyakarta.

Orientasi
Saya penasaran. Maka langsung saya pesan satu porsi. Setelah saya cicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih enak daripada gudeg di Yogyakarta yang asli!

Krisis
Karena penasaran, maka saya bertanya: "Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya?".

"Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogyakarta kan pakai nangka lokal. Nah kalau kami di sini memakai nangka impor," jawabnya.

"Emang nangkanya impor dari mana?" tanya saya.

Reaksi dan Koda
"Dari Yogya, Mas".

7. Contoh Teks Anekdot: Tikus

Abstraksi
Alkisah, pada suatu hari terjadi migrasi tikus besar-besaran dari seluruh dunia.

Orientasi
Ketika mereka sampai pada satu gorong-gorong besar, mereka memperebutkan kekuasaan. Siapa yang berhak tinggal dan menjadi pemimpin di tempat itu. Tikus jantan yang besar saling beradu argumen.

Krisis
Seekor tikus dari Amerika dengan sombongnya berkata. "Kami tikus Amerika sangatlah pintar. Buktinya kami bisa membuat perusahaan film yang terkenal di seluruh dunia." (Disney Film dengan ikon Mickey Mouse)

Tikus jantan dari Prancis tidak mau kalah, "Kalian lupa ya, kalau tikus dari Perancis itu mahir memasak. Bahkan hasil masakannya puji oleh koki manusia yang terkenal." (Film Ratatouille).

Reaksi
Dari ujung terowongan, tikus jantan dari Thailand dengan santainya berkata, "Mari kuceritakan satu hal, aku pernah jalan-jalan ke Indonesia. Ternyata aku mendengar di sana, pemerintahannya dipimpin oleh para tikus (koruptor)."

Koda
Akhirnya kekuasaan para tikus pun dipimpin oleh tikus dari Indonesia.

8. Contoh Teks Anekdot: Lagu Delman

Abstraksi
Suatu hari, Setyawan dan Iwan sedang berdiskusi mengenai pendidikan di Indonesia.

Orientasi
"Lagu naik delman untuk pendidikan itu kurang pas loh mas," kata Setyawan.

"Lha, kok bisa?" tanya Iwan.

Krisis
"Lha itu pada hari Minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka," ujar Setyawan sembari bernyanyi.

"Lha, apanya yang salah?" tanya Iwan.

Reaksi
"Lha bahaya dan kurang sopan, mas. Masa duduk di muka," ucap Setyawan.

Koda
"Lha iya juga ya," kata Iwan sembari tertawa.

9. Contoh Teks Anekdot: Lagu Lihat Kebunku

Abstraksi
Masih soal Iwan dan Setyawan yang berdiskusi mengenai lagu.

Orientasi
"Lagu lihat kebunku juga salah," kata Iwan.

"Lha, kenapa?" tanya Setyawan.

Krisis
"Lihat kebunku, penuh dengan bunga, ada yang putih dan ada yang merah," ucap Iwan sembari bernyanyi.

"Lha, apanya yang salah?" tanya Setyawan.

Reaksi
"Itu judulnya penuh dengan bunga, padahal cuman ada melati (putih) sama mawar (merah)," terang Iwan.

Koda
"Lha iya juga," kata Setyawan sembari tertawa.

10. Cerita Teks Anekdot: Juara Lari

Abstraksi
Sehabis olahraga di sekolah, Setyawan mendatangi pos satpam untuk beristirahat.

Orientasi
"Saya ini pintar olahraga juga loh," ujar Mas Pur.

"Olahraga apa Mas?" tanya Setyawan.

Krisis
"Saya pernah juara lari jam 12 malam," kata Mas Pur.

"Lha, kok bisa?" tanya Setyawan.

Reaksi
"Karena larinya sambil bawa TV, belakangnya ada polisi sama anjing pelacak," terang Mas Pur.

Koda
"Pantas saja juara," kata Setyawan.

11. Contoh Teks Anekdot: Pantang Mundur

Abstraksi
Suatu saat terlibat percakapan antara Mas Wanto dan Mas Pur.

Orientasi
"Saya itu kalo berantem, sendirian, Pur" ujar Mas Wanto.

"Maksudnya, gak bawa temen?" tanya Mas Pur.

Krisis
"Lha iya, biar pun musuhnya sepuluh, saya gak bakal mundur," ucap Mas Wanto.

"Lha, serius?" tanya Mas Pur.

Reaksi
"Soalnya, di belakang ada tembok," ujar Mas Wanto.

Koda
"Tak kira karena berani," ucap Mas Pur.

12. Contoh Teks Anekdot: Jangan Terlalu Dalam

Abstraksi
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi hakim untuk mengurus sebuah perjanjian. Setiap kali ia datang, hakim selalu tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian tersebut.

Orientasi
Keadaan ini selalu berulang hingga, Nasrudin berpikir sang hakim mungkin minta untuk disogok.

Setelah itu, ia menyiapkan sebuah gentong yang diisi dengan tahi sapi hingga penuh. Kemudian, bagian atasnya dioleskan mentega sekitar satu sentimeter.

Krisis
Keesokan harinya, Nasrudin membawa gentong tersebut, dan seketika hakim menjadi tidak sibuk.

"Tuan, apakah pantas tuan hakim mengambil gentong mentega sebagai ganti untuk tanda tangan?" tanya Nasrudin.

Reaksi
"Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya," jawab hakim sembari mencicipi mentega dari dalam gentong tersebut. "Wah, enak benar mentega ini," ujarnya.

"Ya, tetapi sesuai ucapan tuan sendiri, jangan terlalu dalam," kata Nasrudin.

Koda
Setelah mendapat tanda-tangan Nasrudin bergegas pulang meninggalkan hakim.

13. Contoh Teks Anekdot: Penjual Kue yang Hebat

Abstrak
Caca membeli beberapa kue dari seorang nenek di pinggir jalan, namun ia tidak bisa melanjutkan perjalanan pulangnya karena tiba-tiba hujan turun deras sekali. Akhirnya Caca dan si nenek penjual kue pun sama-sama berteduh.

Orientasi
Agar tidak terlalu terasa canggung, Caca pun memulai obrolan "Nek, sudah lama jualan kue?"

"Sudah sekitar 30 tahun, Nak", jawab nenek.

Krisis
Caca kembali bertanya, "Memangnya tidak ada yang membantu, Nek? Anak-anak nenek ke mana?"

"Anak-anak saya sibuk kerja, ada yang di Polda, rumah sakit, dan juga sekolah."

Reaksi
Caca pun kagum mendengar jawaban nenek itu, "Wow, hebat! Walau hanya berjualan kue, namun anak-anak nenek sukses semua, ya?"

Koda
"Ya sama saja Nak, kerjanya seperti saya, jualan kue.

14. Contoh Teks Anekdot: Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Abstraksi
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Orientasi
Tono: "Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin: "Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton."
Tono: "Ya, Udin tahu sebabnya?"
Udin: "Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri."

Krisis
Tono: "Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat."
Udin: "Loh, apa hubungannya?"

Reaksi dan Koda
Tono: "Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Udin: "???"

15. Contoh Teks Anekdot: Obrolan Para Presiden

Abstraksi
Karena begitu bosannya keliling dunia, Gus Dur mencoba mencari suasana baru dengan naik pesawat RI-01 bersama Presiden Amerika Serikat dan Presiden Prancis.

Orientasi
Seperti biasa, setiap presiden selalu memamerkan kebanggaan negerinya masing-masing. "Wah kita sedang berada di atas New York," kata Presiden Amerika Serikat.

"Lho kok bisa?" tanya yang lainnya.

"Ini patung Liberty 'kupegang'!" jawab Presiden Amerika Serikat.

Krisis
Tak mau kalah, Presiden Prancis pun mengatakan, "Wah kita sedang berada di atas kota Paris," ujarnya.

"Tahu dari mana?" tanya yang lainnya.

"Ini, menara Eiffel 'kupegang'," jawab Presiden Prancis.

Reaksi dan Koda
Kini giliran Gus Dur memamerkan negaranya, "Wah kita sedang berada di tanah abang," ucap Gus Dur.

"Lho kok bisa tahu sih?" kata yang lainnya.

"Ini jam tangan saya hilang," kata Gus Dur dengan tenang.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads