- Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot 1. Menggunakan Kalimat Langsung dan Tidak langsung. 2. Menggunakan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal. 3. Menggunakan Keterangan Waktu. 4. Memakai Konjungsi sebab akibat, seperti demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga. 5. Menggunakan Kalimat Imperatif 6. Memakai Konjungsi Temporal seperti, akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu 7. Menggunakan Kalimat Retoris 8. Memakai Kalimat Seru 9. Menggunakan Kata Kerja Material 10. Menggunakan Kalimat Sindiran 11. Memakai Kata Kiasan atau konotasi 12. Menggunakan Konjungsi Penjelas atau Penerang
- 15 Contoh Singkat Teks Anekdot Contoh Teks Anekdot 1 : Profesi Anak-Anak Penjual Kue Contoh Teks Anekdot 2 : Nangka Impor Contoh Teks Anekdot 3 : Dosen yang juga Menjadi Pejabat Contoh Teks Anekdot 4 : Dusta Pejabat Contoh Teks Anekdot 5 : Semua Tentang Mindset Contoh Teks Anekdot 6 : Wajah Pejabat Contoh Teks Anekdot 7 : Jaksa Penuntut Umum kembali menodong saksi dengan pertanyaan seputar sidang korupsi politik di pengadilan tinggi. Contoh Teks Anekdot 8 : Rokok Contoh Teks Anekdot 9 : Harta Contoh Teks Anekdot 10 : Kotak Amal Contoh Teks Anekdot 11 : Menteri Pendidikan Contoh Teks Anekdot 12 : Kaos Tahanan KPK Contoh Teks Anekdot 13 : Kursi Contoh Teks Anekdot 14 : Tikus Contoh Teks Anekdot 15 : Keluarga Miskin dan Durian
Teks anekdot adalah jenis cerita singkat yang menghibur karena mengandung unsur humor sekaligus berisi kritik atau sindiran.
Menurut Kabul Prasetya dan Dedi Wijayanti dalam buku Teks Anekdot Bahan Ajar Bahasa Indonesia, anekdot mengangkat cerita tentang tokoh penting atau terkenal yang biasanya didasarkan pada kejadian nyata, tetapi sering ditambah dengan unsur rekaan. Meskipun demikian, tidak jarang kejadian dalam anekdot sepenuhnya merupakan fiksi.
Tujuan utama dari teks anekdot untuk menghibur dan membangkitkan tawa. namun, selain itu juga bertujuan untuk menyampaikan kebenaran yang lebih luas melalui kisah yang dibuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teks ini sering kali menggambarkan tokoh dari sudut pandang umum yang dinilai masyarakat, dan dapat berfungsi sebagai sindiran atau kritikan untuk membuka pikiran pembaca.
Kabul Prasetya dan Dedi Wijayanti pun mengutip pendapat ahli bahasa Indonesia, I Dewa Putu Wijana yang menyebutkan bahwa teks anekdot memuat humor yang digunakan untuk menyindir, bersenda gurau, atau mengkritik ketidak beresan yang ada di masyarakat.
Anekdot dapat membahas berbagai topik, seperti politik, hukum, dan pendidikan. Untuk memahami lebih lanjut tentang struktur dan contoh teks anekdot, simak artikel ini hingga akhir.
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Menurut Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia (2020) yang disusun Permatasari, teks anekdot memiliki struktur kebahasaan tertentu yang penting untuk dipahami, berikut diantaranya:
1. Menggunakan Kalimat Langsung dan Tidak langsung.
Kalimat langsung : Hakim tersenyum lebar."Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya."
Kalimat tidak langsung : Dia mengatakan bahwa di akan pergi ke pasar hari itu.
2. Menggunakan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal.
Contoh : Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
3. Menggunakan Keterangan Waktu.
Contoh : Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
4. Memakai Konjungsi sebab akibat, seperti demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga.
Contoh : Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
5. Menggunakan Kalimat Imperatif
Kalimat yang bersifat atau memberi perintah atau dapat juga berupa peringatan, larangan.
Contoh: Yah," jawab Nasrudin, "Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!"
6. Memakai Konjungsi Temporal seperti, akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu
Contoh : Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim.
7. Menggunakan Kalimat Retoris
Teks anekdot menggunakan kalimat retoris atau kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Contoh : Nasrudin kemudian bertanya, "Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?"
8. Memakai Kalimat Seru
Kalimat yang biasanya ditandai dengan tanda seru, yang bersifat untuk menegaskan atau sebagai ungkapan rasa seseorang.
Contoh: "Wah, enak benar mentega ini!"
9. Menggunakan Kata Kerja Material
Kata yang menunjukkan suatu aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera. mendatangi, mengoleskan, mengambil
Contoh : Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.
10. Menggunakan Kalimat Sindiran
Kalimat yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
Contoh: Nasrudin kemudian bertanya, "Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?"
11. Memakai Kata Kiasan atau konotasi
Kata yang tidak memiliki makna sebenarnya. Kata ini dapat berupa ungkapan atau peribahasa.
12. Menggunakan Konjungsi Penjelas atau Penerang
Kalimat yang berkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung.
Contoh: Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.
15 Contoh Singkat Teks Anekdot
Contoh Teks Anekdot 1 : Profesi Anak-Anak Penjual Kue
Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.
Bapak Presiden : "Sudah berapa lama jualan kue?"
Ibu Tua : "Sudah hampir 30 tahun."
Bapak Presiden : "Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?"
Ibu Tua : "Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan, dan yang ke-4 di DPR. Jadi mereka sibuk sekali, Pak."
Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum lalu berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.
Bapak Presiden : "Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses dan jujur tidak korupsi, karena kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah sejahtera dan tinggal di rumah mewah."
Bapak Presiden : "Apa jabatan anak di POLDA, KPK, Kejaksaan dan DPR?"
Ibu Tua : "Sama ... jualan kue juga."
Sumber: Makna Tersirat dalam Teks Anekdot Bahasa Indonesia Kelas X KD 3.5
Contoh Teks Anekdot 2 : Nangka Impor
Seorang teman diplomat yang baru ditempatkan di Jepang bercerita, Saya pernah makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di Tokyo. Saya kaget, ternyata salah satu menunya ada masakan gudeg Yogya.
Saya penasaran. Maka langsung saya pesan satu porsi. Setelah saya cicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih enak daripada gudeg di Yogya yang asli!
Karena penasaran, maka saya bertanya: "Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak dibandingkan dengan di tempat aslinya?"
"Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai nangka lokal. Nah kalau kami di sini memakai nangka impor," jawabnya.
"Emang nangkanya impor dari mana?" "Dari Yogya, Mas..."
Contoh Teks Anekdot 3 : Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono : "Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri."
Udin : "Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton."
Tono : "Ya, Udin tahu sebabnya."
Udin : "Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri."
Tono : "Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat."
Udin : "Loh, apa hubungannya."
Tono : "Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain."
Udin : "???"
Contoh Teks Anekdot 4 : Dusta Pejabat
Sebuah bus dipenuhi dengan para pejabat keluar dari marka jalan. Pada akhirnya, menabrak sebuah pohon besar yang tumbuh di ladang seorang petani tua. Hampir keseluruhan penumpang menjadi korban kecelakaan tersebut.
Petani tua berlari memberikan bantuan. Namun, apa daya, dia tidak dapat berbuat apapun karena para penumpang bus tersebut dianggap sudah tidak tertolong. Petani tua itu menguburkan para pejabat tersebut di kebunnya.
Beberapa hari kemudian, pihak berwenang datang untuk menanyakan peristiwa tersebut. "Apakah benar mereka semua meninggal dunia, Pak?"
Petani tua itu menjawab. "Mereka tampak sudah meninggal dunia, Pak. Memang ada beberapa di antara mereka yang menunjukkan pergerakan. Bahkan, beberapa di antaranya juga ada yang berkata bahwa mereka belum meninggal. Tapi, Pak Polisi kan tahu, betapa seringnya para pejabat itu berdusta. Maka dari itu, saya tidak percaya omongan mereka, sehingga saya tetap harus menguburkannya!"
Contoh Teks Anekdot 5 : Semua Tentang Mindset
Seorang pria memasuki bank dan mengajukan pinjaman sebesar empat ratus ribu dolar selama enam bulan. Dia kemudian menggadaikan sebuah mobil mewah Tesla dan meminta supaya bank menyimpan mobil tersebut sampai utangnya lunas. Enam bulan kemudian, pria itu kembali ke bank, membayar seluruh hutangnya ditambah bunga sebesar sepuluh dolar, dan mengambil kembali mobil mewahnya.
Lalu petugas pinjaman melontarkan pertanyaan kepadanya. "Mengapa orang dengan mobil mewah sepertimu perlu pinjaman sebesar itu?"
Pria itu menjawabnya, "Saya harus ke Eropa selama 6 bulan dan kemana lagi saya harus mencari tempat penitipan Tesla selama itu hanya dengan membayar uang sepuluh dolar?"
Petugas bank tersebut melongo kemudian terbahak mengakui kecerdasan si pemilik mobil Tesla itu.
Contoh Teks Anekdot 6 : Wajah Pejabat
Sekolah Pancasila sedang mengadakan reuni. Arkan bertanya pada Jaka, "Cita-cita kamu jadi pejabat ya, Ka?"
"Kok tau?" tanya Jaka.
Kemudian Arkan menjawab, "Tau dong. Wajahmu itu mirip dengan gambar uang."
Mereka pun terbahak-bahak dan hanyut dalam suasana gembira.
Contoh Teks Anekdot 7 : Jaksa Penuntut Umum kembali menodong saksi dengan pertanyaan seputar sidang korupsi politik di pengadilan tinggi.
"Apa benar saudara menerima uang sebesar 2,4 triliun Rupiah sebagai bentuk kerja sama dalam kasus ini?"
Saksi hanya diam saja. Akhirnya, hakim bersuara. "Pak, silahkan jawab pertanyaan yang diberikan JPU!"
"Oh, mohon maaf, Yang Mulia," ucap saksi tersadar dari lamunannya kemudian melanjutkan perkataannya. "Saya pikir jaksa sedang berbicara dengan Anda, Yang Mulia."
Contoh Teks Anekdot 8 : Rokok
Suatu hari, anak-anak SMA sedang berkumpul di warung depan sekolah. Mereka hendak coba-coba merokok.
"Gue bawa rokok, tapi nggak ada koreknya," kata Andi.
"Gue ada korek. Ada asbak, nggak?" tanya Beni.
"Nih asbak. Lu bawa apa, Don?" tanya Carli sambil menoleh ke Doni.
"Gue cuma bawa paru-paru doang" sahut Doni.
Contoh Teks Anekdot 9 : Harta
Suatu hari, Raja Harun Al-Rasyid mencari sahabatnya yang bernama Bahlul. Ia meminta nasihat pada Bahlul hal yang sangat penting bagi dirinya sebagai seorang raja.
Setelah bertemu Bahlul, ia berkata, "Hai Bahlul, berilah aku sebuah nasihat yang sangat penting bagiku sebagai seorang raja!"
Bahlul berkata, "Katakan padaku, kalau Tuan Raja kebetulan di padang pasir dan hampir mati karena kehausan, tuan akan membayar berapa untuk seteguk air?"
"Seratus dinar," kata sang Raja.
"Kalau orang yang punya air itu tidak mau uang, maukah Tuan Raja menyerahkan setengah dari kerajaan Tuan kepadanya?"
"Tentu."
"Jika setelah minum air, Tuan terkena penyakit keras, Tuan mau memberikan apa untuk memulihkan kesehatan Tuan?"
"Ya, setengahnya lagi."
"Oh, kalau begitu, Tuan Raja janganlah sombong dengan kerajaan Tuan. Sebab, harga kerajaan Tuan itu sama dengan seteguk air."
Contoh Teks Anekdot 10 : Kotak Amal
Seorang pemuda sedang mendengar khutbah dari khatib saat salat Jumat. Beberapa saat kemudian, kotak amal diedarkan dan tiba di hadapannya. Pemuda ini lalu merogoh-rogoh saku belakangnya, lalu memasukkan uang Rp 1.000 untuk sedekah Jumatnya.
Tidak lama, ada seorang kakek yang duduk di belakangnya. Si kakek menepuknya sambil memberikan uang Rp 100.000. Tanpa pikir panjang, ia memasukkannya ke kotak amal. Ia lalu menengok si Kakek sambil mengagumi kemuliaan hati si kakek dalam hati.
Setelah kotak amal berlalu, kakek itu berkata pada si pemuda sambil tersenyum, "Nak, itu tadi uangmu yang jatuh dari kantong celana belakang."
Contoh Teks Anekdot 11 : Menteri Pendidikan
Saat jam istirahat, sambil menyantap makanan mereka mengobrol. Arbi menyodorkan gawainya ke arah Diki
"Dik, lihat deh. Katanya kurikulum mau berubah nih. Cuma ada lima mata pelajaran di SMA. Makin santai dong."
"Keren ya menterinya. Bisa jadi nanti kita dilarang pakai motor. Tapi wajib pakai Gojek buat mengurangi macet. Mau jajan tinggal Gofood. Guru ngajar dapat bintang tiap selesai ngajar."
"Nanti kita bayar SPP bisa pakai Gopay dong? Bisa dapat cashback 50%. Lumayan bisa buat traktir pacar."
"Pacaran mulu otak lu. Iya nanti murid suka bolos kaya lu langsung ketahuan di aplikasi, terus dianterin paksa lagi ke sekolah sama driver Gojek."
Contoh Teks Anekdot 12 : Kaos Tahanan KPK
Setelah selesai memberikan berkas-berkas pencalonannya ke KPU di wilayah masing-masing, Danu dan Zaky ngobrol sekaligus minum kopi di sebuah kantin. Mereka kemudian terikat ke dalam sebuah percakapan yang sangat seru.
Setelah selesai memberikan berkas-berkas pencalonannya ke KPU di wilayah masing-masing, Danu dan Zaky ngobrol sekaligus minum kopi di sebuah kantin. Mereka kemudian terikat ke dalam sebuah percakapan yang sangat seru.
Dengan tegas si Andre menjawab, "Kasih Uang Habis Perkara, Pak!" jawab Andre sambil berdiri.
Mahasiswa lain yang ada di kelas pun tentu tertawa, sementara pak dosen geleng-geleng kepala, sambil menambahkan pertanyaan si Dadang.
"Saudara Andre, dari mana saudara tahu jawaban itu?" kata si dosen, sambil menatap arah Andre.
Pertanyaan tersebut dijawab Andre pula dengan tegas. "Peribahasa Inggris mengatakan 'Pengalaman adalah guru yang terbaik' begitu, Pak!"
Seisi kelas tertawa. Kemudian, 5 menit kemudian tawa itu mereda dan kelas kembali tenang.
Contoh Teks Anekdot 13 : Kursi
Di suatu siang, ada dua bocah yang sedang bercanda di bawah pohon rindang, Edward dan Anton. Edward: "Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?"
Anton: " Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur Saat tidur, orang, kan, lupa."
Edward: "Hahahaha, lucu, tapi jawabanmu salah."
Anton: "Hmm, kursi apa dong?"
Edward: "Jawabannya adalah kursi jabatan!"
Anton: "Lho, kok begitu?"
Edward: "Jelas lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi setelah duduk di kursi itu, mereka lupa ingatan soal janji-janjinya!"
Anton: "Hahahahaha betul juga."
Contoh Teks Anekdot 14 : Tikus
Alkisah, pada suatu hari terjadi migrasi tikus besar-besaran dari seluruh dunia. Ketika mereka sampai pada satu gorong-gorong besar, mereka memperebutkan kekuasaan.
Siapa yang berhak tinggal dan menjadi pemimpin di tempat itu. Tikus jantan yang besar saling beradu argumen.
Seekor tikus dari Amerika dengan sombongnya berkata. "Kami tikus Amerika sangatlah pintar. Buktinya kami bisa membuat perusahaan film yang terkenal di seluruh dunia." (Disney Film dengan ikon Mickey Mouse)
Tikus jantan dari Perancis tidak mau kalah, "Kalian lupa ya, kalau tikus dari Perancis itu mahir memasak. Bahkan hasil masakannya puji oleh koki manusia yang terkenal." (Film Ratatouille).
Dari ujung terowongan, tikus jantan dari Thailand dengan santainya berkata, "Mari kuceritakan satu hal, aku pernah jalan-jalan ke Indonesia. Ternyata di sana, pemerintahannya dipimpin oleh para tikus (koruptor)."
Akhirnya kekuasaan para tikus pun dipimpin oleh tikus dari Indonesia.
Contoh Teks Anekdot 15 : Keluarga Miskin dan Durian
Di sebuah desa, hiduplah seorang janda dengan anaknya. Hari ini tidak ada kepulan asap di dapur. Hasan sangat lapar. Ia pun pergi dari rumah, siapa tahu ada orang yang berbelas kasihan terhadapnya dengan memberi makan kepadanya. Namun, tak seorang pun yang belas kasih kepadanya. Akhirnya, Hasan punya akal panjang yaitu mencuri buah durian milik tetangga yang kikir itu.
Dia pulang ke rumah membawa sebuah durian. Ibunya pun senang melihat kedatangan anaknya yang membawa makanan. Ibunya pun memuji tindakan Hasan. "Lain kali lebih banyak, ya, Nak! Tidak hanya satu!" kata ibunya dengan polos.
Hari ini cuaca lebih cerah. Hasan pun pergi ke kebun. Diambilnya dua buah durian. Tapi naas bagi Hasan, warga sudah mengadangnya. Hasan dihakimi oleh massa. "Ini bukan keinginan saya, tapi keinginan ibuku." Hasan menjerit kesakitan. Ibunya hanya diam."Bagaimana warga, apakah kita lanjutkan hukuman ini!" kata kepala kampung.
"Lanjut, hajar dia, sampai dia kapok!" seru warga. Ibunya hanya bisa melihat anak yang malang itu dihakimi massa. Setelah warga puas melampiaskan amarah dan meninggalkannya, ibunya datang memeluknya. Tapi Hasan malah memukul ibunya. Ibunya jatuh tersungkur di tanah.
"Kenapa ibu dulu tidak memarahiku ketika aku mencuri pertama kali. Sekarang jadi seperti ini. Ya Allah, hukumlah Ibu yang tidak menyayangi anaknya!" rintih Hasan.
(pal/pal)











































