Upah sektoral minimum provinsi (UMSP) tujuh daerah di Sumatera Selatan belum diumumkan. Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi menyebut surat keputusan (SK) penetapan masih di Biro Hukum Setda Sumsel. Namun, dia membocorkan bahwa upah sektoral naik kisaran 8-12%.
"Upah sektoral di kabupaten kota naiknya bervariasi, di kisaran 8-12%. Paling tinggi di Muratara (Musi Rawas Utara)," ujar Elen, Kamis (2/1/2024).
Dia menyebut, UMSK enam daerah yang memiliki dewan pengupahan yakni Palembang, Banyuasin, Musi Banyuasin (Muba), Muara Enim, OKU Timur dan Muratara dipastikan lebih tinggi dari upah minimum sektoral provinsi yang ditetapkan Desember 2024 lalu sebesar Rp 3.733.424. Sementara daerah lain yang tak memiliki dewan pengupahan mengacu pada upah sektoral provinsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi jika badan usaha tidak sanggup, ada ketentuan untuk dialog bipartit antara perusahaan dan pegawainya," katanya.
Dia juga menyebut tingginya upah minimum provinsi (UMP) di Sumsel akan memengaruhi investasi yang masuk. Sumsel disebutnya peringkat 9 tertinggi nasional. Dibandingkan beberapa provinsi tetangga, Sumsel menjadi yang tertinggi.
"Lampung saja Rp 2,9 juta. Artinya secara teori ekonomi kalau ada yang mau investasi pasti akan memilih cost yang lebih murah. Makanya produsen hilirisasi itu banyak mengalir ke Lampung, apalagi Lampung tak memiliki upah sektoral jadi pengusaha bisa lebih hemat," katanya.
Pihaknya meminta OPD, Bank Indonesia, OJK, dan pihak terkait lainnya melakukan kajian untuk mengimbangi kenaikan upah di Sumsel. Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan memberi insentif.
"Insentif akan dapat memberi kepastian, kemudian lahan yang kondusif, infrastruktur lebih baik, dan pelayanan yang bagus agar mereka mau berinvestasi," terangnya.
Dia menyebut salah satu investasi yang sudah masuk ke Sumsel pabrik CCO (Crude Coconut Oil) yang rencananya ground breaking Januari ini. Dia menyebut perusahaan yang berinvestasi karena mendapat dukungan infrastruktur.
"Mau tidak mau kita harus mengimbanginya seperti itu, karena kalau tidak begitu mereka hanya melihat costnya saja dan cost-nya tadi itu tidak kompatibel," katanya.
Meski begitu, dia meminta hal itu tak menjadi hambatan melainkan jadi tantangan bersama. Terlebih Sumsel memiliki sumber daya alam seperti batu bara, kopi, karet, CPO, dan sebagainya yang bisa menarik investor.
"Tadi juga sudah saya sampaikan kepada Wamenhub, salah satu kuncinya itu adalah Pelabuhan Tanjung Carat. Wamenhub sudah komitmen terhadap hal itu dan 1-2 tahun pelabuhan itu kita harapkan sudah selesai, sehingga kita dapat mengeskpor," tukasnya.
(des/des)