Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, perajin anyaman ketupat di Palembang, Sumatera Selatan, mulai dibanjiri pesanan. Tak hanya membuat, para perajin ini juga menjual hasil anyamannya.
Diketahui, pusat pembuatan anyaman ketupat di Palembang berada di Kampung Wisata Anyaman, Lorong Prajurit Nangyu, Kelurahan 3-4 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I.
Salah satu perajin, Mira (26) mengaku dia dan para tetangga sudah mulai berjualan sejak pertengahan bulan Ramadan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah mulai berjualan ketupat dari pertengahan bulan Ramadan, 10 hari sebelum Lebaran lah. Biasanya keliling menjajakan sekitar sini atau dijual ke pasar," ungkapnya, Minggu (23/3/2025).
Mira menjelaskan, bahan baku anyaman tersebut menggunakan Daun Nipah yang biasa dibeli pemborong di dekat rumahnya. Kemudian ia membeli dengan harga Rp 10 ribu perikat. Satu ikatnya, kata Mira, dapat menghasilkan sekitar 200 buah.
"Biasa seikat anyaman kosong isi 10 buah kami jual Rp 4 ribu, kalau 100 buah jadi Rp 40 ribu. Jadi kalau terjual 1.000 buah, sudah banyak jadinya," jelasnya.
Menurutnya, para perajin musiman ini biasa memasang target 1.000 buah anyaman setiap bulan Ramadan. Terkadang, pembelinya memasok untuk dijual kembali.
"Sudah mulai nyicil buat (anyaman ketupat) dari hari pertama puasa. Jadi akan dapat banyak saat waktunya menjual. 1.000 ketupat itu selalu habis (sampai Lebaran)," ujarnya.
Hal senada dikatakan perajin lainnya bernama Widayati (63) yang mengatakan profesi ini telah dilakoninya sejak puluhan tahun lalu. Menganyam ketupat pun telah menjadi pengisi kesehariannya setiap Ramadan datang.
Kepada detikSumbagsel, ibu rumah tangga tersebut memperlihatkan kelihaiannya dalam membuat anyaman demi anyaman. Ia mengaku dapat membuat puluhan anyaman ketupat dalam kurun waktu satu jam.
"Sudah buat dari anak masih kecil, sekarang sudah punya cucu. Inilah yang dikerjakan setiap Ramadan. Mulai setelah sahur, dikerjakan sekalian mencuci baju dan beres-beres rumah," jelasnya.
Namun, dia mengatakan produksi tahun ini jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena tenaganya yang mulai terkuras dan harga daun nipah yang semakin naik.
"Biasanya ada (pemborong menggunakan) motor yang bawa daun nipah dari Kabupaten Banyuasin. Tahun ini buat sedikit karena sudah tua, harganya juga semakin naik," terangnya.
Widayati memilih untuk lebih santai di tahun ini dengan hanya membuat sekitar 500 buah. Pada tahun-tahun sebelumnya, ia dapat membuat hingga 2.000 buah anyaman ketupat.
"Biasa jual kosongan isi 10 dengan harga Rp 2,5-3 ribu. Biasa kami jual ke kampung-kampung atau pasar seperti Pasar Cinde dan Pasar 26 Ilir," jelasnya.
"Kalau sekarang jual hanya yang sudah jadi, dihargai Rp 3 ribu per buah. Pemesannya nanti ambil ke rumah," lanjutnya.
(csb/csb)