Sepanjang tahun ini sudah 1.008 hotspot terpantau di wilayah Sumatera Selatan. Separuh lebih titik panas terjadi pada Juli atau sebanyak 530 hotspot. Sebaran terbanyak ada di Kabupaten Musi Banyuasin.
"Hotspot di Sumsel dari data LAPAN (Hotspot BRIN) sudah mencapai angka 1.008 titik. Terbanyak terpantau 218 hotspot di wilayah Muba sepanjang Januari-1 Agustus," ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, Jumat (2/8/2024).
Peningkatan juga terjadi di wilayah Muara Enim yang mencapai 162 hotspot, Musi Rawas 137 hotspot dan di Musi Rawas Utara 102 hotspot. Sementara daerah lain masih di bawah 100 hotspot sepanjang tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesuai prediksi BMKG, masuknya musim kemarau pada akhir Juli membuat jumlah hotspot terus bertambah di Sumsel," katanya.
Pada 1 Agustus lalu, terjadi penambahan 38 hotspot. Angka itu tak jauh beda dibandingkan sehari sebelumnya (31/7), sebanyak 37 hotspot. Namun, angka itu mengindikasikan ancaman bahaya kebakaran hutan dan lahan di Sumsel masih tinggi.
"Karena puncak kemarau masih akan terjadi hingga Agustus berakhir," katanya.
Tingginya jumlah hotspot di beberapa wilayah itu juga menjadi penyebab Karhutla terjadi dalam beberapa hari terakhir. Pada Kamis (1/8) Kathutla terjadi di Muba, Muara Enim, Muratara, Banyuasin dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Masih adanya lahan yang terbakar itu membuat BNPB menambah helikopter water bombing untuk dioperasionalkan di Sumsel. Total kini ada delapan helikopter water bombing dan dua helikopter patroli untuk penanganan Karhutla di Sumsel.
"Iya dapat tambahan helikopter Superpuma N815AR/SA330J per 1 Agustus kemarin tiba. Sehingga kini ada 10 helikopter untuk penanganan Karhutla di Sumsel," tukasnya.
(mud/mud)