Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat, Berbagai Tema dan Bermakna

Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat, Berbagai Tema dan Bermakna

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Sabtu, 16 Mar 2024 05:01 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Foto: Ilustrasi ceramah Ramadan (Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Palembang -

Kemuliaan bulan Ramadan sering kali disebarkan dengan cara ceramah singkat. Berikut beberapa contoh ceramah Ramadhan yang singkat dan bermakna.

Ceramah disampaikan setelah salat fardu dikerjakan seperti Subuh, Magrib dan Isya. Bahkan usai salat Tarawih, beberapa pendakwah menyempatkan memberikan ceramah singkat Ramadhan. Adanya kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk edukasi untuk umat Islam menjalankan ibadah puasa.

Selengkapnya detikSumbagsel rangkum ceramah Ramadhan berbagai tema yang singkat dan bermakna untuk umat Islam syiarkan.

Tema 1: Ramadhan Bulan Kemuliaan

Alhamdulillah kita berjumpa Ramadhan lagi.
Ramadhan adalah bulan latihan untuk menempa diri. Bulan tidak makan dan tidak minum untuk perbaikan metabolisme tubuh. Bulan dimana kita dipaksa untuk melakukan aktivitas terbaik dengan istirahatnya tubuh dari makan dan minum.

Bulan dimana kita mengaktifkan sel-sel tubuh yang lain, yaitu potensi otak dan hati kita. Bulan dimana kita bisa mendapatkan pahala dimana di bulan-bulan sebelumnya kita belum tentu mendapatkannya. Bulan di mana dengan salat sunah saja kita mendapat pahala yang sama besarnya dengan salat wajib.

Bulan dilipatgandakannya pahala. Tidakkah kita bersyukur dengan adanya Ramadhan? Subhanallah, Allah begitu sayang pada kita. Ia menurunkan rahmat-Nya melalui Ramadhan. Bulan dimana kita bisa berkesempatan meraih pahala, rahmat, hidayah dan ampunan-Nya.

Jika kita ingin diberi dengan suatu hadiah yang mulia, maka marilah kita muliakan sang tamu dengan suatu yang mulia. Istimewakanlah tamu itu, niscaya kita tidak akan menyesal di kemudian hari. Apalagi jika ternyata tanpa kita sadari dan duga, kita tidak akan bertemu lagi di Ramadhan berikutnya.

Ramadhan bulan mulia, bulan suci yang kita analogikan sebagai tamu. Bagaimanakah biasanya kita mempersiapkan tamu agung yang akan berkunjung ke rumah kita? Ibarat seorang pejabat tingkat tinggi dari negara lain yang berkunjung ke Indonesia, maka sejumlah persiapan diadakan dari jauh-jauh hari.

Mulai dari persiapan penyambutan oleh sekompi pasukan angkatan darat maupun udara, persiapan acara untuk sang tamu, hingga acara penutupan. Semuanya harus dipersiapkan dengan baik agar tidak meninggalkan kesan buruk di mata sang tamu.

Ramadhan adalah tamu agung yang Allah telah memuliakannya dibanding bulan-bulan lainnya. Ayat dan hadis tentang beberapa kemuliaan Ramadhan tentu sudah sering kita baca dan dengar melalui kajian internet dan ceramah- ceramah agama. Salah satunya adalah hadis berikut:

Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah saw -pada suatu hari, ketika Ramadhan telah tiba- bersabda, "Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah SWT memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan doa. pada bulan itu Allah SWT akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt," (HR Ath-Thabrani).

Bulan Ramadhan, bulan dilipatgandakan pahala dan bulan diampuninya dosa- dosa. Beribadah sunnah di bulan ini pahalanya sama dengan mengerjakan pahala ibadah wajib. Kemudian Allah juga memberikan kemuliaan berupa tiga hal yaitu 10 hari pertama adalah rahmat, 10 hari kedua adalah ampunan, dan
10 hari terakhir adalah terbebas dari api neraka.

(Universitas Negeri Yogyakarta)

Tema 2: Bulan Sejuta Pesona

Sejak bumi dan langit diciptakan, Allah menetapkan 12 bulan dalam setahun (QS. At-Taubah : 36). Itulah perhitungan waktu yang berlaku sepanjang sejarah manusia, sejak Adam hadir ke bumi sampai kiamat terjadi. Satu dari 12 bulan tersebut bernama Ramadhan.

Pernahkan kita bertanya dalam diri, kenapa di bulan Ramadhan Allah wajibkan kita untuk melaksanakan shaum (menahan diri) selama sebulan penuh dari terbit fajar sampai tenggelam matahari serta qiyam (berdiri beribadah) di malam hari?

Menariknya lagi, setiap tahun Ramadhan datang menemui kita tanpa kita minta. Tanpa diundang ia datang membawa sejuta pesona dan keistimewaan serta memberikan berbagai manfaat dalam hidup dan kehidupan kita. Tujuannya tidak lain kecuali agar kita setiap tahun mendapat kesempatan mengikuti training manajemen syahwat secara cuma-cuma.

Ramadhan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah pada kita, agar kita dapat kesempatan mengikuti training manajemen syahwat tersebut secara intensif dan berulang-ulang. Hal tersebut disebabkan karena syahwat adalah ancaman permanen terbesar dalam diri orang-orang beriman.

Syahwat bisa membinasakan kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Syahwat bisa membutakan mata hati dan pikiran kita sehingga yang haram menjadi halal, yang halal menjadi haram, yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik dan seterusnya.

Perlu kita sadari, syahwat akan selalu menjadi ancaman dalam diri kita selama hayat dikandung badan. Sebab itu, kita harus mampu memenej syahwat secara benar, maksimal dan berkesinambungan. Agar kita mampu memenej-nya, di antaranya, Allah syariatkan pada kita kewajiban mengikuti Training Manajemen Syahwat sebulan dalam setahun.

Artinya, seperduabelas (1/12) dari umur kita, khususnya sejak remaja (mukallaf) kita habiskan untuk mengikuti training manajemen syahwat. Subhanallah! Pantas jika target utama shaum Ramadhan itu adalah agar kita meraih derajat tertinggi di sisi-Nya.

(Universitas Negeri Yogyakarta)

Tema 3: Ramadhan Penuh Cinta

Demi cinta-Nya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan bagi keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan, bulan di mana Allah membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada manusia.

Allah SWT adalah dzat pemilik cinta tak bersyarat, Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa mengharap balasan apapun. Allah selalu mencintai hambaNya walaupun hamba itu berbuat zalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya cinta manusia adalah cinta karena sesuatu. Manusia mencintai sesuatu karena sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal karena ingin mendapat balasan dan kebaikan.

Demi cinta-Nya tersebut Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan kebahagiaan manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakann-Nya Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan dikatakan sebagai bulan cinta, bulan dimana Allah SWT membuka pintu-pintu kecintaan-Nya.

Tanda cinta dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh Rasulullah SAW seperti ini "Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah azza wa jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdo'a kepada-Nya,"

Hadirin demikianlah, Ramadhan adalah bulan dimana Allah SWT memanggil semua hamba- Nya untuk kembali menuju hakekat hidup sebenarnya. Ada perumpamaan menarik dari seorang ulama, bahwa manusia diibaratkan anak-anak yang dikeluarkan dari rumahnya untuk bermain-main di halaman di dunia ini. Dalam QS. Al-An Am ayat 32 Allah berfirman.

"Dan kehidupan di dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa,"

Karena itu, Ka'bah disebut sebagai rumah Allah (Baitullah), karena kesanalah para jemaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan di dunia mereka. Ramadhan pun disebut sebagai bulan Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli jajanan yang bermacam-macam seperti kekayaan, kekuasaan, keluyuran, atau kesenangan duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang lebih sehat dan lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah telah mempersiapkan makanan berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang bermain terlalu jauh dari rumah.

Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan sama artinya dengan bahagia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas diterangkan dalam hadis berikut:

"Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya," (HR Bukhari).

Bila kita cinta Allah maka kita harus menyambut apapun yang datang dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis:

"Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai rasul-Nya, bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum fakir dan miskin, dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau mentaati Allah SWT,"

Karena itu, Rasulullah SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan dengan suka cita. Bahkan sejak Rajab dan Syaban mereka telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, termasuk dengan memperbanyak puasa dan amalan sunah lainnya. Siti Aisyah berkata:

"Tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya pada bulan Syaban, ada kalanya sebulan penuh hanya sedikit yang tidak puasa," (HR Bukhari Muslim).

Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alas an bagi kita untuk tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh kesah menahan lapar, haus dan semua keletihan tatkala menjalankan Ramadhan.

Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bahagia dan cinta dengan Ramadhan, dengan selalu memanfaatkan nilai- nilai ibadah, sehingga rahmat dan maghfirah Allah akan senantiasa kita peroleh.

(Kemenag Sumsel)

Tema 4: Berpuasa Itu Setengah Sabar

Kini kita berada di bulan Ramadhan yang disebut juga dengan syahrus shabr, bulan kesabaran. Dikatakan demikian karena pada bulan ini umat Islam dilatih untuk bersabar melalui ibadah puasa. Menahan lapar adalah latihan sabar.

Menahan dahaga adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak berhubungan suami istri di siang hari bulan Ramadhan adalah latihan sabar. Menahan agar tidak marah adalah latihan sabar. Menahan untuk tidak mengumpat adalah latihan sabar. Rasulullah SAW bersabda :

وَالصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ

Artinya: "Puasa itu setengah sabar," (HR. Tirmidzi).

Sabar berasal Bahan Arab ,dari kata sobaro-yasbiru yang artinya menahan. Menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa lainnya.Lalu bagaimanakah Ciri-ciri orang sabar?

Orang yang sabar biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Giat bekerja
- Tidak mudah marah
- Rajin beribadah
- Suka bersedekah dan membantu orang lain
- Tidak berbicara kotor
- Senantiasa mengalah demi kebaikan
- Ikhlas

Bagaimana cara kita dapat sabar menghadapi masalah dan cobaan?

- Sabar untuk berniat sukses, bebas dan jaya serta sembuh dari sakit dan punya niat untuk beribadah. (Jangan cuma niat, tapi lakukanlah).

- Kalau kita suatu saat diuji dengan sesuatu masalah, kita harus sadar bahwa yang pertama harus di miliki adalah Husnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah, karena seburuk buruk perilaku adalah berburuk sangka kepada Allah.

- Sabar mentafakuri hikmah setiap masalah dan cobaan.

- Bersabar ketika ikhtiar menginginkan sesuatu/yang baik.

- Sabar untuk tidak mengeluh.

Apakah manfaat sabar untuk diri kita? Menurut saya manfaat bersabar antara lain:

- Mudah menyelesaikan suatu permasalahan, karena biasanya orang sabar dalam berfikir selalu tenang.

- Jarang mempunyai konflik dengan orang lain.

- Tidak kaget dan tidak panik dalam menghadapi suatu masalah.

Kisah di zaman Rasul SAW: Suatu hari, seorang perempuan berkulit hitam datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. "Aku menderita penyakit ayan (epilepsi), ketika sakitku kambuh aku tak sadar hingga melepas pakaianku dan terbukalah auratku. Kata perempuan itu, doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya,"

"Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, jawab Rasulullah. Tetapi jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu,"

"Aku pilih bersabar, jawab perempuan itu mantap. Maka doakanlah aku agar auratku tidak tersingkap ketika penyakitku kambuh. Maka Nabi mendoakannya dan perempuan itu pun kemudian menjadi ahli surga,"

Demikianlah salah satu contoh sabar dan bagaimana ia mengantarkan seseorang menuju surga. Kita, yang diuji tidak lebih berat dari perempuan berkulit hitam tersebut, mampukah memiliki kesabaran selevel dengannya, atau justru kita gemar mengeluh dan berputus asa dari rahmat-Nya?

Sekarang kita diminta untuk bersabar tetap berdiam di rumah, Social Distancing, menjaga jarak dari orang lain agar tidak terkena wabah virus corona Covid-19. Sungguh berat sebenarnya, apalagi bagi orang yang biasa bekerja harian untuk makan sehari-hari.

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas," (QS. Az-Zumar: 10).

Maka di bulan kesabaran ini, kita perlu melatih dan mengasah tingkat kesabaran kita. Islam mengajarkan bahwa sabar itu ada pada tiga hal:

1. Sabar dalam ketaatan

Artinya seorang mukmin harus sabar menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala meskipun perintah itu berat dan dibenci oleh nafsunya. Seorang mukmin harus tetap taat pada hal-hal yang telah diwajibkan baginya meskipun banyak hal yang merintangi; mulai dari kemalasan dan faktor intern lain sampai dengan cemoohan orang, kebencian musuh Islam, dan faktor ekstern lainnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah: 153).

2. Sabar dalam meninggalkan larangan

Adakalanya orang sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, tetapi ia tidak sabar dalam meninggalkan larangan. Shalat dijalankan tetapi judi juga tidak bisa ditinggalkan. Puasa dilakukan tetapi ghibah tetap jalan. Sehingga ada istilah prokem STMJ, Sholat Terus Maksiat Jalan.

Kesabaran juga harus diimplementasikan dalam meninggalkan kemaksiatan dan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang yang mampu meninggalkan kemaksiatan, khususnya kemaksiatan emosional, seperti marah, disebut oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang yang kuat, secara hakiki. Sebab ia telah mampu bersabar atas apa yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Hadis Rasul SAW: "Orang yang kuat bukanlah orang yang bisa mengalahkan lawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah," (Muttafaq 'alaih).

3. Sabar dalam musibah

Inilah makna sabar yang sudah banyak dimaklumi oleh kebanyakan orang. Meskipun, seringkali orang-orang keliru menggunakan istilah sabar. Yaitu saat seseorang mendapatkan kesulitan lalu ia pasrah tanpa berusaha menghilangkan kesulitan itu atau mencari solusinya dikatakan sabar.

Padahal, sabar dalam Islam bersifat proaktif dan progresif, ia tidak statis tetapi telah didahului atau bersamaan dengan ikhtiar maksimal dan upaya untuk senantiasa mencari solusi atas problematika yang dihadapinya. Saat semua upaya telah dilakukan, saat ikhtiar mencapai batas maksimal, maka saat itulah sabar bertemu dengan tawakal. Ia menyerahkan kepada Allah. Dan sebab itu Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Hadits Rasulullah SAW: "Segala sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik berupa rasa letih, sakit, gelisah, sedih, gangguan, gundah-gulana, maupun duri yang mengenainya (adalah ujian baginya). Dengan ujian itu, Allah mengampuni dosa-dosanya," (Muttafaq 'alaih).

Salah satu ciri utama dunia yang tidak akan pernah hilang ialah masalah. Siapapun yang namanya masih hidup di bumi ini pasti akan menghadapi masalah, karena masalah ada di mana-mana, mulai dari kolong jembatan sampai istana kekuasaan. Dari anak-anak hingga kakek-nenek, semua berhadapan dengan masalah. Prinsipnya setiap jiwa memiliki masalah.

Allah Ta'ala sebagai Pencipta Alam Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah mempersiapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah [2]: 153).

Aid Al-Qarni dalam buku fenomenalnya La Tahzan menuturkan bahwa jika Rasulullah ditimpa sebuah ketakutan, maka beliau akan segera melakukan shalat. Suatu waktu beliau berkata kepada Bilal, "Ketenanganku ada pada shalat."

Lebih lanjut Aid Al-Qarni menjelaskan, "Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat rumit dan tiup muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan shalatlah."

Kita banyak menemukan riwayat yang menuturkan bahwa Nabi di kala shalat sungguh sangat thuma'ninah dan bisa dikatakan cukup panjang, utamanya kala beliau shalat sendiri di malam hari. Bahkan Ummahatul Mukminin Syayidah 'Aisyah pernah menuturkan, kaki Rasulullah sampai bengkak karena lamanya shalat beliau.

Semua itu tidak lain karena beliau sedang mengadu, memohon, dan berharap kepada Allah agar segala urusan yang berkaitan dengan umat Islam diberikan jalan, diberikan kemudahan, diberikan keberkahan, sehingga umat Islam bisa menjadi umat terbaik yang mampu menjadi teladan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Kala kita memohon kepada Allah melalui shalat, tentu sangat tidak elok jika dilakukan dengan tergesa-gesa. Harus tenang dan sabar dalam menjalankannya.

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya," (QS. Thaha: 132).

Jadi, shalat sebenarnya bukan semata ritual, ia sumber menyedot dan menyadap kekuatan Ilahiyah untuk setiap jiwa mampu menghadapi masalah dengan tenang, cerdas dan solutif. Sebab dalam shalat ada masa dimana Allah sangat dekat pada seorang hamba, yakni di kala sujud.

"Sedekat-dekat seorang hamba kepada Tuhannya yaitu ketika ia sujud, maka perbanyaklah berdo'a di dalam sujud," (HR. Muslim).

Dengan demikian mari kita jadikan shalat sebagai media penting dalam hidup kita untuk benar-benar dekat kepada Allah Ta'ala untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang kita hadapi. Bukan sekedar ritual dan kurang begitu antusias dalam menjalankannya.

Bahkan tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi dengan sabar. Dengan bersabar, masalah apa pun, insya Allah akan tersolusikan. Seberapapun besar permasalahan yang kita hadapi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan. Karena janji Allah adalah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah: 155).

Dengan demikian, usah sedih, apalagi berputus asa. Biarlah masalah mewarnai hidup kita, apa pun dan sebesar apa pun. Semua itu in syaa Allah akan sirna seiring kita memohon solusi kepada Allah dengan sabar dan shalat. Karena jika Allah sudah berjanji, mustahil Allah tidak menepatinya, yakinlah!

Semoga di bulan Ramadhan yang juga dikenal sebagai bulan kesabaran ini kita mampu melatih kesabaran kita dan dikuatkan kesabaran kita oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Membajak sawah
ketika turun hujan.
Kalau ada kata yang salah
mohon dimaafkan.

Demikian yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat dan dapat kita amalkan dalam kehidupan. Amin Ya Robbal 'Alamin.

(Pemprov Sumatera Barat)

Tema: Ramadhan, Bulan Keutamaan dan Pengendalian Hawa Nafsu

Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan dan yang berhak mendapatkan keutamaan Ramadhan adalah orang-orang beriman yang dipanggil untuk melakukan puasa. Seperti yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183.

Bahwa yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah puasa adalah orang yang beriman, penekanannya bukan orang Islam ataupun manusianya tetapi yang beriman. Karena itu tidak heran kalau pada bulan Ramadhan sering kita jumpai di terminal atau di pasar masih banyak umat Islam yang merokok, makan (tidak berpuasa), mereka hanya Islam namun belum beriman.

Tegasnya, orang Islam belum tentu beriman namun orang beriman sudah pasti islam. Ramadhan adalah bulan yang suci dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat berbagai keutamaan sebagaimana telah disebutkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa," (HR. Ahmad dan An-Nasa'i).

Dari Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda:, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).

Maka sambutlah bulan Ramadhan dengan gembira. Siapkan segala hal yang menunjang agar Ramadhan kita penuh arti. Lihatlah Ramadhan kita sebelumnya sebagai patokan. Lalu berusahalah agar amal ibadah kita meningkat lebih dari itu. Hal ini disebabkan keistimewaan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang pahala-Nya akan langsung diberikan balasan oleh Allah.

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku. 'Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kasturi,"

Sering kita mengatakan atau mendengar bahwa puasa (shaum) adalah berfungsi untuk menundukkan hawa nafsu buruk kita. Namun, yang dimaksud sekadar menahan nafsu makan dan minum, tidak berbohong, tidak bertengkar atau aktiviti lain yang bersifat moral semata- mata. Sekiranya faktanya sedemikian rupa maka sebenarnya telah terjadi penyempitan makna dari menundukkan hawa nafsu itu sendiri. Allah SWT berfirman:

"Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran dan Al-Hadis) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)," [An-Najm: 3-4).

Dalam ayat di atas, Allah SWT secara tegas menjelaskan bahwa hawa nafsu dan wahyu saling berbeza. Hawa nafsu adalah segala bentuk dorongan yang berasal dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, hawa nafsu tidak hanya terbatas pada aspek moral saja, melainkan meliputi seluruh dorongan ada dalam diri manusia yang terwujud dalam seluruh aktiviti.

Sebaliknya, wahyu adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah saw. berupa perintah dan larangan. Wahyu ini yang harus mengendalikan hawa nafsu manusia. Jika hawa nafsu manusia tidak dibimbing wahyu, ia akan cenderung pada keburukan.

Oleh itu, ketika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan menundukkan hawa nafsu, maka yang seharusnya terbayang dalam pikiran kita adalah kita mencampakkan dan membuang jauh-jauh seluruh aktiviti yang dilarang oleh Allah SWT.

Itulah hakikat sebenarnya dari usaha untuk menundukkan hawa nafsu. Apabila kita telah mampu menundukkan hawa nafsu sebagai hasil dari puasa kita, kita akan menjadi (Insya Allah) manusia yang benar-benar bertakwa, sebagaimana firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa," (Al-Baqarah: 183).

Tema 6: Ramadhan Bulan Utama

Memang benar, bulan Ramadhan adalah bulan yang setiap detik, minit, jam, dan hari-harinya penuh dengan keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut antara lain:

1. Ramadhan membentuk peribadi Mukmin yang taat secara total kepada Allah SWT dan Rasulullah saw. dalam seluruh perkara yang diperintahkan ataupun yang dilarang-Nya. Tidak ada keraguan di dalam hatinya untuk menjalankan Islam secara kâffah (menyeluruh).

Baik dalam hal akidah maupun hukum-hukum yang lain seperti: hukum ibadah, makanan, minuman, pakaian, sosial, politik, ekonomi, budaya, pemerintahan, dan sebagainya. Mereka siap untuk mengikuti wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan ikhlas dan tawakal.

2. Di aspek lain, pada bulan Ramadhan, Allah SWT menurunkan wahyu berupa Al-Qur'an untuk yang pertama kali. Wahyu inilah yang merupakan sumber hukum untuk dijadikan pemimpin dan panduan kehidupan. Dengan tegas, Allah SWT berfirman:

"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu (bayyinat) dan pembeda (furqân) (antara haq dan batil)," (Al-Baqarah: 185).

Ayat ini menjelaskan, bahwa Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat manusia yang mengimaninya. Dalil yang jelas dan tegas bagi mereka yang memahaminya, yang terlepas dari kebatilan dan kesesatan, juga merupakan pembeda antara yang haq dan batil, halal dan haram.

Al-Qur'an bukan kumpulan pengetahuan semata, tetapi juga petunjuk bagi manusia. Al-Quran tidak hanya sekadar dibaca dan dihafalkan saja, melainkan wajib dipahami dan diamalkan isinya dalam kehidupan seharian. Nabi saw. dalam berbagai hadisnya menegaskan, bahwa sesiapapun yang berpegang pada al-Qur'an dan as-Sunnah tidak akan tersesat selama-lamanya. Allah SWT berfirman:

"Apa saja yang diperintahkan oleh Rasul, ambillah; apa saja yang dilarang olehnya, tinggalkanlah," (Al-Hasyr: 7).

Oleh itu, dapat disimpulkan bahawa setiap perintah yang terdapat dalam Al-Qur'an, adalah mutlak harus dilaksanakan, dan setiap larangannya harus ditinggalkan, baik terasa berat maupun terasa ringan.

Yang tertanam dalam hati dan pikiran adalah kami mendengar dan kami patuhi. Alangkah ruginya orang yang memahami Al-Qur'an tetapi tidak mengamalkannya. Demikian juga bagi orang yang sentiasa menyerukan Islam namun tidak menjalankannya.

Apalagi bagi orang yang menjadikan Al-Qur'an sebagai 'barang dagangan', suka memutar belit pemahaman di dalamnya, bahkan mengatakan Al-Qur'an penuh dengan mitos dan buatan Muhammad. Sungguh, orang tersebut bukan hanya orang yang rugi, namun juga dilaknat oleh Allah. Jadi, pada bulan Ramadhan, Allah SWT bukan sekadar memerintahkan kita berpuasa supaya kita bertakwa, tetapi juga menurunkan al-Quran sebagai sumber aturan untuk mencapai ketakwaan .

3. Allah sungguh Maha Adil, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Dalam bulan Ramadhan pintu keampunan dibuka oleh Allah seluas-luasnya, syaitan-syaitan dibelenggu agar tidak dapat menggoda manusia untuk berbuat mungkar, pintu- pintu surga dibuka seluas-luasnya, dan berbagai kenikmatan Allah dicurahkan.

Dalam bulan ini juga terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Itulah malam Lailatulqadar. Pada malam tersebut untuk pertama kalinya diturunkan al-Quran kepada Rasulullah saw. sebagai petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia; bukan hanya bagi kaum Muslim saja, tetapi juga berlaku bagi umat selain Islam. Itulah tanda rahmatan lil'alamin-nya Islam.

Wahai kaum Muslimin! Bulan Ramadhan adalah bulan untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sudahkah kita mentaati Allah SWT secara kaffah? Ataukah kita masih tetap membiarkan hidup kita diatur oleh hukum- hukum dari akal dan hawa nafsu kita? Adakah Ramadhan hanya merupakan tempoh menahan lapar dan haus belaka? Wallâhu a'lam bi ash- shawâb.

(Saefudin Latief Kasubbag Hukmas dan KUB Kanwil Depag Prov. Sumsel)

Itulah beberapa contoh ceramah Ramadhan yang singkat dan bermakna. Semoga bermanfaat ya.




(dai/dai)


Hide Ads