Pengungsi Banjir Bandang di Ternate Bertambah Jadi 250 Orang

Maluku Utara

Pengungsi Banjir Bandang di Ternate Bertambah Jadi 250 Orang

Syachrul Arsyad - detikSulsel
Sabtu, 31 Agu 2024 14:32 WIB
Foto udara lokasi terdampak banjir bandang, di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara.
Foto: Foto udara lokasi terdampak banjir bandang, di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara. (Dok. BNPB)
Ternate -

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah pengungsi akibat banjir bandang di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, bertambah menjadi 250 orang. Tim SAR gabungan juga masih melakukan pencarian terhadap 1 korban hilang.

"Jumlah pengungsi tercatat mengalami pembaharuan dari sebelumnya 150 jiwa menjadi 250 jiwa atau 75 KK, yang terpusat di SMKN 4 Kastela," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya, Sabtu (31/8/2024).

Abdul Muhari mengatakan upaya pencarian terhadap satu korban hilang masih nihil. Namun petugas gabungan masih berada di lokasi untuk melakukan penanganan pasca-bencana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini satu korban hilang masih belum ditemukan akibat bencana yang terjadi pada Minggu (25/8) dini hari lalu," tambahnya.

Upaya pencarian dan penanganan bencana melibatkan BNPB, Basarnas, BPBD, dan TNI-Polri, serta relawan. Muhari mengatakan upaya pencarian terkendala kondisi di lapangan.

ADVERTISEMENT

"Tim gabungan masih menemui sejumlah kendala seperti adanya tumpukan material berupa tanah, lumpur, dan bebatuan hingga hujan yang masih turun dengan intensitas sedang hingga lebat," jelas Muhari.

Sebelumnya diberitakan, banjir bandang disertai longsor menerjang Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Minggu (25/8) dini hari. Insiden itu menyebabkan 18 warga meninggal dunia dan 25 rumah rusak.

Kawasan permukiman yang terdampak pun diusulkan untuk direlokasi. Pasalnya wilayah tersebut dinilai rentan terkena dampak bencana hidrometeorologi basah.

"Supaya kejadian ini tidak terulang, daerah ini harus dijadikan zona non-pemukiman," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam keterangannya, Rabu (28/8).

Muhadjir mengatakan, kawasan terdampak memiliki catatan historis ratusan tahun menjadi jalan air dan jalur turunnya sedimen material vulkanik Gunung Gamalama. Namun dia menekankan agar rencana relokasi tetap membutuhkan kajian yang melibatkan lintas instansi.

"Sangat mungkin mereka yang tidak terdampak pun juga harus direlokasi kalau mereka berada di lokasi berbahaya," pungkasnya.




(sar/hsr)

Hide Ads