Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap penyebab banjir bandang di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, yang menewaskan 13 orang. BNPB menyebut bencana alam tersebut turut dipicu intensitas curah hujan yang tinggi.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mulanya menjelaskan bahwa lokasi banjir itu berada di kawasan Gunung Api Gamalama. Secara geologi dan hidrometeorologi, kawasan itu dianggap rawan bencana.
"Ini tentu saja ada beberapa kondisi yang bisa saja menyebabkan kestabilan slop atau mungkin ada sumbatan-sumbatan di hulu-hulu sungai. Karena banjir bandang ini utamanya penyebab utamanya secara alam adalah adanya sumbatan-sumbatan baik itu alami maupun buatan yang terjadi di hulu-hulu sungai di bagian atas," kata Muhari saat konferensi pers, Senin (26/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhari mengatakan, sumbatan tersebut bisa terjadi oleh faktor alam, contohnya terjadi kebakaran hutan atau ada kondisi-kondisi pelapukan terhadap pepohonan di wilayah tersebut.
"Sehingga ada pohon-pohon kayu atau kondisi-kondisi batuan-batuan yang pada posisi menghalangi alur air seperti yang kita lihat di peristiwa banjir lahan dingin di Gunung Marapi, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu," tambahnya.
Situasi itu turut dipicu intensitas curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama. Hujan yang turun tidak diserap secara maksimal di kawasan tersebut sehingga air meluap dan melimpas ke permukiman.
"Ini pada kondisi intensitas hujan yang tinggi di saat bendung-bendung alami tidak mampu menahan debit air yang ada, maka ketika terjadi overtop airnya melimpah itu akan menggerus undertow atau bagian bawah dari sisi bendung alam ini. Sehingga bisa saja dia jebol dan kemudian volume air yang tertampung itu turun ke permukiman," beber Muhari.
Muhari menuturkan, kondisi itu akan menjadi atensi BNPB. Pihaknya akan melakukan pengecekan di wilayah sungai di Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate.
"Kita perlu melakukan pengecekan berkala kondisi-kondisi atau bagian hulu dari anak-anak sungai yang melintas atau akan melalui atau mengarah ke permukiman. Karena pada saat banjir bandang ini mungkin saja sungainya membelok tidak ke arah permukiman, tetapi karena debit air sangat besar meluap kemudian melimpas ke permukiman," jelasnya.
"Kita juga akan mengirimkan tim pantauan udara, kita akan membawa personel drone dari BNPB untuk melakukan mapping secara detail ke arah hulu. Ini akan membantu kita untuk melihat kondisi seperti apa yang akan terjadi," sambung Muhari.
Sebelumnya diberitakan, banjir bandang menerjang di Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Minggu (25/8) sekitar pukul 03.30 WIT. Insiden ini turut menyebabkan 25 rumah warga dan 1 musala rusak berat.
"Data yang diterima BNPB melalui Pusdalops hingga pagi ini pukul 07.00 WIT itu yang meninggal 13 orang, kemudian luka-luka 9 orang, masih ada yang hilang 6 orang," imbuh Muhari.
(sar/ata)