1.766 Warga di Sulsel Terserang DBD Selama 2024, 9 Orang Meninggal

1.766 Warga di Sulsel Terserang DBD Selama 2024, 9 Orang Meninggal

Sahrul Alim - detikSulsel
Senin, 22 Apr 2024 19:45 WIB
Mosquito sucking blood on a human hand
Foto: thinkstock
Makassar -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Selatan (Sulsel), mencatat ada 1.766 orang terserang demam berdarah dengue (DBD) selama 2024. Sembilan orang di antaranya meninggal dunia.

"Tahun 2024 sampai dengan minggu ke 14 atau April, 1.766 kasus kasus Dengue/DBD terlaporkan dari 24 Kabupaten/Kota. Jumlah kematian 9 orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Ishaq Iskandar kepada detikSulsel, Senin (22/4/2024).

Ishaq mengatakan jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 lalu. Dia mengungkap ada 2.859 kasus DBD pada tahun 2023 dan 10 orang meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada 2023 lalu hingga April sebanyak 2.859 kasus dengan jumlah 10 kematian," katanya.

Dia menuturkan sebaran kasus DBD tahun ini tertinggi di Bone dengan 217 kasus disusul Makassar 207 kasus, Soppeng 175 kasus dan Bulukumba 174 kasus. Selanjutnya, Sidrap 141 kasus, Tana Toraja 140 kasus, Toraja Utara 124 kasus dan Maros 112 kasus.

ADVERTISEMENT

Sementara daerah lainnya di bawah angka 100 kasus DBD yakni Palopo 60 kasus, Bantaeng 58 kasus, Sinjai 55 kasus, Selayar 51 kasus, Parepare 43 kasus, Wajo 39 kasus, dan Pangkep 30 kasus. Kemudian Luwu Timur 24 kasus, Pinrang 22 kasus, Enrekang 21 kasus, Gowa 20 kasus, Jeneponto 17 kasus, Luwu Utara 14 kasus, Barru 13 kasus, Takalar 6 kasus dan Luwu 3 kasus.

"Kematian akibat dengue terjadi di Enrekang, Maros, Soppeng, Bantaeng, Bulukumba, Toraja Utara dan Pangkep," ujar Ishaq.

Lebih lanjut, Ishaq menuturkan proporsi penderita DBD untuk golongan 0-14 tahun sebanyak 49,94%, usai 15-44 tahun sebanyak 42,90%, usia di atas 44 tahun sebanyak 7,16%. Pihaknya pun telah membuat surat edaran terkait kewaspadaan peningkatan kasus DBD di kabupaten/kota.

"Melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota melalui pertemuan bersama lintas sektor terkait serta melakukan pembinaan via zoom meeting. Mendistribusikan sarana diagnostik (RDT), bahan fogging serta larvasida/abate," jelasnya.

Ishaq menyebut penyebab utama merebaknya kasus DBD ini karena pergantian musim atau pancaroba dan global warming. Faktor lingkungan juga disebut sangat mempengaruhi peningkatan kasus DBD ini.

"Dimana pada lingkungan yang masih banyak didapatkan tempat perindukan larva nyamuk Aedes penyebab DBD di botol dan kaleng bekas, dispenser, penampungan air yang tidak ditutup dan dikuras, drum bekas, ban bekas, sampah styrofoam dan lainnya," ujarnya.




(hsr/hsr)

Hide Ads