Isra Miraj diperingati setiap tahunnya oleh sebagian besar umat muslim. Hal tersebut dilakukan untuk mengenang perjalanan mulia yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Untuk lebih memahami tentang peristiwa Isra Miraj, berikut pengertian serta sejarah dan ayatnya.
Yuk, disimak!
Pengertian Isra Miraj
Isra Mikraj berasal dari dua kata, yaitu Isra dan Mikraj. Berdasarkan KBBI, Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Baitul Mukadas dengan kendaraan burak.
Kemudian Mikraj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, langsung ke Sidratul-muntaha pada malam hari untuk menerima perintah salat lima waktu.
Merujuk dari dua makna yang telah disebutkan, maka secara keseluruhan Isra Mikraj adalah perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al Aqsa, kemudian menembus lapisan langit, dan bertemu langsung dengan Allah SWT di tempat yang disebut Sidratul Muntaha atau langit tertinggi untuk menerima perintah salat lima waktu.
Sementara itu, dikutip dari laman Nahdlatul Ulama bahwa Isra dan Miraj adalah suatu kejadian luar biasa di mana Allah SWT memberikan kehormatan khusus kepada Nabi Muhammad SAW untuk melakukan perjalanan istimewa bersama malaikat Jibril. Perjalanan tersebut dimulai dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina, kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha, di mana Nabi Muhammad SAW diizinkan menghadap Allah SWT, Sang Pencipta Alam Semesta.
Sejarah Isra Miraj
Masih dari laman Nahdlatul Ulama, Imam Bukhari meriwayatkan peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dalam kitab Shahih Bukhari.
Dalam kitab tersebut, dikisahkan bahwa suatu ketika Nabi berada dalam keadaan tidur di dalam sebuah kamar. Malaikat kemudian datang, mengeluarkan hati Nabi, membersihkannya, lalu memberikannya emas yang dipenuhi dengan iman. Setelah itu, hati Nabi dikembalikan ke tempatnya semula.
Kemudian, Nabi melakukan perjalanan Isra Miraj dengan menaiki buraq yang dikawal oleh Malaikat Jibril hingga langit dunia. Kemudian, terdapat pertanyaan: "Siapa ini?" Malaikat Jibril menjawab: "Ini Jibril." Pertanyaan berikutnya, "Siapa yang bersamamu?" Jibril menjawab: "Muhammad." Dengan sambutan, disampaikan, "Selamat datang, sungguh sebaik-baiknya orang yang berkunjung adalah engkau, wahai Nabi."
Di langit dunia, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam Alaihis Salam (AS). Jibril menunjukkan bahwa Nabi Adam adalah bapak dari para nabi. Jibril meminta Nabi Muhammad untuk menyampaikan salam kepada Nabi Adam, dan dengan ramah, Nabi Muhammad memberikan salam kepada Nabi Adam. Selanjutnya, Nabi Adam juga dengan penuh hormat membalas salam kepada Nabi Muhammad.
Perjalanan kemudian berlanjut ke langit kedua, di mana Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga, Nabi Muhammad berjumpa dengan Nabi Yusuf, di langit keempat dengan Nabi Idris, dan di langit kelima dengan Nabi Harun. Di langit keenam, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa.
Nabi Musa menangis karena Nabi Muhammad memiliki umat yang paling banyak masuk surga, melampaui dari umat Nabi Musa sendiri. Dan terakhir di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim.
Setelah itu, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan ke Sidratul Muntaha, tempat di mana beliau berdoa dan bersujud kepada Allah. Selanjutnya, Nabi naik menuju Baitul Makmur, yang merupakan baitullah di langit ketujuh dan terletak sejajar dengan Ka'bah di bumi. Di sana, setiap harinya tujuh puluh ribu malaikat memasuki untuk melakukan thawaf di sekitarnya.
Selanjutnya, Nabi Muhammad disuguhkan dengan minuman seperti arak, susu, dan madu. Nabi memilih untuk mengambil susu, dan Jibril menjelaskan bahwa susu melambangkan kemurnian dan fitrah, menjadi ciri khas bagi Nabi Muhammad dan umatnya.
Di Baitul Makmur, Nabi Muhammad bertemu dengan Allah SWT dan mewajibkan pelaksanaan shalat fardhu sebanyak lima puluh rakaat setiap hari dan Nabi menerima tugas tersebut. Namun, dalam perjalanannya Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa.
Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan mampu menjalankan perintah shalat sebanyak lima puluh kali sehari, Nabi Musa mengatakan: Umatku telah membuktikannya. Nabi Musa kemudian meminta kepada Nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah SWT dan meminta keringanan untuk umatnya. Akhirnya, Nabi Muhammad menghadap kepada Allah dan memperoleh keringanan menjadi shalat sepuluh kali per hari.
Kemudian Nabi Muhammad kembali dan Nabi Musa mengingatkan seperti sebelumnya. Nabi Muhammad kembali bertemu dengan Allah untuk kedua kalinya dan pada akhirnya, Allah menetapkan kewajiban shalat lima waktu.
Nabi Musa terus berpendapat bahwa umat Muhammad tidak akan mampu. Kemudian, Nabi Muhammad menjawab, "Saya merasa malu untuk kembali kepada Allah, tetapi saya menerima dengan ikhlas dan sepenuh hati ridha serta pasrah kepada-Nya."
Ayat tentang Isra Miraj
Persitiwa Isra Miraj diabadikan dalam dua surah di Al-Quran, yakni surah Al-Isra dan surah An-Najm. Berikut ini ayat tentang Isra Miraj:
Surah Al-Isra ayat 1
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ للِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Surah An-Najm ayat 13-18
وَلَقَدْ رَآهُ نزلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18)
Artinya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Turunnya ayat-ayat di atas sebagai bukti bahwasanya Nabi Muhammad SAW benar melakukan perjalanan untuk bertemu dengan Allah SWT. Meskipun tidak mudah diterima dengan akal manusia, namun peristiwa tersebut dapat terjadi atas kehendak Allah SWT.
Kapan Peristiwa Isra Miraj Terjadi?
Terdapat banyak pendapat terkait waktu terjadinya peristiwa Isra Miraj. Al-Aini dalam Umdatul Qari-nya dan An-Nawawi dalam Al-Minhaj-nya menyebutkan beberapa tanggal terjadinya Isra dan Miraj.
Menurut pendapat Amam Al-Baihaqi yang mengutip pendapat Az-Zuhri, Isra dan Miraj terjadi pada Rabi'ul Awal tahun ke-13 setelah diutusnya nabi, yakni satu tahun sebelum hijrahnya Nabi ke Madinah.
Sementara itu, menurut pendapat As-Sadi, Isra dan Miraj terjadi pada sembilan belas bulan sebelum peristiwa Hijrah, yakni bertepatan dengan bulan Dzul Qa'dah. Adapula yang berpendapat bahwa terjadinya Isra dan Miraj, yaitu sebelum Rasulullah SAW diangkat sebagai nabi.
Namun, Imam An-Nawawi menentang pandangan tersebut dalam karyanya Al-Minhaj. An-Nawawi menjelaskan bahwa pada malam Isra dan Miraj, nabi diperintahkan untuk mengerjakan shalat. Hal ini tidak mungkin terjadi jika Nabi belum menerima wahyu.
Dari banyaknya pendapat tersebut, tidak ada yang dapat dipastikan sebagai waktu terjadinya Isra Miraj. Dengan demikian, tidak diketahui kapan peristiwa Isra Miraj terjadi.
Meski begitu, waktu yang paling populer dan banyak diyakini umat Islam adalah pada tanggal 27 Rajab, tahun 10 kenabian.
Hikmah Peristiwa Isra Miraj
Dilansir dari laman Muslim.or.id, para ulama menyebutkan beberapa hikmah terjadinya peristiwa Isra Miraj, yakni:
1. Menjadi hujjah bagi orang musyrik
Perjalanan Isra dari Mekkah ke Baitul Maqdis memperkuat argumen bagi orang-orang musyrik. Jika Nabi langsung melakukan Mi'raj ke langit, dia tidak akan memiliki bukti yang mendukung ceritanya ketika ditanya oleh musyrikin. Oleh karena itu, ketika ditanya, Nabi menceritakan tentang kafilah yang ditemui selama perjalanan Isra. Musyrikin baru meyakini ceritanya setelah kafilah tersebut kembali dan mengonfirmasi peristiwa tersebut.
2. Menunjukkan hubungan antara Mekkah dan Baitul Maqdis
Dari peristiwa Isra Miraj, digambarkan hubungan antara Mekkah dan Baitul Maqdis yang keduanya merupakan kiblat kaum muslimin. Pengikut para nabi tidak menghadapkan wajah mereka untuk beribadah kecuali ke arah Baitul Maqdis dan Makkah Al Mukarramah.
Hal ini juga menunjukkan keutamaan Nabi yang mampu melihat kedua arah kiblat tersebut dalam satu malam.
3. Keutamaan Nabi Muhammad SAW
Peristiwa Isra Miraj menunjukkan keutamaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dibandingkan para nabi yang lainnya. Beliau bertemu dengan mereka di Baitul Maqdis dan memimpin shalat untuk mereka.
Demikianlah penjelasan tentang Isra Miraj mulai dari pengertian, sejarah, ayat, hingga hikmahnya. Semoga bermanfaat!
(edr/alk)