Aliran Puang Nene yang diduga sesat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) bikin heboh dua pekan terakhir. Sudah ada dua aliran Puang Nene yang berbeda mencuat ke publik.
Baru-baru ini, muncul lagi aliran Puang Nene Tambero di Kelurahan Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Aliran ini berbeda dengan Puang Nene di Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara, di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng.
"Tidak sama dengan aliran yang diselidiki Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan dalam Masyarakat (Tim Pakem). Yang dimaksud Puang Nene yang di Lonrae itu adalah Puang Nene Tambero," kata Kepala KUA Tanete Riattang Timur Abdurahim Riduang kepada detikSulsel, Selasa (4/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdurahim menjelaskan istilah Puang Nene merupakan bentuk penghormatan kepada guru dan nenek moyang. Penyebutannya untuk menunjukkan orang yang dimaksud dianggap sakral.
"Jadi Puang Nene itu hanya sebutan penghormatan kepada orang yang mereka sakralkan sekaligus guru panutan mereka. Karena menurut mereka lancang sekali kalau langsung menyebut nama," sebutnya.
Abdurahim kemudian menyebut orang-orang yang terlihat dalam video viral terkait Puang Nene Tambero bukan pengikut. Mereka disebut keluarga satu rumpun.
"Para pelaku dalam ritual adat kemarin adalah cucu dari Puang Nene Tambero. Mereka semua satu rumpun," jelasnya.
KUA Dalami Rekam Jejak Puang Nene Tambero
Kendati demikian, Abdurahim mengaku akan mendalami rekam jejak aliran Puang Nene Tambero yang dituding sesat. Aliran ini disebut sudah pernah diproses kepolisian.
"Untuk lebih jelasnya kita periksa kembali rekam jejaknya yang sudah diproses dulu. Karena aliran Puang Nene Tambero ini pernah mencuat di permukaan baik di Bone maupun di luar Bone sampai ke Bawakareng," kata Abdurahim.
Dia mengatakan aliran rekam jejak Puang Nene Tambero sudah ada di Polres Bone dan Polda Sulsel. Dia bahkan menyebut aliran ini sudah lama ditangani polisi.
"Kalau mau tahu lebih jauh soal Tambero bisa ke kepolisian. Ada rekam jejaknya di Polres Bone dan Polda Sulsel," sebutnya.
Abdurahim pun mengaku belum bisa memastikan aliran Puang Nene Tambero sesat atau tidak. Abdurahim menyebut belum menemui kriteria aliran sesat.
"Untuk sementara kami belum menemui menyalahi dari 10 poin yang sudah ditetapkan MUI. Tetapi, insyaallah kami dan MUI akan tetap mendalami jika ada yang ditemukan akan kami infokan," jelasnya.
"Cuman memang tidak bisa dipungkiri karena namanya aliran kepercayaan dan keyakinan yang sudah berakar pasti masih ada akar-akarnya. Apalagi cucu-cucunya sendiri yang menerima langsung," sambung Abdurahim.
Untuk diketahui, aliran Puang Nene Tambero bikin heboh setelah disebut melaksanakan ritual membawa sesajen demi mennghormati leluhur. Ritual itu dilaksanakan menjelang puncak Hari Jadi Bone (HJB) ke-693.
"Kejadian tersebut adalah hanya sebatas ritual adat dalam rangka mengenang leluhur nenek moyang mereka yang disebut Puang Nene Tambero," kata Lurah Lonrae Andi Aynal Qitri kepada detikSulsel, Selasa (4/4).
Aynal mengatakan ritual itu dilaksanakan di salah satu rumah warga bernama Basri di Lingkungan Benteng, Kelurahan Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Bone pada Sabtu (1/4).
"Ritual ini dilakukan pada momen HJB yang dilakukan secara pribadi dan di lingkungan keluarga sendiri," tambahnya.