Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) akan mendalami rekam jejak aliran Puang Nene Tambero yang dituding sesat. Aliran ini disebut sudah pernah diproses kepolisian.
"Untuk lebih jelasnya kita periksa kembali rekam jejaknya yang sudah diproses dulu. Karena aliran Puang Nene Tambero ini pernah mencuat di permukaan baik di Bone maupun di luar Bone sampai ke Bawakareng," kata Kepala KUA Kecamatan Tanete Riattang Timur Abdurahim Riduang kepada detikSulsel, Selasa (4/4/2023).
Abdurahim mengatakan aliran rekam jejak Puang Nene Tambero sudah ada di Polres Bone dan Polda Sulsel. Dia bahkan menyebut aliran ini sudah lama ditangani polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau tahu lebih jauh soal Tanbero bisa ke kepolisian. Ada rekam jejaknya di Polres Bone dan Polda Sulsel," sebutnya.
Dia pun mengaku belum bisa memastikan aliran Puang Nene Tambero sesat atau tidak. Abdurahim menyebut belum menemui kriteria aliran sesat.
"Untuk sementara kami belum menemui menyalahi dari 10 poin yang sudah ditetapkan MUI. Tetapi, insyaallah kami dan MUI akan tetap mendalami jika ada yang ditemukan akan kami infokan," jelasnya.
"Cuman memang tidak bisa dipungkiri karena namanya aliran kepercayaan dan keyakinan yang sudah berakar pasti masih ada akar-akarnya. Apalagi cucu-cucunya sendiri yang menerima langsung," sambung Abdurahim.
Sebelumnya diberitakan, KUA Tenete Riattang Timur memastikan aliran Puang Nene Tambero berbeda dengan aliran Puang Nene yang di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng yang sementara diselidiki.
"Tidak sama dengan akiran yang diselidiki Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan dalam Masyarakat (Tim Pakem). Yang dimaksud Puang Nene yang di Lonrae itu adalah Puang Nene Tambero," tutur Abdurahim.
Menurut Abdurahim, istilah Puang Nene muncul karena penghormatan mereka pada guru dan memang nenek moyang langsung mereka. Aliran ini mengadakan ritual menjelang perayaan Hari Jadi Bone (HJB) ke-693 yang jatuh pada 6 April nanti.
"Jadi Puang Nene itu hanya sebutan penghormatan kepada orang yang mereka sakralkan sekaligus guru panutan mereka. Karena menurut mereka lancang sekali kalau langsung menyebut nama," sebutnya.
(asm/hmw)