Aliran Yayasan Puang Nene di Libureng
Sebelumnya, aliran Puang Nene di Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara juga bikin heboh. Pemerintah melalui Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan dalam Masyarakat (Pakem) turun tangan mengusut dugaan sesatnya.
Aliran ini diduga sesat setelah disebut tidak melaksanakan salat lima waktu hingga pemimpinnya mengaku sebagai nabi. Namun belakangan mereka membantah tudingan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau masalah salat lima waktu tetap, mengakui Allah SWT sebagai tuhannya, Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulnya. Ada pengurusnya sudah berapa kali berangkat umroh, bahkan mendaftar haji reguler," kata Wakil Ketua Tim Pakem Tingkat Kabupaten Bone Andi Hairil Akhmad kepada detikSulsel, Selasa (28/3).
Hairil menerangkan, aliran Puang Nene yang dibawahi Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara ini tidak melarang bagi anggotanya untuk salat. Mereka mengklaim tetap menjalankan ajaran sesuai syariat Islam.
"Terkait ada katanya beli kursi di akhirat mereka bantah, iuran Rp 750 ribu juga tidak ada juga. Memang ada iuran tapi itu setelah panen bisa Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu, pokoknya seikhlasnya," ucapnya.
"Termasuk diisukan bawa sesajen ke sungai itu tidak ada, cuman pernah memang ke sungai tangkap ikan, dan bawa nasi sendiri dari rumah lalu makan bersama," beber Hairil.
Namun Hairil mengaku pihaknya belum bisa menyimpulkan persoalan ini. Tim Pakem masih sementara melakukan pengumpulan bahan keterangan dan pengumpulan data.
"Tetap masih puldata dan pulbaket. Nanti kalau sudah dianggap cukup baru rapat dan diundang MUI. Kita masih butuh data sebagai pendamping, belum bisa disimpulkan sementara, apalagi ini baru juga klaim dari mereka," jelas Hairil.
Pengikut Yayasan Puang Nene Diberi Pembinaan
Kantor Kemenag Bone kemudian memberikan pembinaan kepada pengikut Puang Nene di Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara setelah sebelumnya dituding sesat. Sebanyak 15 pengikut menjalani pembinaan tersebut.
"Ada beberapa orang yang dipanggil dari Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng. Sekitar 15 orang pengikut paham dari aliran Puang Nene untuk dilakukan pembinaan," kata Kepala Kantor Kemenag Bone Abd Hafid M Talla kepada detikSulsel, Selasa (4/4).
Pembinaan tersebut dilaksanakan di Aula Kantor Kemenag Bone, Senin (3/4). Kegiatan itu juga diikuti oleh penghulu dari Kecamatan Libureng, penyuluh agama, dan pengurus masjid.
Hafid mengatakan 15 orang yang dipanggil bukan pengikut langsung Puang Nene, tetapi pernah bersentuhan dengan alirannya. Mereka dibekali untuk tetap waspada dengan paham yang sedikit melenceng dari paham keagamaan.
"Kita memberikan pemahaman keagamaan bagi masyarakat terkait paham yang sering melibatkan masyarakat dengan doktrin yang kami anggap melenceng, bahkan tidak berkesesuaian. Maka kami mengingatkan untuk tetap waspada," sebutnya.
(asm/hsr)