"Ini (38 kasus) belum meningkat. Tapi puncak-puncaknya itu dari bulan Maret ke Mei," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Kendari, Samsul Bahri, Rabu (23/2/2022).
Berdasarkan data, kasus DBD di Kota Kendari ini sempat tinggi pada Januari lalu sebanyak 29 kasus. Kemudian untuk Februari ini untuk sementara ada 9 kasus.
Namun, Samsul meminta agar masyarakat bisa terus menggalakkan gerakan 3 M, yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Gerakan itu perlu dilakukan sebab akhir-akhir ini Kota Kendari terus diguyur hujan.
"Jika tidak diantisipasi, kasus bisa saja meningkat. Hujan sudah ada, diperkirakan sampai bulan Juni hujan. Kami pun terus melaksanakan fogging nyamuk pagi dan sore kalau ada laporan masyarakat," ujar dia.
Merujuk data pada 2021 lalu, Samsul mengungkapkan tercatat sebanyak 6 kecamatan di Kota Kendari yang memiliki tingkat kasus DBD cukup tinggi. Sehingga antisipasi perlu terus dilakukan oleh masyarakat.
"Kasus memang banyak menyasar anak-anak umur 5-12 tahun, tapi orang dewasa juga ada," papar dia.
Samsul menambahkan seluruh kelurahan di Kota Kendari masuk dalam kategori endemi DBD. Sehingga, setiap tahunnya dipastikan kasus DBD akan kembali terjadi di wilayah endemik tersebut.
"Kota Kendari ini wilayah endemi DBD, pasti akan muncul kembali, setiap tahun. Dari 60 kelurahan ini semua wilayah endemi, kasus akan muncul terutama wilayah padat dan kebersihannya kurang," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Kendari, Rahminingrum juga mengungkapkan Kota Kendari merupakan wilayah endemi DBD. Sehingga pencegehan harus terus digalakkan untuk meminimalisasi penularan.
"Karena DBD itu penyakit karena lingkungan, maka perlu dijaga agar bersih. Lihat saja penderita DBD itu pasti lingkungannya banyak genangan, kamar mandinya kotor," papar dia.
Sekedar diketahui, pada 2021 lalu kasus DBD di Kota Kendari mencapai 211 kasus, dengan 4 kasus meninggal dunia.
(asm/nvl)