Kondisi industri hotel di Jakarta tengah menghadapi tantangan berat. Tingkat hunian hotel mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga terancam gulung tikar.
Pengamat Properti Ferry Salanto mengatakan tanpa adanya strategi pemulihan yang tepat, industri perhotelan berisiko mengalami penurunan yang lebih dalam. Ia menilai ada kemungkinan hotel menghadapi penutupan permanen.
Menurutnya, pemilik hotel perlu mengambil langkah-langkah inovatif untuk bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan generasi baru. Generasi ini mengutamakan efisiensi, pengalaman digital, dan fleksibilitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengelola hotel harus benar-benar memahami apa yang dicari oleh pasar saat ini, misalnya apakah masih memerlukan ruang pertemuan besar atau justru lebih menyukai ruang serba guna yang lebih kecil dan multifungsi," ujar Ferry saat dihubungi detikProperti, Kamis (29/5/2025).
Adapun untuk hotel-hotel yang akhirnya terpaksa tutup, ia menyebut opsi alih fungsi bangunan dapat dipertimbangkan. Namun, langkah ini memerlukan analisis komprehensif, baik dari sisi struktur bangunan, regulasi, maupun kebutuhan pasar.
Ia mengatakan mengganti fungsi hotel bukanlah keputusan sederhana. Sebab, pasar properti juga sedang mengalami tekanan yang sama.
"Beberapa kemungkinan konversi mencakup pengubahan hotel menjadi apartemen, kantor, rumah sakit, pusat edukasi, atau bentuk komersial lainnya," ucapnya.
Ferry menambahkan alih fungsi bangunan menjadi apartemen atau kantor harus dilakukan hati-hati. Pasalnya, kedua sektor itu pun sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, harus ada studi mendalam terkait akan dijadikan apa bangunan hotel lama agar pemilik tidak rugi lagi.
Selain itu, opsi revitalisasi bangunan juga dapat dilakukan. Ia menjelaskan revitalisasi adalah proses menyeluruh untuk memperbarui dan meningkatkan kondisi fisik, operasional,atau citra sebuah hotel. Langkah ini supaya hotel lebih kompetitif, efisien, dan sesuai dengan tren pasar.
"Yang umumnya dilakukan dalam revitalisasi hotel (adalah) renovasi fisik, penerapan atau peningkatan teknologi, repositioning atau rebranding market, peningkatan layanan operasional," terangnya.
Lebih lanjut, Ferry menyebutkan beberapa strategi bertahan yang telah diupayakan oleh sejumlah hotel. Selain efisiensi biaya energi dan sumber daya manusia (SDM), pemilik hotel mencari sumber pendapatan baru, seperti menyasar segmentasi wedding, MICE (meetings, incentives, conventions, and exhibitions) skala kecil, atau layanan co-working.
Kemudian, pemilik dapat meningkatkan efisiensi layanan melalui sistem kerja bergilir. Mereka mengadopsi teknologi digital, seperti sistem check-in mandiri dan otomatisasi layanan tamu. Terakhir, mereka meningkatkan kualitas layanan agar tetap kompetitif meski dengan keterbatasan SDM.
Di samping itu, Ferry mengungkap rata-rata penurunan omzet hotel mencapai sekitar 30 persen dibandingkan tahun lalu. Ia juga menyebutkan beberapa faktor penyebab turunnya okupansi hotel.
"Salah satu penyebab utamanya adalah efisiensi anggaran pemerintah, yang berdampak langsung terhadap penurunan permintaan atas layanan hotel, terutama dari segmen kegiatan pemerintahan dan korporat,"
Permintaan akan hotel juga menurun karena daya beli masyarakat yang melemah. Lalu, wisatawan domestik dan mancanegara pun tengah berkurang.
"Situasi ini memaksa banyak hotel untuk melakukan efisiensi operasional, salah satunya melalui pengurangan karyawan secara bertahap, baik pekerja harian lepas maupun kontrak," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Khusus Jakarta (BPD PHRI DK Jakarta) mengatakan ada banyak gedung hotel yang dijual di wilayah Jakarta.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua BPD PHRI DK Jakarta, Sutrisno Iwantono. Ia menyebut industri hotel saat ini sedang krisis, sehingga beberapa pemilik memilih menjualnya. Kasus tersebut banyak ia temukan saat membuka beberapa situs jual beli properti online.
"Kalau yang melapor (ke PHRI DK Jakarta) belum ada ya, tetapi kalau kita lihat angka-angka di situs jual properti online, itu yang jualan gedung hotel itu sudah banyak sekali. Artinya, mereka kesulitan untuk mengelola," kata Iwantono dalam konferensi pers online bersama PHRI DK Jakarta, Senin (26/5/2025).
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/das)