Belakangan ini, TikTok tengah diramaikan oleh kemunculan tren S Line yang menimbulkan kekhawatiran. Tren ini menampilkan visual berupa garis merah di atas kepala seseorang, yang diklaim mencerminkan jumlah hubungan seksual yang pernah dilakukan.
Dikutip dari detikHikmah, tren S Line ini berawal dari drama Korea berjudul S Line, di mana salah satu karakternya mengenakan kacamata khusus yang memungkinkan melihat benang merah pada seseorang sebagai indikator aktivitas seksualnya. Terinspirasi dari adegan tersebut, para pengguna TikTok mulai membuat video serupa dengan menambahkan efek garis merah di atas kepala mereka.
Fenomena ini turut diikuti oleh sejumlah remaja Indonesia, yang meskipun belum menikah justru bangga mengikuti tren tersebut. Bagi mereka yang muslim, seharusnya paham bahwa dalam ajaran Islam menjaga harga diri dan menutup aib pribadi merupakan hal yang sangat ditekankan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyebarkan hal-hal yang bersifat pribadi, apalagi yang berkaitan dengan kehormatan, bertentangan dengan prinsip menjaga kesucian diri. Hal ini pun memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana pandangan Islam terhadap fenomena tersebut.
Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhi segala bentuk perbuatan yang dapat merusak kehormatan diri dan ketertiban sosial. Salah satu peringatan yang sangat jelas dalam Al-Qur'an adalah larangan mendekati zina, sebagai bentuk perlindungan terhadap moral dan akhlak umat.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Isra ayat 32:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا
Arab latin: Wa lā taqrabuz-zinā innahū kāna fāḥisyah(tan), wa sā'a sabīlā(n).
Artinya: Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.
Ayat ini menjadi peringatan agar setiap muslim menjaga diri, bukan hanya dari perbuatan zina itu sendiri, tapi juga dari segala hal yang dapat mengarah ke sana. Dalam buku Adabul Mufrad karya Imam Al-Bukhari, disebutkan sebuah nasihat dari Ali bin Abi Thalib:
"Janganlah menjadi orang yang tergesa-gesa, suka membuka aib, dan menyebar fitnah, karena akibatnya akan menimbulkan malapetaka yang menyusahkan, menyengsarakan, serta menyebabkan masalah buruk yang berkepanjangan"
Meskipun zina termasuk perbuatan dosa, namun seseorang yang telah berbuat zina sebaiknya menutup aib tersebut dan tidak membukanya.
Menurut kitab Mirqah al-Mafatih karya Syekh Ali bin Muhammad Sultan al-Qari yang dikutip oleh Ali Alhinduan, S.H., M.Pd, diceritakan Ibnu Abbas RA berkata, "Ketika Ma'iz bin Malik datang kepada Rasulullah (untuk mengaku berzina). Rasulullah berkata padanya, 'Barangkali kamu hanya menciumnya, atau hanya menyentuhnya, atau hanya melihatnya?' Ma'iz berkata, 'Tidak.' Rasul berkata, 'Kamu telah menjimaknya?' Ma'iz berkata, 'Iya, wahai Rasul'."
Syekh Ali bin Muhammad Sultan al-Qari dalam syarahnya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW berusaha menutupi aib zina yang telah dilakukan oleh sahabatnya. Namun karena sahabat tersebut bersikeras, maka dijatuhilah hukuman padanya.
Dari kisah tersebut dapat diketahui bahwa Islam sangat menganjurkan untuk menutupi aib zina. Sebisa mungkin tidak dibuka apalagi bila diceritakan dengan rasa bangga.
Artikel ini sudah tayang di detikHikmah, baca selengkapnya di sini.
(aau/aau)