Dilema Warga Tarakan Saat Berhadapan dengan Bocah Pedagang Asongan

Dilema Warga Tarakan Saat Berhadapan dengan Bocah Pedagang Asongan

Oktavian Balang - detikKalimantan
Rabu, 16 Jul 2025 15:00 WIB
Bocah Pedagang Asongan di Tarakan
Bocah pedagang asongan di Tarakan/Foto: Istimewa (dok tangkapan layar Instagram))
Tarakan - Bocah pedagang asongan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara menjadi sorotan melalui unggahan video di Instagram. Potret yang tak diharapkan ada di kota tersebut.

Dalam video unggahan akun @Kaltara_24jam, bocah itu tampak semangat menawarkan dagangannya kepada pengendara di lampu merah dekat rumah makan siap saji, meski hujan mengguyur pada Selasa (15/7) malam. Tubuhnya basah kuyup, namun semangatnya tak redup.

Berdasarkan pantauan detikKalimantan dari video tersebut, anak itu tampak gigih mendatangi satu per satu pengendara, baik roda dua maupun roda empat, untuk menawarkan dagangannya. Sayangnya, tak satu pun pengendara membeli barang yang ditawarkan. Meski demikian, bocah tersebut tetap ceria dan tak menunjukkan raut kesedihan.

Di usia yang seharusnya diisi dengan belajar dan bermain bersama teman sebaya, bocah itu justru harus berhadapan dengan risiko tinggi di jalanan. Meski Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Tarakan kerap melakukan penertiban, fenomena bocah pedagang asongan masih sulit dihilangkan.

Ketua Komisi II DPRD Kota Tarakan, Simon Patino menjelaskan pemerintah telah berupaya menertibkan bocah pedagang asongan. Namun masalah tersebut terus muncul kembali.

"Kami sudah melakukan penertiban dan pembinaan, tetapi tetap saja terjadi. Perda yang ada menjadi komitmen kami untuk mendukung tumbuh kembang anak di Tarakan, salah satunya dengan membangun taman bermain anak di setiap kelurahan," ujar Simon.

Ia mengakui penertiban hanya bersifat sementara. Menurutnya, solusi jangka panjangnya adalah meningkatkan geliat ekonomi masyarakat dan memastikan pendidikan wajib bagi anak-anak.

"Kami temukan di lapangan, ada yang benar-benar berjualan karena masalah ekonomi, broken home, bahkan ada yang terkoordinasi. Ada juga anak yang beralasan bosan di rumah," tambahnya.

Simon juga menyebutkan salah satu kendala pemerintah adalah laju pertambahan penduduk. Jika gagal, masalah sosial seperti ini kerap muncul kembali.

Untuk itu, ia menegaskan perlunya koordinasi intensif dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, pemantauan lapangan, hingga kemungkinan penambahan anggaran untuk penanganan yang lebih efektif.

Imbauan Pemerintah: Jangan Beli Dagangan Anak Asongan!

Pemerintah Kota Tarakan mengimbau masyarakat untuk tidak membeli dagangan dari anak-anak yang berjualan di lampu merah dan mendorong mereka kembali ke bangku sekolah. Namun di sisi lain, rasa iba masyarakat Tarakan terhadap anak-anak itu sering kali tinggi, sehingga banyak yang tetap membeli dagangan mereka. Simon menyoroti laporan dari warga yang merasa terganggu aktivitas anak-anak asongan, terutama di kafe-kafe.

"Ada laporan dari masyarakat yang merasa terganggu, sehingga Satpol PP dipanggil untuk menertibkan. Kami juga mendapat informasi bahwa beberapa anak sengaja meminta uang kembalian tidak dikembalikan sebagai trik," ungkapnya.

Ia menegaskan masyarakat diharapkan tidak membeli dagangan anak-anak asongan agar mereka tidak terus berada di jalanan. "Kami juga mengimbau orang tua untuk memastikan anak-anak bersekolah pada jam sekolah dan belajar di rumah, serta menjaga agar tidak terjadi broken home," tegas Simon.

Solusi Jangka Panjang Diperlukan

Simon menekankan penanganan bocah pedagang asongan memerlukan pendekatan menyeluruh dan berkelanjutan, melibatkan seluruh elemen masyarakat. Selain penertiban, pemerintah perlu mencari akar masalah dan memberikan solusi yang tepat, seperti peningkatan akses pendidikan dan kesejahteraan ekonomi keluarga.

"Penertiban itu temporer. Yang utama adalah meningkatkan ekonomi masyarakat dan memastikan anak-anak wajib sekolah. Ini butuh waktu dan kerja sama semua pihak," tutup Simon.


(sun/des)

Hide Ads