Warung Ginggang di Pakualaman menjadi salah satu penjual jamu tradisional legendaris di Kota Jogja. Warung jamu ini pun masih mempertahankan proses pengolahan tradisional.
Jamu racikan Warung Ginggang ini mulanya diinisiasi Mbah Joyo pada 1925. Mbah Joyo merupakan tabib di Keraton Pakualaman pada masa Paku Alam VII. Jamu racikan Mbah Joyo ini akhirnya bisa dinikmati masyarakat umum pada 1950.
Sejak itu, Warung Jamu Ginggang berdiri di dekat Pakualaman pada 1950. Warung Jamu Ginggang ini pun masih mempertahankan bangunan aslinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari situ karena Mbah Joyo sudah dikenal akrab dengan Paku Alam, kemudian sampai diberi nama 'Tan Genggang' karena saking akrabnya, sudah meracik jamu khasiat yang bisa diandalkan," terang Pemilik Jamu Ginggang saat ini, Yayuk (62), saat berbincang dengan detikJogja, Rabu (30/8/2023).
Pantauan detikJogja, Warung Jamu Ginggang memiliki nuansa tembok berwarna putih gading dengan keramik warna merah. Warung jamu tradisional ini memiliki delapan meja dengan masing-masing empat kursi di tiap sisinya.
Daftar menu dapat terlihat di tiap mejanya. Pengunjung pun dapat menikmati WiFi gratis ketika mengunjungi warung ini.
![]() |
Suasana tempo dulu atau jadul masih terlihat dalam proses pembuatan jamu di Ginggang. Yayuk mengaku masih menggunakan alat cuci dari batu, lumpang, alu, pipisan hingga tungku api untuk mengolah jamu.
Alat cuci dari batu digunakan untuk mencuci rempah-rempah yang baru dibeli. Sementara lumpang digunakan untuk menumbuk rempah-rempah hingga menjadi bagian yang lebih kecil.
Yayuk kemudian menggunakan pipisan untuk menghaluskan rempah-rempah itu. Kemudian dia menggiling rempah-rempah lain yang ditumbuk dengan lumpang. Setelah halus, rempah-rempah itu telah halus direbus menggunakan tungku berbahan kayu bakar dan arang.
"Dari Beringharjo, (rempah-rempah itu) kemudian ditimbang dan dibersihkan pake alat batu. Kemudian ditumbuk, tumbuknya juga pakai alu Setelah ditumbuk, baru dihaluskan pakai batu juga, pakai pipisan nanti," kata Yayuk saat menunjukkan dapur tempat pembuatan jamu.
Selengkapnya di halaman berikut.
Yayuk mengaku masih mempertahankan keaslian resep dari leluhurnya. Hal ini untuk menjaga citarasa dan kualitas jamu Ginggang.
"Satu, kita tanpa bahan pengawet. Kedua, kita tidak ada pemanis buatan. Yang ketiga, kita memilih bahan-bahannya yang berkualitas. Istilahnya yang KW satu," kata Yayuk.
Yayuk pun mengaku menggunakan bahan-bahan terpilih untuk racikan jamunya. Saat ini, dia mengakui persaingan terberat ada dalam pengemasan atau packaging produk.
"Apalagi sekarang milenial ini, dari segi kemasan dari packaging toh. Kita bersaingnya udah di situ, belum variasi minumannya. Kita menangnya karena usianya," jelasnya.
![]() |
Jamu Ginggang bisa eksis sampai sekarang karena mempertahankan bahan-bahan berkualitas dan menjaga resep tradisional. Kini Jamu Ginggang juga sudah dilengkapi logo halal dan sertifikat BPOM.
Pengunjung bisa menikmati segelas jamu Ginggang mulai dari Rp 6.000. Ada beragam menu jamu yang bisa dicicip mulai dari jamu beras kencur, pegal linu, hingga jamu telur.
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Jihan Nisrina Khairani Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030