Kaji Fenomena Ngemis-Nyawer Online, Mahasiswa UGM Raih Emas di Pimnas

Kaji Fenomena Ngemis-Nyawer Online, Mahasiswa UGM Raih Emas di Pimnas

Iis Sulistiani, Novi Vianita - detikJogja
Kamis, 07 Des 2023 16:55 WIB
Tim ini terdiri dari  Jatayu Bias Cakrawala, Alfia Rahma Permatasari, Avisena Kemal Elsyifa, Wahida Okta Khoirunnisa dengan Dosen Pembimbing Mashita Pitaloka Fandia P., S.IP., M.A.
Jatayu Bias Cakrawala dan timnya Alfia Rahma Permatasari, Avisena Kemal Elsyifa, Wahida Okta Khoirunnisa saat Pimnas (Foto: dok. pribadi/Jatayu Bias Cakrawala)
Sleman -

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) merupakan event resmi tahunan pusat prestasi nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam bidang penalaran untuk memperlombakan karya ilmiah mahasiswa tingkat nasional.

Pada tahun 2023 ini, PIMNAS ke-36 diselenggarakan di Universitas Padjadjaran Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27-30 November 2023. Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menjadi juara umum dengan perolehan 11 medali emas, 9 medali perak, dan 9 medali perunggu.

Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) menjadi salah satu tim yang ikut menyumbangkan medali emas dan perunggu untuk UGM. Mereka yang tergabung dalam tim ini adalah Jatayu Bias Cakrawala, Alfia Rahma Permatasari, Avisena Kemal Elsyifa, Wahida Okta Khoirunnisa dengan Dosen Pembimbing Mashita Pitaloka Fandia P., S.IP., M.A.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kaji Fenomena Mengemis Online

Maraknya fenomena mengemis online di platform media sosial seperti TikTok menjadi kajian dari tim ini. Ketua tim, Jatayu Bias Cakrawala, mengatakan ada proses panjang untuk mereka bisa lolos PIMNAS hingga berhasil menyabet medali emas.

"Untuk risetku sendiri fokusnya ada di aku membahas tentang fenomena ngemis dan nyawer online yang ada di TikTok dan kemudian aku di PIMNAS risetnya itu nggak langsung gitu aja," kata Jatayu kepada detikJogja pada Kamis (7/12/2023).

ADVERTISEMENT

Perjalanan ini dimulai dari pengumpulan proposal di bulan Januari 2023 ke Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa).

"Setelah pengumpulan proposal ke Belmawa kemudian diumumkan beberapa proposal yang dinyatakan lolos untuk didanai. Alhamdulillahnya proposalku waktu itu lolos pendanaan dan setelah pendanaan baru aku melakukan riset-riset. Setelah riset, dari Belmawa itu mengadakan semacam kegiatan untuk pelaporan riset, itu wujudnya presentasi dilakukan sekitar bulan Oktober akhir. Dari kegiatan presentasi tersebut nanti baru dipilih dan dinyatakan lolos untuk PIMNAS," jelas dia.

"Di PIMNAS-nya kemudian aku presentasi lagi hasil risetku yang sudah benar-benar selesai. Kemudian kalau di PIMNAS itu selain presentasi kita juga ada lomba poster. Kalau yang gold medal itu yang lomba poster kalau presentasinya dapat yang bronze," imbuhnya.

Persiapan PIMNAS Hanya 3 Minggu

Lebih lanjut, Jatayu mengungkapkan bahwa waktu persiapan untuk maju ke PIMNAS tergolong singkat. Ia tidak menyangka jika timnya berhasil melaju ke babak final dan presentasi di depan dewan juri.

"Kalau untuk riset kita dari Januari kalau pengumuman pendanaan itu baru di Juni. Terus untuk riset kita lakukan di Juni-September dan pengumuman lolos PIMNAS itu ada di awal November sekitar tanggal 8. Jadi untuk persiapan PIMNAS sendiri karena kita waktu itu nggak expect sama sekali untuk lolos, Kita cuma ada persiapan 3 minggu untuk PIMNAS, tuturnya.

Berawal dari Iseng 'Cari Jodoh'

Jatayu menceritakan awal mula mereka bisa tergabung dalam satu tim. Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini mengaku tidak tahu jika PKM Center UGM ternyata memiliki program 'cari jodoh' untuk tim PKM yang sedang mencari anggota.

"Jadi di PKM Center UGM mereka punya satu program namanya cari jodoh. Kita ketemunya lewat cari jodoh. Jadi cari jodoh itu bentuknya google sheet. Isinya adalah daftar orang yang sedang mencari tim atau anggota. Kebetulan waktu itu ada salah satu judul riset yang menurutku menarik dan memang dekat dengan kajianku yang aku fokus di media. Di situlah aku coba kontak salah satunya terus waktu itu akhirnya ditawari untuk mengisi posisi ketua di tim ini," terangnya.

Jatayu mengatakan untuk sampai di tahap ini tentu tidaklah mudah. Banyak kendala dan tantangan yang mereka hadapi, salah satunya yaitu keterbatasan waktu. Meski begitu, mereka merasa terbayarkan atas semua usaha, pikiran, dan kerja keras yang telah dikerahkan.

"Kalau kendala sendiri cukup banyak karena kita punya waktu cuma tiga minggu untuk nyiapin poster dan ppt. Kita harus latihan presentasi juga. Jujur kendalanya adalah waktu. Di luar PKM pun aku punya kegiatan terus teman-temanku yang lain juga. Cuma sejauh ini meskipun dengan keterbatasan waktu yang kita punya dengan mengorbankan kegiatan di luar untuk PKM ini. Tapi yang dikorbankan terbayarkan," tuturnya.

Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari peran dosen pembimbing mereka, Mashita Pitaloka Fandia P., S.IP., M.A. Jatayu mengaku senang dan bersyukur mendapatkan dosen pembimbing yang suportif dan bisa menjadi sosok kakak bagi timnya.

"Menurutku dosen itu perannya sangat penting dan harus mencari dosen yang memang bisa memposisikan diri karena PKM ini waktunya panjang. Alhamdulillahnya aku dapat dosen yang sangat suportif," terangnya.

"Dosen pembimbingku namanya Mbak Mashita. Beliau dosen Ilkom dan keterlibatan Mbak Masita di sini itu berperan sebagai dosen yang kita tanya-tanya kalau lagi bingung, konsultasi. Cuma di sisi lain Mbak Masita nggak cuma jadi dosen pendamping tapi jadi kakak sendiri buat kita di tim ini. Jadi ikatan emosional antara tim dan dosen itu sangat mendukung kekompakan," pungkas Jatayu.

Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani dan Novi Vianita peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads