Mahasiswa UNY Sulap Biji Kurma Jadi Bahan Identifikasi Forensik Sidik Jari

Mahasiswa UNY Sulap Biji Kurma Jadi Bahan Identifikasi Forensik Sidik Jari

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Rabu, 15 Nov 2023 11:17 WIB
Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Jogja -

Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyulap limbah biji kurma menjadi bahan dasar identifikasi forensik sidik jari. Begini cerita mahasiswa dari Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) itu.

Ide ini datang dari Ni Kadek Nabila Sesilia (Fisika), Fadhilah Fitria Setyawati (Fisika), Saadah Vidaroini (Pendidikan Fisika), dan Chairul Amri (Fisika) yang didampingi Wipsar Sunu Brams Dwandaru S.Si., M.Sc., Ph.D.

Diungkapkan oleh Nabila Sesilia, tercetusnya ide biji kurma sebagai bahan dasar identifikasi sidik jari forensik karena penumpukan limbah yang terus meningkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kenapa kami memilih biji kurma, itu dilihat dari penumpukan limbah biji kurma yang meningkat dari tahun ke tahun. Kebetulan kami di sini juga ada industri pengolahan buah kurma, yang mana bijinya itu udah jadi limbah, jadi kita memanfaatkan itu," ungkap Nabila saat ditemui detikJogja di UNY, Selasa (14/11/2023).

Tim mahasiswa FMIPA UNY yang sulap biji kurma jadi bahan identifikasi forensik sidik jari.Tim mahasiswa FMIPA UNY yang sulap biji kurma jadi bahan identifikasi forensik sidik jari. Foto: Dok. Istimewa

Adapun pemilihan bahan biji kurma sebagai bahan dasar identifikasi forensik sidik jari karena biji kurma mengandung karbohidrat, lemak, abu, serat, dan protein. Kandungan tersebut merupakan sumber karbon. Sumber karbon apabila disintesis dapat menjadi C-dots.

ADVERTISEMENT

Oleh sebab itu, limbah biji kurma dapat disintesis menjadi C-dots dan diaplikasikan untuk deteksi sidik jari laten dalam investigasi kriminal dan toksikologi forensik.

Sidik jari laten menggunakan C-dots sebagai identifikasi forensik 8 berhasil apabila terbentuk struktur pola sidik jari dan memiliki ketahanan pola sidik jari laten walaupun didiamkan dalam jangka waktu selama 1 bulan.

Sementara itu, penelitian biji kurma sebagai bahan dasar identifikasi forensik sidik jari diikutsertakan pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) oleh Kemendikbud.

"Jadi kemarin kami ikut program PKM dari Kemendikbud. Kami mengajukan penelitian ini dan alhamdulillah kami mendapat pendanaan dari Juni sampai Oktober," imbuh Chairul Amri.

Fadhilah Fitria Setyawati turut menambahkan, setelah menggunakan biji kurma sebagai bahan dasar, pada penelitian selanjutnya juga akan mengganti media yang digunakan menjadi media tekstil.

"Kami kan sebelumnya pakai media cetak, kayu, cat, dan keramik. Selanjutnya kami mau mencoba pakai bahan tekstil, yang menyerap air. Jadi nanti mungkin ada perubahan metode," tutur Fadhilah.

Usai melakukan penelitian tersebut, mahasiswa FMIPA UNY tersebut mengungkapkan harapannya agar bisa menjadi teknologi baru.

"Harapannya semoga bisa jadi teknologi baru buat identifikasi sidik jari. Karena setahu kami, identifikasi yang dilakukan oleh kepolisian hanya ada di tingkat daerah (Polda)," kata Nabila.

"Tapi untuk yang tingkat di bawah belum ada. Kalau pakai penelitian ini murah juga tapi punya hasil yang akurat," sambung mahasiswi semester 5 tersebut.

"Lalu sidik jari yang umum itu bisa kehapus enam jam. Kami melakukan penelitian ini juga dari segi ketahanan bisa bertahan selama 30 hari," pungkas Fadhilah.




(rih/aku)

Hide Ads