Penyebaran Nyamuk Wolbachia Jadi Polemik, Ini Penjelasan Peneliti UGM

Penyebaran Nyamuk Wolbachia Jadi Polemik, Ini Penjelasan Peneliti UGM

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Minggu, 19 Nov 2023 12:49 WIB
Guru Besar UGM Prof Adi Utarini ilmuwan wanita yang dibanggakan Presiden Jokowi
Peneliti nyamuk Wolbachia asal UGM, Prof Adi Utarini. Foto: dok. IG Adi Utarini
Sleman -

Masyarakat Bali menolak penyebaran jutaan telur nyamuk Wolbachia. Mereka khawatir akan ada dampak lain yang dibawa nyamuk wolbachia.

Peneliti nyamuk wolbachia dari UGM Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D, angkat bicara soal keresahan masyarakat Bali. Meski UGM tidak terlibat dalam implementasi teknologi Wolbachia di Bali.

Adapun teknologi Wolbachia telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Prof Uut, begitu biasa dia disapa, mengatakan dari hasil penelitian di Jogja, tak ada dampak buruk yang terjadi di masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menegaskan teknologi Wolbachia aman bagi masyarakat maupun lingkungan.

"Pascapelepasan di Yogyakarta, kami tetap melakukan pemantauan secara kontinyu bersama dinas kesehatan dan tidak ada dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan. Teknologi Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan, dan di Kota Yogyakarta teknologi ini menurunkan kegiatan fogging sebesar 83 persen," kata Prof Uut saat dihubungi detikJogja, Minggu (19/11/2023).

ADVERTISEMENT

Dia bilang, kajian mengenai keamanan teknologi Wolbachia sangat penting dan hal ini menjadi perhatiannya sejak mengawali penelitian di Yogyakarta pada 2011.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa, nyamuk Culex sp yang tinggal berdampingan dengan nyamuk Aedes aegypti di lingkungan alamiah tidak mengandung strain wMel dari nyamuk Aedes aegypti yang bersamaan ditangkap," jelasnya.

"Demikian pula halnya pada manusia, penelitian kami menunjukkan tidak ada respons antibodi Wolbachia pada warga yang tinggal di area pelepasan nyamuk Aedes aegypti Wolbachia," imbuhnya.

Lebih lanjut, berdasarkan keilmuan dia mengatakan teknologi Wolbachia ini terbukti efektif menurunkan demam berdarah dengue.

"Hasil pemantauan kejadian DBD di Sleman dan Bantul juga menunjukkan penurunan dibanding sebelum pelepasan. Kestabilan hasil ini perlu terus diamati ke depannya," pungkasnya.

Sebelumnya, dilansir detikBali, rencana penyebaran jutaan telur nyamuk wolbachia di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, Bali, akhirnya ditunda. Hal ini ditegaskan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya. Sebelumnya, penerapan metode wolbachia itu digunakan untuk mengantisipasi demam berdarah dengue (DBD).

"Kan sudah ditunda, kami tunda ya, perlu sosialisasi ada penolakan dari masyarakat terbelah, yang pro dan kontra bagus ditunda dulu," ujar Mahendra seusai menghadiri rapat paripurna DPRD Provinsi Bali di gedung DPRD Provinsi Bali, Kamis (16/11/2023).

Menurutnya, sosialisasi terkait penyebaran nyamuk wolbachia harus lebih intens agar memberikan pemahaman kepada masyarakat seperti apa nyamuk wolbachia itu.

Terkait opsi penyebaran, ia meminta untuk menanyakan kepada ahlinya.

Akibat penundaan tersebut, jutaan telur nyamuk Wolbachia terpaksa dihancurkan.




(ahr/ahr)

Hide Ads