Salut! Murid SMKN 1 Pundong Bantul Buat EWS Banjir-Hibahkan ke Warga

Salut! Murid SMKN 1 Pundong Bantul Buat EWS Banjir-Hibahkan ke Warga

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 01 Nov 2023 14:03 WIB
Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023).
Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Dua murid SMK Negeri (SMKN) 1 Pundong, Kabupaten Bantul, bersama seorang guru membuat alat early warning system (EWS) untuk mendeteksi banjir. EWS berbentuk tabung ini selanjutnya dihibahkan ke salah satu masjid di Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul.

Pantauan detikJogja, tampak dua orang berkemeja oranye kombinasi abu-abu sibuk memasang sebuah pipa berukuran cukup besar di pinggir Sungai Oya, Pengkol. Selanjutnya, kedua orang itu memasang sensor berbentuk persegi panjang ke dalam pipa yang pinggirnya sudah dilubangi.

Setelah itu, keduanya mengetes alat tersebut dengan mengalirkan air dari selang ke dalam pipa. Ketika air menyentuh kedalaman tertentu tiba-tiba berbunyi alarm dari pengeras suara yang terpasang di samping pengeras suara masjid. Ternyata hal itu membuktikan jika EWS berfungsi dengan baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu dari dua murid yang membuat EWS banjir, Ikhwan Sidik menjelaskan bahwa ide membuat EWS ini muncul dari salah satu guru pembimbingnya pada bulan September lalu. Selanjutnya, murid kelas XI jurusan teknik elektronika ini mulai mengumpulkan bahan-bahan pembuat EWS bersama rekan satu jurusannya yakni Evan Setiaga Pratama.

"Alat ini idenya dari pembimbing kami Bapak Sumarwan," kata Ikhwan kepada wartawan usai pemasangan EWS banjir di Pengkol, Rabu (1/11/2023).

ADVERTISEMENT
Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023).Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Menurutnya, perencanaan EWS memakan waktu beberapa pekan. Sementara waktu pembuatan EWS banjir beberapa hari.

"Untuk proses pembuatannya sekitar lima hari sampai dengan pemasangan di lokasi. Hari pertama mendesain PCB (Printed Circuit Board), pelarutan, dan pengeboran PCB," ucapnya.

"Hari kedua memasang rangkaian dan melakukan penyolderan komponen. Hari ketiga instalasi rangkaian pada boks modul. Hari keempat penyempurnaan dan pengujian dan hari terakhir pemasang di lokasi," lanjut Ikhwan.

Disebutnya, dalam proses pembuatan tidak menemui kesulitan berarti karena bisa teratasi. "Kesulitan ada, misal bingung kok tidak berfungsi dan lain-lain," ujarnya.

Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023).Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Terkait bahan baku EWS, Ikhwan menyebut menggunakan paralon yang dilubangi. Selanjutnya, memasukkan sensor elektroda ke dalam pipa tersebut.

"Bahannya pakai pipa paralon yang dilubangi biar air bisa masuk dan dua sensor elektroda bisa ditempel di pipa. Teknisnya, kalau air menyentuh sensor itu otomatis mengirimkan sinyal pada pengeras suara yang kita pasang di masjid ini," ujarnya.

Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023).Alat EWS banjir buatan murid SMKN 1 Pundong Bantul dipasang di pinggir Sungai Oya, Pedukuhan Pengkol, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Bantul, Rabu (1/11/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Pihaknya juga menyediakan aki dan charger aki agar saat mati listrik EWS tetap berfungsi. Mengingat banjir tidak bisa diprediksi kapan datangnya dan masyarakat bisa lebih siap jika mengetahui datangnya banjir.

"Nantinya jika air sungai mulai naik sampai menyentuh sensor satu sirene akan berbunyi dengan intonasi pelan selama enam menit sebagai tanda siaga," katanya.

"Kalau air sudah menyentuh sensor dua maka sirene akan berbunyi dengan intonasi lebih cepat selama enam menit sebagai tanda bahaya banjir," imbuh Ikhwan.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Kepala SMKN 1 Pundong, Sutopo mengaku pihaknya sengaja menghibahkan EWS banjir ke warga di Pengkol. Alasannya adalah bentuk dedikasi sekolahnya dan di Pengkol pernah mengalami banjir besar pada 2017.

"Ini bentuk dedikasi murid kami dan kami hibahkan ke warga Pengkol. Harapannya ketika datang banjir warga bisa mendapat peringatan dini sehingga lebih siap. Apalagi Pengkol ini salah satu lokasi yang paling terdampak banjir saat Badai Cempaka tahun 2017," kata Sutopo.

Untuk perawatan, nantinya dari SMKN 1 Pundong bakal melakukan pemeliharaan.

"Perawatan lebih mudah, tahan lama. Kami juga melakukan pemeliharaan setiap tahun sebelum musim hujan. Karena kami sebelumnya juga pasang EWS banjir di Kedungjati, Selopamioro, Imogiri, kedua EWS deteksi tanah longsor di Pedukuhan Blali, Seloharjo, Pundong, dan yang ketiga ya hari ini," ujarnya.

Terkait biaya pembuatan EWS, Sutopo mengaku sepenuhnya berasal dari sekolah. Biaya untuk membuat satu unit EWS banjir memakan belasan juta rupiah.

"EWS buatan kami tidak memerlukan biaya besar sehingga sekolah masih mampu untuk membuatnya. Kalau untuk biayanya Rp 15 sampai Rp 20 juta untuk satu unit EWS," ucapnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Agus Yuli Herwanta mengatakan BPBD sangat terbantu dengan adanya pemasangan EWS banjir di Pengkol. Pasalnya, se-Kabupaten Bantul baru terpasang lima EWS banjir.

"Jadi EWS banjir sangat kita butuhkan karena menurut BMKG akhir bulan November merupakan musim hujan di Bantul. Apalagi, untuk EWS banjir kami baru punya lima unit," kata Agus.

Minimnya EWS itu, kata Agus, karena keterbatasan anggaran BPBD dan mahalnya harga EWS. Padahal, Agus menyebut kebutuhan EWS, terutama tsunami di Bantul masih kurang.

"EWS tsunami kami yang terpasang ada 29 unit, padahal masih kurang 45 EWS. Sampai sekarang belum bisa beli karena mahal dan keterbatasan anggaran juga," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads