Pengembangan kualitas UMKM Bumi Sembada terus dimaksimalkan seiring dengan bertumbuhnya jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Sleman. Upaya peningkatan mutu UMKM salah satunya melalui beragam kegiatan yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sleman.
Mengusung slogan 'UMKM Naik Kelas', Dekranasda Kabupaten Sleman hadir sebagai organisasi nirlaba yang memayungi dan mengembangkan UMKM. Hal ini disampaikan Ketua Dekranasda Kabupaten Sleman, Sri Purnomo dalam siniar Beranda Sleman yang tayang pada Sabtu (27/1).
"Tugas Dekranasda itu kan tugas sosial, profesional dalam rangka mensukseskan tugas dari bupati atau wali kota atau mungkin kalau gubernur ya gubernur. Slogan dari UMKM itu, UMKM Naik Kelas," kata Sri Purnomo dalam keterangannya, dikutip pada Senin (12/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sri Purnomo, UMKM Naik Kelas bukan hanya sebatas slogan saja, melainkan upaya bersama untuk menciptakan sinergitas serta mempererat kolaborasi dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Sleman.
Manifestasi dari jargon tersebut ialah dilaksanakannya kunjungan industri oleh Dekranasda Kabupaten Sleman. Kegiatan ini dilakukan untuk mendengarkan keluhan para pelaku usaha, proses pemasaran produk, hingga berdiskusi.
"Kami kunjungan industri ke UMKM-UMKM di Sleman untuk mendengarkan keluhannya ada apa. Kemudian pemasarannya bagaimana, kita nanti diskusi," jelasnya.
Sri Purnomo mengatakan jumlah UMKM di Kabupaten Sleman hampir mencapai angka seratus ribu. UMKM tersebut berasal dari beragam jenis usaha, yaitu minuman, makanan, serta kerajinan.
"Perlu diketahui bahwasanya UMKM di Kabupaten Sleman itu hampir mencapai angka seratus ribu UMKM, dengan berbagai macam usaha. Karena UMKM ini usaha mikro kecil, mereka bisa berupa usaha kerajinan, bisa membuat makanan minuman, bisa membuat bermacam-macam yang terkait dengan kegiatan manusia," kata Sri Purnomo.
Pemasaran produk UMKM tersebut kemudian difasilitasi oleh Dekranasda. Penjualan produk dilakukan secara daring dan luring dengan memajang produk dalam galeri Dekranasda Kabupaten Sleman. Di mana keuntungan dari pembelian produk UMKM dikembalikan kepada perajin atau pelaku usaha.
"Kita memfasilitasi, kita menjualkan, untuk mengenalkan kepada pasar baik secara online maupun offline. Kemudian nanti ketika untung atau transaksi, langsung kita kembalikan kepada perajin itu sendiri," tutur Sri Purnomo.
Pembinaan juga diberikan Dekranasda Kabupaten Sleman kepada pelaku UMKM. Mereka diikutsertakan dalam kegiatan pameran, baik di kapanewon, kabupaten, hingga nasional. Di tingkat kapanewon, UMKM dilibatkan dalam kegiatan Pasar Murah dan UMKM.
Kemudian di tingkat kabupaten, UMKM dihadirkan dalam kegiatan Pameran Potensi Daerah (PPD) Kabupaten Sleman. Sementara di tingkat nasional, UMKM yang terpilih akan dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Pameran UMKM INACRAFT.
"Salah satu contoh, pembinaan yang kita adakan itu kan diadakan pameran. Pameran di tingkat kapanewon itu dengan diadakan Pasar Murah dan UMKM. Kami terjun di situ karena kami membina UMKM. Di situ kemudian secara bertahap mereka disuruh keluar untuk display, berjualan. Di tingkat kabupaten kita ada tanggal 15 Mei setiap tahunnya kan Hari Jadi Kabupaten Sleman. Di situ ada Pameran Potensi Daerah, itu gelar UMKM, semua UMKM masuk di situ. Di tingkat provinsi juga sering diadakan, dari UMKM kita kirim sampai pada nanti INACRAFT yang ada di Jakarta," jelasnya.
Kabupaten Sleman memiliki beragam jenis produk UMKM, baik di bidang kuliner, kerajinan (craft), fashion, hingga agribisnis. Terkait produk kerajinan, Sleman memiliki kerajinan khas yang memanfaatkan kearifan lokal yaitu batik Sinom Parijotho Salak. Sebuah desain batik dengan memadukan dua tanaman khas Sleman yang tumbuh di Lereng Gunung Merapi, yaitu Parijotho dan Salak.
"Tidak kalah penting ialah produk batik Parijotho Salak. Batik ini sekarang di Kabupaten sudah melegenda. Parijotho Salak itu kan bahan dasarnya parijotho dan salak. Jadi Sinom Parijotho itu tanaman yang tumbuh di Lereng Merapi, dan itu ada buahnya kecil-kecil merah. Kemudian salak karena kita Lereng Gunung Merapi memang sejak dulu banyak salak. Kemudian itu dipadukan, dan pertama kali dicetak besar-besaran," katanya.
Sri Purnomo menambahkan, pelaku UMKM harus terus meningkatkan inovasi dalam rangka pengembangan usaha mereka. Dengan adanya inovasi dan kreasi yang terus dikembangkan, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman.
"Jadikan yang namanya orang usaha UMKM jangan monoton. Kalau monoton nanti ada titik jenuh. Tapi harus ada kreasi inovasi, tiap tahun harus ada," sambung Sri Purnomo.
(dil/rih)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang