Salah satu padukuhan di Sleman memiliki nama yang unik, yakni Padukuhan Tangisan yang terletak di Banyurejo, Tempel, Sleman. Seperti apa asal usul nama padukuhan yang berada di ujung barat laut kabupaten Sleman ini?
Padukuhan Tangisan berada di dalam wilayah Kalurahan Banyurejo. Padukuhan ini lebih dekat ke wilayah Jawa Tengah dari pada ke pusat kota Sleman. Hanya dibatasi Padukuhan Jambean yang menjadi padukuhan terluar di Banyurejo.
Di dalam wilayah Padukuhan Tangisan, juga melintang selokan Van Der Wijck berikut Dam Banyurejo di sisi barat Padukuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padukuhan Tangisan ada dua wilayah, barat dan timur. Di sini Tangisan Barat. Tangisan ada dua RW, 9 dan 10, di sini RW 10. Masing-masing RW ada dua RT, satu RW ya sekitar 150-an KK," ujar tokoh masyarakat di Padukuhan Tangisan, Daya Santosa (56), saat ditemui detikJogja di kediamannya, Jumat (12/9/2025).
Daya, yang sejak lahir sudah tinggal di Padukuhan Tangisan, menceritakan kisah-kisah yang ia dengar dari ayahnya dan tetua-tetua kampung terdahulu soal asal-usul nama Tangisan.
Menurutnya, pada saat selokan Van Der Wijck dibangun oleh Belanda, banyak warga kampung itu yang dipekerjakan. Singkat cerita, mandor proyek Van Der Wijck ini kepincut dengan satu gadis di kampung itu.
"Di kampung sini juga waktu itu ada seorang gadis cantik, itu mau dipersunting sama mandornya proyek Van der Wicjk, orang Belanda," papar Daya.
"Tapi karena sudah tahu watak karakternya Belanda itu, gadis itu nggak mau. Kemudian tetep dipaksa, tapi masih nggak mau," sambungnya.
![]() |
Geram dengan penolakan sang gadis bernama Sri Tanjung itu, sang Mandor pun memerintahkan bawahannya untuk menghukum si gadis. Sri Tanjung dimasukkan ke sebuah liang kemudian ditutup dengan batu besar di atas liang tersebut.
"Menurut cerita, (setelah kejadian) itu Sri Tanjung terus nangis setiap hari. Warga nggak berani, kan ada penjagaan ketat itu, Belanda kan waktu itu senjatanya itu, ndak ada yang berani. Akhirnya selama 40 hari itu sudah nggak nangis lagi, mungkin sudah meninggal," ujarnya.
Batu itu kini berada di dalam kompleks pemakaman umum di ujung padukuhan Tangisan, yakni makam Sasanalaya Canan. Kata Daya, konon banyak warga yang sering mendengar suara tangisan pada malam tertentu.
"Setiap malam Jumat Kliwon itu menurut cerita juga, ada cahaya keluar dari batu dan ada tangisan wanita," terang Daya.
"Itu juga nggak setiap orang bisa melihat dan dengar, tapi rata-rata kalau orang kampung sini sudah pernah lihat atau dengar. Tapi kalau mau ke sini pas malam Jumat Kliwon ke sini ya belum tentu (bisa lihat atau dengar)," lanjutnya.
Cerita-cerita itu lah yang menurut Daya, menjadi alasan penamaan padukuhan Tangisan. Selain itu, ia bilang, nama Sri Tanjung juga dilestarikan oleh warga Tangisan sebagai nama pasukan Bergada padukuhan.
"Di sini ada bregada prajurit itu, bergada kampung sini, Sri Tanjung kami jadikan nama bergada itu. Bergada Sri Tanjung," pungkasnya.
(ams/dil)
Komentar Terbanyak
Siasat Anggun Sopir Bank Pencuri Rp 10 M Hilangkan Jejak Selama Buron
Gelagat Anggun Sopir Bank Gondol Rp 10 M Sebelum Ditangkap
Penjelasan Menkeu Purbaya soal Postingan Anaknya 'Lengserkan Agen CIA'