Sejarah Kabupaten Bantul, Jadi Saksi Perjuangan Heroik Pangeran Diponegoro

Sejarah Kabupaten Bantul, Jadi Saksi Perjuangan Heroik Pangeran Diponegoro

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Minggu, 03 Des 2023 16:03 WIB
Gapura perbatasan Kabupaten Bantul.
Ilustrasi sejarah Kabupaten Bantul, jadi saksi perjuangan heroik Pangeran Diponegoro. Foto gapura perbatasan Kabupaten Bantul: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Jogja -

Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi lima wilayah secara administratif dengan Kabupaten Bantul sebagai salah satunya. Kabupaten yang satu ini menyimpan banyak keunikan, berikut dengan pesona alamnya yang menakjubkan. Tapi apakah detikers tahu bagaimana sejarah berdirinya Bantul?

Dikutip dari laman bantulkab.go.id, Kabupaten Bantul memiliki wilayah seluas 506,85 kmΒ² yang terdiri atas 17 kecamatan. Dengan daerah dataran yang terletak di tengah, perbukitan di bagian timur dan barat, serta pesisir pantai di selatan, Bantul kerap menjadi tujuan wisata yang populer.

Penasaran dengan asal-usul Kabupaten Bantul? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini yang telah dihimpun detikJogja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah dan Asal-usul Kabupaten Bantul

Kisah Penamaan Bantul

Menyadur dari buku 'Masyarakat Pedesaan dan Revolusi Kemerdekaan di Daerah Istimewa Yogyakarta' karya Baha Uddin dkk, toponimi Bantul berasal dari kisah Ki Ageng Mangir. Dalam Babad Tanah Jawa, ia merupakan musuh Panembahan Senopati.

Pada saat itu Ki Ageng Mangir sedang melakukan perjalanan menuju Kotagede atau pusat kegiatan Kerajaan Mataram Islam. Di tengah perjalanan, uborampe yang dibawa dengan dipikul bergerak mentul-mentul atau bergoyang naik turun.

ADVERTISEMENT

Akhirnya, daerah tersebut dikenal dengan sebutan nama Bantul. Terdapat versi cerita yang lain menyebutkan bahwa hati Ki Ageng Mangir mentul-mentul atau ragu-ragu sehingga menjadi dasar penamaan kabupaten yang penuh sejarah ini.

Saksi Perlawanan Pangeran Diponegoro

Diambil dari laman bantulkab.go.id, berdirinya Kabupaten Bantul identik dengan perjuangan heroik Pangeran Diponegoro pada tahun 1825-1830 dalam melawan penjajah Belanda yang bermarkas di Gua Selarong. Setelah berhasil menekan perlawanan Diponegoro, pemerintah Hindia Belanda merespons dengan membentuk komisi khusus. Komisi tersebut bertugas untuk mengelola daerah Vorstenlanden yang meliputi Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunungkidul.

Lebih lanjut, dibuatlah kontrak antara Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta untuk memperkuat kendali administratif. Kontrak tersebut berisi tentang pembagian wilayah, pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif yang lebih terstruktur. Inilah titik tolak penting dalam pendirian Kabupaten Bantul yang kemudian terus berkembang.

Pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831, Pemerintah Hindia Belanda dan Sultan Jogja menjalin kontrak kerjasama yang mempertegas pembagian wilayah administratif baru di Kasultanan. Kontrak tersebut mengakibatkan pembentukan tiga kabupaten di Kasultanan Yogyakarta, yakni Bantulkarang untuk wilayah selatan, Denggung untuk wilayah utara, dan Kalasan untuk wilayah timur.

Mengikuti pembagian wilayah ini, tanggal 20 Juli 1831 secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal sebagai Bantulkarang. Pada hari yang sama, Raden Tumenggung Mangun Negoro dipercayakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono V untuk menjabat sebagai Bupati Bantul.

Hingga saat ini, tanggal 20 Juli menjadi hari bersejarah yang diperingati setiap tahun sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain menjadi simbol pembentukan kabupaten, tanggal ini juga memiliki makna kepahlawanan bagi masyarakat Bantul, mengingat bahwa pada tanggal yang sama Perang Diponegoro meletus, yaitu 20 Juli 1825.

Demikian sejarah dan asal-usul Kabupaten Bantul yang ternyata berkaitan erat dengan peran Pangeran Diponegoro. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(cln/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads