Seniman blasteran Indonesia-Prancis, Ines Katamso, mencuri perhatian di ARTJOG 2024 dengan memamerkan karya bahan material bangunan. Dia mengungkapkan inspirasinya memamerkan karya tersebut.
Ines tentu tak asing lagi khususnya bagi pecinta karya seni 3 dimensi. Dia sudah sering menggelar berbagai pameran karya seni solo/duo di Semarang Gallery, lalu pernah juga di Solo Exhibition 'It Happened' di ISA Art Jakarta, dan Solo Exhibition 'All The Growing' di Ruci Art Space Jakarta.
Dengan karyanya yang sering kali menyangkut isu lingkungan, Ines kali ini ikut serta ambil bagian di ARTJOG 2024. Apalagi, ARTJOG juga didukung oleh Lembaga Greenpeace, organisasi dunia yang aktif mengampanyekan isu lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ines merasa spesial bisa menampilkan karyanya di ARTJOG 2024. Ini merupakan kali perdananya berpartisipasi di festival seni kontemporer yang digelar di Jogja National Museum (JNM) pada 28 Juni-1 September 2024 itu.
Lebih lanjut Ines menjelaskan, kali ini ia mengusung tema 'Cycle of Life' atau siklus kehidupan di mana dia menggunakan bahan material bangunan seperti beton, batu, semen, dan kapur di pamerannya itu. Tentu ini menjadi keunikan tersendiri dibanding karya seni lainnya.
Pantauan detikJogja di lokasi, karya Ines berbentuk 3 dimensi yang didominasi warna krem, abu-abu, dan putih. Bentuk karyanya berupa pahatan dan ukiran-ukiran beraneka ragam bentuknya yang ia buat dengan material batu bata, semen, hingga plastik. Tapi yang menarik, ada ukiran-ukiran yang digeletakkan begitu saja di pasir yang tercampur dengan batu-batuan. Ini dimaknai sebagai masa depan yang hanya tinggal puing-puing bangunan saja tanpa adanya manusia.
"Lumayan lama saya membuat konsep ini. Saya buat judulnya waktu Februari dan langsung mulai membuat, sekalian sama pameran lainnya. Karena sebagai seniman kan mikir itu 24 jam terus menerus. Jadi membangun sendiri saya ide, karya, teknik dan materinya," kata Ines saat ditemui detikJogja, Jumat (28/6/2024).
![]() |
Diketahui, ARTJOG 2024 mengusung tema "Motif: Ramalan" yang menjadi inspirasi Ines membuat karya ini. Dia melihat masa depan, dipenuhi oleh puing-puing bangunan alih-alih nature (alam).
"Jadi saya melihat judul Ramalan, itu kan tentang masa depan. Kalau saya melihat alam dan bumi. Kita (manusia) sering merusak bumi dan tidak mungkin konstan di sini," katanya.
"Kalau manusia itu tidak ada, warisannya kita itu apa? Nah saya melihat society kita banyak bangunan dan plastik. Jadi mungkin 100 atau 200 tahun lagi mungkin hanya ada puing-puing konstruksi aja," papar Ines.
Seniman kelahiran Jogja tahun 1990 itu menambahkan, digitalisasi yang ada saat ini juga kemungkinan bakal hilang di masa depan.
"Kita sekarang kan di era digitalisasi, nah menurut info masa depan digitalisasi itu kan udah nggak ada, jadi warisan kita itu adalah puing-puing konstruksi dan plastik," tegas Ines.
Ines yang pernah mengenyam pendidikan seni dan design di Prancis itu juga mengungkapkan tantangannya menggunakan bahan material dalam karya seninya.
"Warnanya agak challenging juga, cuma ada semen, kapur dan bata. Jadi sulit untuk memadupadankan untuk menjadi sebuah karya seni," pungkasnya.
(cln/cln)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka