Pipilaka Calling, Suarakan Isu Lingkungan Via Terakota-3D Video Mapping

Pipilaka Calling, Suarakan Isu Lingkungan Via Terakota-3D Video Mapping

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 26 Jun 2024 19:33 WIB
Suasana pameran Pipilaka Calling di JNM Bloc, Kota Jogja, Rabu (26/6/2024).
Suasana pameran Pipilaka Calling di JNM Bloc, Kota Jogja, Rabu (26/6/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Jogja -

Pameran yang memadukan patung terakota dengan 3D video mapping bertajuk Pipilaka Calling bergulir hampir dua bulan di JNM Bloc, Kota Jogja. Pameran tersebut berusaha meningkatkan kesadaran mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, hingga orang dewasa untuk menjaga lingkungan.

Seniman patung sekaligus inisiator Pipilaka Calling, Wahyadi Liem, mengatakan pameran tersebut mulai dibuka hari ini hingga 28 Agustus mulai pukul 10.00-21.00 WIB. Wahyadi melanjutkan, Pipilaka Calling adalah pameran interaktif yang menampilkan puluhan patung terakota karyanya.

"Pameran ini berbeda dari umumnya sebuah pameran patung yang menggabungkan teknologi mutakhir 3D video mapping 360, hologram, dan lanskap suara demi menciptakan lingkungan bercerita yang ajaib di mana patung menjadi hidup," katanya kepada wartawan di JNM Bloc, Kota Jogja, Rabu (26/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu sesi sendiri, kata Wahyadi, sekitar 12 menit di dalam sebuah ruangan dengan kapasitas maksimal 38 orang. Rinciannya, untuk satu jam itu tiga kali sesi dan waktu keluar masuk sekitar lima menit.

Wahyadi melanjutkan, patung-patung tersebut terbuat dari tanah liat dengan pengerjaan memakan waktu sekitar tiga bulan. Pemilihan tanah liat sendiri karena menjadi salah satu media dengan bahan natural dan ramah lingkungan.

ADVERTISEMENT

Hasilnya, ada sekitar tiga puluh patung terakota akan dipamerkan di Pipilaka Calling. Di mana sepuluh dari patung ini dilengkapi dengan kemampuan berbicara hingga menyanyi.

"Dan akan menyampaikan berbagai pesan berdampak mengenai isu-isu penting lingkungan seperti penggundulan hutan, hak-hak hewan, pemanasan global, dan pengelolaan limbah," ucapnya.

Selain itu, pameran ini dirancang untuk menjadi pengalaman yang benar-benar mendalam. Selain itu, melibatkan keempat indera yang akan mampu mengubah pengunjung dari penonton pasif menjadi peserta aktif yang akan menjadi satu cerita.

"Karena karya ini menggabungkan seni dengan komentar sosial yang kuat, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang krisis lingkungan saat ini," ucapnya.

Sehingga patung-patung tersebut bukan sekadar karya seni namun menjadi hidup. Terakota itu akan bercerita berbagai kisah tentang lingkungan yang rusak terpengaruh tindakan manusia dan tantangan yang dihadapi Bumi saat ini.

"Nah, kami ingin membuat acara yang menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang menyenangkan sehingga semua orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua dapat menerima pesan tersebut," lanjut Wahyadi

Di sisi lain, Wahyadi mengungkapkan bahwa Pipilaka merupakan bahasa Sansekerta yang bermakna semut. Pasalnya Wahyadi dan semua orang yang terlibat dalam pameran ini percaya pada kekuatan dan tindakan kecil untuk perubahan besar, serupa semut yang membangun koloni selangkah demi selangkah, bergotong-royong.

Seniman patung sekaligus inisiator Pipilaka Calling, Wahyadi Liem saat bersama Kolaborator sekaligus visual artist Pipilaka Calling, Hanafi K. Sidharta (bertopi) saat ditemui, Rabu (26/6/2024).Seniman patung sekaligus inisiator Pipilaka Calling, Wahyadi Liem saat bersama Kolaborator sekaligus visual artist Pipilaka Calling, Hanafi K. Sidharta (bertopi) saat ditemui, Rabu (26/6/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

"Calling itu memanggil teman-teman yang mempunyai tujuan yang sama yaitu fundraising dengan menyenangkan. Jadi filosofinya mengajarkan kebersamaan menjadi sikap, spirit dan menjadi peduli dengan cara yang nyata dan bermanfaat untuk orang lain," ujarnya.

Sehingga Wahyadi memberlakukan ticketing untuk pameran unik tersebut. Di mana Rp 25 ribu untuk anak-anak, pelajar dan mahasiswa serta Rp 35 ribu untuk masyarakat umum. Pengunjung bisa mengakses tiket di loket depan lokasi pameran.

"Nah, hasil penjualan tiket kita sumbangkan semua ke yayasan atau komunitas yang bergerak di bidang pendidikan, lingkungan dan kesehatan," katanya.

Pameran Pipilaka Calling ini berkolaborasi dengan sejumlah pesohor. Siapa saja? Simak di halaman berikut:

Kolaborator sekaligus visual artist Pipilaka Calling, Hanafi K Sidharta menambahkan bahwa Pipilaka Calling mengetengahkan kolaborasi. Rinciannya, ada lebih dari 12 kolaborator yang tergabung.

Sedangkan petualangan Pipilaka Calling berkolaborasi dengan penulis kenamaan Nia Dinata dan Jean Pascal Elbaz. Selain itu, kolaborator audio visual 3D mapping oleh Does University, sekolah bakat garapan dirinya, Erix Soekamti, Balance Putra Jogja Hip-hop Foundation (JHF) dan Valentinus Rommy Iskandar Tanubrata.

"Serta kolaborasi suara (Dubbers) Petualangan Pipilaka Callingoleh Ringgo Agus, Soimah, Dwi Sasono, Heruwa, Cinta Laura dan Nirina Zubir," ucapnya.

Pameran ini, kata Hanafi, bukan hanya sekadar mempertunjukan tampilan artistik. Namun merupakan seruan untuk bertindak, mendorong setiap pengunjung untuk merefleksikan peran mereka dalam melestarikan alam.

"Dan untuk pengunjung yang menikmati pameran ini boleh mengambil gambar pakai smartphone tapi tidak boleh pakai flash, tidak boleh merekam dengan kamera profesional, tidak boleh merokok dan membawa benda berbahaya selama menikmati pertunjukan," katanya.


Hide Ads