Pameran yang memadukan patung terakota dengan 3D video mapping bertajuk Pipilaka Calling bergulir hampir dua bulan di JNM Bloc, Kota Jogja. Pameran tersebut berusaha meningkatkan kesadaran mulai dari anak-anak, pelajar, mahasiswa, hingga orang dewasa untuk menjaga lingkungan.
Seniman patung sekaligus inisiator Pipilaka Calling, Wahyadi Liem, mengatakan pameran tersebut mulai dibuka hari ini hingga 28 Agustus mulai pukul 10.00-21.00 WIB. Wahyadi melanjutkan, Pipilaka Calling adalah pameran interaktif yang menampilkan puluhan patung terakota karyanya.
"Pameran ini berbeda dari umumnya sebuah pameran patung yang menggabungkan teknologi mutakhir 3D video mapping 360, hologram, dan lanskap suara demi menciptakan lingkungan bercerita yang ajaib di mana patung menjadi hidup," katanya kepada wartawan di JNM Bloc, Kota Jogja, Rabu (26/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu sesi sendiri, kata Wahyadi, sekitar 12 menit di dalam sebuah ruangan dengan kapasitas maksimal 38 orang. Rinciannya, untuk satu jam itu tiga kali sesi dan waktu keluar masuk sekitar lima menit.
Wahyadi melanjutkan, patung-patung tersebut terbuat dari tanah liat dengan pengerjaan memakan waktu sekitar tiga bulan. Pemilihan tanah liat sendiri karena menjadi salah satu media dengan bahan natural dan ramah lingkungan.
Hasilnya, ada sekitar tiga puluh patung terakota akan dipamerkan di Pipilaka Calling. Di mana sepuluh dari patung ini dilengkapi dengan kemampuan berbicara hingga menyanyi.
"Dan akan menyampaikan berbagai pesan berdampak mengenai isu-isu penting lingkungan seperti penggundulan hutan, hak-hak hewan, pemanasan global, dan pengelolaan limbah," ucapnya.
Selain itu, pameran ini dirancang untuk menjadi pengalaman yang benar-benar mendalam. Selain itu, melibatkan keempat indera yang akan mampu mengubah pengunjung dari penonton pasif menjadi peserta aktif yang akan menjadi satu cerita.
"Karena karya ini menggabungkan seni dengan komentar sosial yang kuat, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang krisis lingkungan saat ini," ucapnya.
Sehingga patung-patung tersebut bukan sekadar karya seni namun menjadi hidup. Terakota itu akan bercerita berbagai kisah tentang lingkungan yang rusak terpengaruh tindakan manusia dan tantangan yang dihadapi Bumi saat ini.
"Nah, kami ingin membuat acara yang menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang menyenangkan sehingga semua orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua dapat menerima pesan tersebut," lanjut Wahyadi
Di sisi lain, Wahyadi mengungkapkan bahwa Pipilaka merupakan bahasa Sansekerta yang bermakna semut. Pasalnya Wahyadi dan semua orang yang terlibat dalam pameran ini percaya pada kekuatan dan tindakan kecil untuk perubahan besar, serupa semut yang membangun koloni selangkah demi selangkah, bergotong-royong.
![]() |
"Calling itu memanggil teman-teman yang mempunyai tujuan yang sama yaitu fundraising dengan menyenangkan. Jadi filosofinya mengajarkan kebersamaan menjadi sikap, spirit dan menjadi peduli dengan cara yang nyata dan bermanfaat untuk orang lain," ujarnya.
Sehingga Wahyadi memberlakukan ticketing untuk pameran unik tersebut. Di mana Rp 25 ribu untuk anak-anak, pelajar dan mahasiswa serta Rp 35 ribu untuk masyarakat umum. Pengunjung bisa mengakses tiket di loket depan lokasi pameran.
"Nah, hasil penjualan tiket kita sumbangkan semua ke yayasan atau komunitas yang bergerak di bidang pendidikan, lingkungan dan kesehatan," katanya.
Pameran Pipilaka Calling ini berkolaborasi dengan sejumlah pesohor. Siapa saja? Simak di halaman berikut:
Komentar Terbanyak
Kanal YouTube Masjid Jogokariyan Diblokir Usai Bahas Konflik Palestina
Israel Ternyata Luncurkan Serangan dari Dalam Wilayah Iran
BPN soal Kemungkinan Tanah Mbah Tupon Kembali: Tunggu Putusan Pengadilan