Serba-serbi Padusan, Tradisi Jawa Sambut Ramadhan Lengkap dengan Maknanya

Serba-serbi Padusan, Tradisi Jawa Sambut Ramadhan Lengkap dengan Maknanya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Jumat, 08 Mar 2024 14:17 WIB
Sejumlah warga mengikuti tradisi Padusan di Sungai Cisadane, Setu, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (3/3/2024). Tradisi Padusan dengan menggunakan air kembang dari Sungai Cisadane tersebut merupakan tradisi masyarakat setempat untuk membersihkan diri jelang bulan Ramadhan. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/YU
Ilustrasi padusan. Foto: ANTARA FOTO/SULTHONY HASANUDDIN
Jogja - Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, ada sebuah tradisi khas di kalangan masyarakat Jawa, yakni Padusan. Apa itu? Simak paparan lengkap serba-serbi Padusan berikut ini, mulai dari pengertian, sejarah, hingga maknanya.

Menilik buku 'Ensiklopedia Islam: Mengenal Metode Tarjih hingga Asal-Usul Tasbih' oleh Hafidz Muftisany, Padusan berasal dari kata bahasa Jawa, adus, yang bermakna mandi. Secara denotatif, Padusan adalah aktivitas mandi. Sementara itu, secara konotatif, Padusan dimaknai sebagai proses membersihkan diri agar suci jiwa dan raga dalam menyambut datangnya hari ataupun bulan istimewa, termasuk Ramadhan.

Ingin mengenal lebih dalam tentang Padusan? Di bawah ini telah detikJogja siapkan pembahasan kompletnya, mencakup sejarah, waktu, dan makna Padusan.

Sejarah Tradisi Padusan

Dikutip dari skripsi berjudul 'Pandangan Masyarakat Mengenai Tradisi Padusan' oleh Retno Widyastutik, Padusan ternyata telah ada di tengah masyarakat sejak lama. Dijelaskan bahwa Padusan sudah kerap dilakukan sejak sebelum Islam menyentuh tanah Jawa.

Kala itu, tepatnya di zaman Kerajaan Majapahit, mulai dari ksatria, pujangga, brahmana, hingga para empu terbiasa melakukan tradisi padusan dalam rangka menyucikan diri. Lebih lanjut, tradisi yang merupakan hasil adopsi dari agama Hindu, Buddha, dan Animisme ini di kemudian hari berhasil diakulturasikan oleh para Wali Songo.

Berkat peran para penyebar Islam tersebut, Padusan dapat dikaitkan dengan nafas Islam dan telah dilestarikan hingga kini. Namun, tentunya telah terjadi perubahan atau transformasi seiring berjalannya waktu.

Mengacu pada informasi dari situs Portal Informasi Indonesia, Padusan yang semestinya dilakukan seorang diri, kini justru dilakukan beramai-ramai. Tradisi yang dulunya sangat sakral ini telah menjelma menjadi sebuah komoditi pariwisata.

Dapat detikers saksikan saat ini, di mana-mana, telah tersedia pelbagai destinasi untuk melakukan Padusan. Di Jogja misalnya, ada Umbul Pajangan, Sendang Klangkapan, hingga Sendang Ngepas Lor.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tradisi Padusan

Kembali merujuk skripsi yang telah disinggung sebelumnya, Padusan tidak memiliki patokan khusus pelaksanaannya. Hanya saja, masyarakat biasanya akan berbondong-bondong mendatangi lokasi Padusan satu hari sebelum bulan Ramadhan tiba.

Tradisi khas satu ini dapat dilakukan di pelbagai tempat. Bisa di kamar mandi secara pribadi, maupun kolam renang, sungai, telaga, dan lain sebagainya.

Makna Tradisi Padusan

Makna Padusan adalah membersihkan segala kotoran, baik yang menempel di badan ataupun pada jiwa. Alhasil, dengannya, maka seorang insan dapat menjalankan ibadah puasa dengan jiwa dan raga yang suci.

Selain itu, Padusan juga dapat dimaknai sebagai hubungan simbolis orang Jawa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Padusan juga melambangkan hubungan dengan para leluhur maupun sesama masyarakat.

Terakhir, Padusan juga dimaknai sebagai kegiatan untuk melestarikan tradisi lokal yang telah dijaga secara turun-temurun. Dengan melakukan Padusan, maka tradisi ini dapat terus lestari tak lekang oleh waktu.

Nah, itulah penjelasan seputar Padusan, tradisi masyarakat Jawa untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Semoga menambah pengetahuan detikers sekalian, ya!


(apl/apu)

Hide Ads