Dalam kalender Islam, penentuan awal bulan Hijriah memiliki peran penting dalam menentukan waktu pelaksanaan ibadah, seperti puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Salah satu metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan adalah rukyat hilal, yaitu pengamatan bulan sabit pertama setelah terbenamnya matahari. Namun, dalam perkembangannya, umat Islam mengenal rukyat hilal global yang bertujuan untuk menyatukan penetapan awal bulan bagi seluruh umat Islam di dunia.
Metode rukyat hilal global menjadi perdebatan di kalangan ulama dan ahli astronomi karena berbagai faktor teknis dan geografis. Sebagian pihak mendukung metode ini untuk menyatukan kalender Islam, sementara yang lain berpendapat bahwa penerapan rukyat global menghadapi tantangan astronomis yang sulit diatasi.
Lantas, apakah pengertian rukyat hilal global? Mari simak penjelasan lengkap berikut ini yang dirangkum dari laman resmi Tarjih PP Muhammadiyah, Muhammadiyah, serta Mahkamah Syar'iyah Aceh!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Rukyat Hilal Global
Rukyat hilal global adalah metode penentuan awal bulan Hijriah berdasarkan pengamatan hilal (bulan sabit pertama) yang dilakukan di berbagai lokasi di seluruh dunia. Konsep ini bertumpu pada prinsip bahwa jika hilal telah terlihat di suatu tempat di dunia, maka hasil pengamatan tersebut dapat digunakan secara global untuk menentukan awal bulan Islam, tanpa terbatas oleh batas geografis atau politik suatu negara.
Pendekatan rukyat hilal global bertujuan untuk menyatukan umat Islam dalam memulai ibadah yang terkait dengan kalender Hijriah, seperti puasa Ramadan dan hari raya Idulfitri. Dalam sistem ini, laporan kesaksian hilal dari satu wilayah yang memenuhi syarat syar'i dapat dijadikan acuan bagi seluruh umat Islam, sehingga mereka dapat memulai bulan baru secara serentak.
Metode ini berbeda dengan rukyat hilal lokal, yang hanya mengakui hasil pengamatan di dalam batas suatu negara atau wilayah tertentu. Rukyat hilal global sering kali dikaitkan dengan upaya untuk menyatukan kalender Islam di seluruh dunia, meskipun dalam praktiknya masih terdapat perbedaan pandangan antara berbagai negara dan mazhab Islam dalam penerapannya.
Permasalahan Rukyat
Penggunaan rukyat dalam menentukan awal bulan memiliki beberapa kendala. Salah satu masalah utama adalah ketidakmampuannya dalam menyusun kalender yang dapat digunakan secara sistematis. Rukyat hanya bisa dilakukan pada malam tanggal 29 bulan berjalan, sehingga hasilnya tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam perencanaan kegiatan keagamaan dan sosial.
Selain itu, rukyat sering kali menyebabkan perbedaan awal bulan di berbagai belahan dunia. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor geografis dan atmosfer yang mempengaruhi visibilitas hilal. Akibatnya, dalam satu tahun bisa terjadi beberapa versi kalender Islam di berbagai negara. Hal ini menimbulkan kebingungan, terutama dalam pelaksanaan ibadah yang memiliki dimensi global, seperti penentuan hari Arafah dan Idul Fitri.
Di daerah dengan lintang tinggi (di atas 60ΒΊ LU/LS), rukyat sering kali tidak memungkinkan karena matahari tidak selalu terbenam dengan cara yang normal. Fenomena ini menyebabkan rukyat menjadi tidak dapat diterapkan secara universal di seluruh dunia. Dengan demikian, hisab menjadi solusi yang lebih logis untuk memastikan keseragaman awal bulan kamariah.
Kemustahilan Rukyat Global
Konsep rukyat global, di mana hasil rukyat dari satu tempat diberlakukan untuk seluruh dunia, menghadapi tantangan astronomis yang signifikan. Perbedaan zona waktu yang mencapai 26 jam menyebabkan rukyat tidak dapat diterapkan secara seragam di semua wilayah. Misalnya, jika hilal terlihat di Maroko pada pukul 19.00 waktu setempat, di Indonesia waktu sudah memasuki dini hari keesokan harinya. Hal ini menyebabkan ketidaksinkronan dalam penetapan awal bulan.
Selain itu, konsep transfer rukyat, di mana hasil rukyat dari suatu tempat diterapkan di tempat lain, tidak didukung secara astronomis. Faktor ketinggian hilal, ketebalan atmosfer, dan polusi cahaya mempengaruhi kemungkinan terlihatnya hilal di setiap lokasi. Oleh karena itu, mengandalkan rukyat sebagai metode global bukanlah solusi yang tepat.
Pada 2009, para pakar astronomi Islam yang berkumpul dalam Temu Pakar II ISESCO di Maroko menyimpulkan bahwa problem kalender Islam hanya dapat diselesaikan dengan metode hisab. Mereka menegaskan bahwa rukyat global tidak dapat diterapkan karena rukyat sangat dipengaruhi oleh faktor geografis dan atmosfer setempat. Oleh karena itu, mengandalkan rukyat untuk penentuan awal bulan kamariah secara global bukanlah solusi yang memungkinkan.
Sebagai alternatif, konsep imkanur rukyat global sempat diusulkan, tetapi sejatinya konsep ini juga merupakan metode hisab, bukan rukyat murni. Dengan demikian, keputusan tersebut semakin memperkuat argumentasi bahwa metode hisab lebih dapat diandalkan dalam menentukan awal bulan secara universal.
Perbedaan Hisab dan Rukyat
Majelis Tarjih Muhammadiyah menetapkan awal bulan kamariah berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal, bukan rukyat. Penggunaan hisab didasarkan pada pemahaman bahwa peredaran benda langit dapat dihitung dengan kepastian, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, yaitu QS. Ar-Rahman:5.
Ψ§ΩΨ΄ΩΩΩ
ΩΨ³Ω ΩΩΨ§ΩΩΩΩΩ
ΩΨ±Ω Ψ¨ΩΨΩΨ³ΩΨ¨ΩΨ§ΩΩ
Artinya: Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan (QS. Ar-Rahman, 55:5)
Selain itu, ketentuan mengenai penggunaan hisab untuk menentukan awal bulan baru juga terdapat di dalam surat Yunus ayat 185 berikut ini.
ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΨ°ΩΩ Ψ¬ΩΨΉΩΩΩ Ψ§ΩΨ΄ΩΩΩ
ΩΨ³Ω ΨΆΩΩΩΨ§Ψ‘Ω ΩΩΨ§ΩΩΩΩΩ
ΩΨ±Ω ΩΩΩΨ±ΩΨ§ ΩΩΩΩΨ―ΩΩΨ±ΩΩΩ Ω
ΩΩΩΨ§Ψ²ΩΩΩ ΩΩΨͺΩΨΉΩΩΩΩ
ΩΩΨ§ ΨΉΩΨ―ΩΨ―Ω Ψ§ΩΨ³ΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨ§ΩΩΨΩΨ³ΩΨ§Ψ¨Ω
Artinya: "Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)." (QS. Yunus: 185).
Dalam pandangan Muhammadiyah, hadits Nabi yang menyebutkan rukyat berkaitan dengan kondisi umat Islam pada saat itu yang masih ummi (belum mengenal ilmu hisab). Namun, seiring berkembangnya ilmu astronomi, hisab menjadi metode yang lebih akurat dan praktis dalam menentukan awal bulan.
Metode hisab memungkinkan penetapan awal bulan jauh sebelum waktunya, sehingga memudahkan perencanaan berbagai kegiatan ibadah seperti puasa dan hari raya. Berbeda dengan rukyat yang hanya dapat dilakukan sehari sebelum awal bulan, hisab memberikan kepastian jauh sebelumnya. Oleh karena itu, Muhammadiyah memilih hisab sebagai metode utama dalam menentukan awal bulan kamariah.
Demikian penjelasan lengkap mengenai rukyat hilal global. Semoga penjelasan di atas dapat memberikan manfaat bagi kita semua!
(par/par)